Suatu hari, Soeharto sang tiran Orde Baru melakukan kunjungan ke provinsi Papua (waktu itu bernama Irian Jaya). Karena Ny Tien sudah meninggal, ia ditemani oleh dua anaknya, Tommy Soeharto dan Tutut Soeharto. Seusai acara, mereka berangkat menggunakan helikopter.
Ketika helikopter baru mengudara, banyak orang berlarian ke bawah helikopter untuk mengelu-elukan mereka. Tak heran, karena para peserta acara adalah penduduk lokal berpendidikan rendah yang dicuci otak untuk menganggap Soeharto sebagai tokoh agung.
Tutut memandang kerumunan di bawahnya, lalu mengeluarkan uang lima puluh ribu rupiah (bergambar ayahnya, tentu saja). "Akan kujatuhkan uang ini," ujarnya. "Nanti akan ada satu orang yang gembira."
Soeharto tersenyum bangga. "Bagus," katanya. "Itu namanya politik mengambil hati rakyat."
Tommy rupanya tidak mau kalah. "Mbak, uangnya kutukar dengan lima lembar sepuluh ribuan saja," ia menawarkan. "Dengan begitu akan ada lima orang yang gembira."
Soeharto makin senang mendengarnya. Tommy memang putera kesayangannya.
Pilot helikopter mendengar dialog tersebut, lalu menukas, "Bagaimana jika kalian bertiga kujatuhkan saja? Nanti akan ada dua ratus juta orang yang gembira."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H