Bangsa Indonesia dikenal dg kekayaan budayanya. Mulai dari Tari Saman di Aceh, hingga ukiran Asmat di Papua. Mulai dari yg paling agamis hingga yg paling abangan. Dari situ, mestinya kita bisa menarik benang merah ttg apa budaya yg paling Indonesia.
Selama belasan abad, bangsa Indonesia kedatangan banyak budaya dari luar. Mulai dari budaya India, budaya China, budaya Timur Tengah, hingga budaya Barat. Nenek moyang kita menerima semua budaya tsb, lalu menyerapkan sbg bagian dari budaya bangsa.
Ketika budaya India pertama kali datang, warga Nusantara yg menganut budaya baru tsb hidup berdampingan scr damai dg warga yg tetap berpegang kpd budaya pra-Hindu. Begitu juga yg terjadi ketika budaya2 lain menyusul masuk.
Toleransi, itulah budaya asli bangsa kita. Semua budaya dari luar diperlakukan sederajat, tanpa ada yg diistimewakan atau dianaktirikan. Setiap warga bebas menganut atau tdk menganutnya, lalu semuanya saling menghormati dlm perbedaan2 pilihan budaya tsb.
Anak2 muda yg kini mengadaptasi budaya manga-anime dari Jepang tak kalah mulianya dg nenek moyang kita yg dulu mengadaptasi Ramayana & Mahabharata dari India, atau dg para wali yg memadukan budaya Islam dg budaya tradisional, atau dg Koes Plus yg mengembangkan musik pop Indonesia.
Semua berpadu dlm prinsip Bhinneka Tunggal Ika.
Sayangnya, ada saja anak2 bangsa yg blm memahami budaya toleransi yg adiluhung tsb. Mereka suka memilih2 budaya luar berdasarkan selera atau keyakinannya. Yg sesuai dianggap sbg budaya Indonesia, sdgkan yg tdk sesuai dituduh sbg budaya asing yg merusak (pdhal budaya yg dianutnya sendiri juga merupakan budaya asing dari luar Indonesia).
Krn itu, demi masa depan yg lbh baik bagi bangsa Indonesia, saya mengajak kita kembali ke budaya terpenting warisan nenek moyang kita tersebut. Jangan ada lagi yg suka menjelek2kan pihak lain hanya krn perbedaan budaya atau prinsip hidup. Jk kita semua bisa hidup berdampingan dlm damai, barulah kita bisa fokus mengejar kesejahteraan :)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H