Suu’udzan berasal dari bahasa Arab,yaitu as-suu’u dan adz-dzonn.as-suu’u artinya semua yang buruk atau semua yang menjadikan manusia takut, baik dari urusan dunia maupun urusan akhirat.sedangkan adz-dzonn artinya ragu,menyangka,tahu yang tidak yakin atau yakin.
Su’udzon menurut istilah ialah prasangka yang menjadikan seseorang mensifati orang lain dengan sifat yang tidak disukainya tanpa dalil.
Suku Tionghoa memiliki perkataan sendiri tentang Su’udzon ini, alih alih mengatakan jangan Su’udzon, mereka akan mengatakan jangan setelah kehilangan kapak. Loh, apa hubungannya su’udzon dengan kapak?
Dongeng
Ceritanya, dahulu ada seseorang yang kehilangan kapak, dia mencurigai anak tetangganya. Dia melihat semua tindakan tingkah laku dan gerak gerik anak tetangga tersebut seperti pencuri. Lain Waktu saat dia naik kegunung untuk mengambil kayu bakar, ternyata ia menemukan kapaknya tertinggal sewaktu dia memotong kayu bakar terakhir kali. Setelah kapaknya ditemukan, dia melihat anak tetanggganya lagi, dia melihat tidak tanduk, perkataan, gerak gerik, dan semuanya tidak sama lagi dengan pencuri. Akhirnya dia mengambil kesimpulan jangan berpikir yang tidak tidak dahulu sebelum mencari dengan sungguh sungguh. Nah, cerita ini ternyata menjadi buah bibir banyak orang, dan menjadi ilustrasi untuk menggambarkan agar tidak su’udzon. Sewaktu orang berpikir yang tidak tidak, maka orang Tionghoa akan berkata, kamu jangan setelah kehilangan kapak (mandarin: ni pu yao tiule fuci iho).
Bacaan Mandarin
*
Diūle fǔ zǐ yǐhòu.
丢了 斧子 以后。
Setelah Kehilangan Kapak