Mohon tunggu...
Rifki Radifan
Rifki Radifan Mohon Tunggu... -

Hanya sebatas pencinta sepakbola

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

Andai Ahok Penggila Sepakbola

10 Maret 2015   20:11 Diperbarui: 17 Juni 2015   09:51 142
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Belakangan muncul berita yang cukup menggemparkan Indonesia, yaitu masalah antara Gubernur DKI Jakarta, Bapak Basuki Tjahaja Purnama (atau biasa dipanggil Ahok) dengan para anggota DPRD Jakarta. Ahok menyebutkan bahwa adanya "dana siluman" sebesar Rp. 12,1 triliun di RAPBD yang seharusnya bisa dimaksimalkan untuk keperluan yang lebih mendesak tetapi digunakan untuk keperluan yang lain. Tentu bila apa yang Pak Ahok ucapkan ini terbukti benar, maka kasus ini akan menjadi sejarah bagi Indonesia. Bisa kita bayangkan jika hal ini terjadi, berapa jumlah anggota dewan di DKI Jakarta yang akan diperiksa atau bahkan dijadikan tersangka oleh KPK. Melihat sepak terjang Pak Ahok tersebut, saya berharap akan adanya orang-orang yang sama gilanya dengan Pak Ahok di dalam sepakbola kita. Kalau Pak Ahok saja berani melawan anggota dewan, saya rasa Pak Ahok pun pasti berani melawan mafia-mafia sepakbola.

Menurut saya, dibutuhkan orang berani seperti Pak Ahok untuk membenahi sepakbola kita. Orang yang tidak takut dengan ancaman-ancaman berlandaskan statuta FIFA. Orang-orang yang mengancam akan menghiraukan himbauan BOPI (Badan Olahraga Profesional Indonesia) dan Kemenpora, mereka seakan tidak sadar bahwa stadion yang akan mereka gunakan adalah milik negara bukan milik pribadi mereka. Orang-orang yang hanya mengambil keuntungan saja dari sepakbola kita, tanpa memikirkan hak-hak pemain dan official yang belum dipenuhi. Orang-orang yang mengatakan bahwa ISL adalah hajat yang ditunggu-tunggu masyarakat Indonesia, tapi mereka tidak sadar bahwa dibalik rasa kecewa setiap pecinta sepakbola Indonesia terhadap tertundanya ISL, tersimpan rasa rindu yang amat sangat terhadap prestasi timnas Indonesia.

Kalau kita mengharapkan campur tangan Pak Jokowi? saya rasa sangat sulit. Terlebih beliau (yang saya rasa) bukan pencinta sepakbola, melainkan musik metal. Dan sepertinya prestasi dibidang olahraga bukan menjadi prioritas utama sang presiden dalam membangun negeri ini. Saya sering membaca berita jika Pak Jokowi pergi ke berbagai daerah untuk bertemu dengan petani, tetapi saya belum pernah mendengar kalau beliau pergi untuk bertemu dengan atlet-atlet daerah. Saya sering melihat di televisi jika Pak jokowi  membahas tentang mafia migas, ikan, beras ataupun pajak, tapi saya belum pernah mendengar Pak Jokowi menyinggung tentang mafia sepakbola. Saya berkata seperti ini bukan berarti masalah yang lainya tidak penting, tetapi hanya berpendapat masalah tentang olahraga ini seperti tidak terpikirkan sama sekali oleh Pak Presiden. Apakah Pak Jokowi sempat membaca berita olahraga disela kesibukan beliau bahwa masih ada pemain yang hak-haknya belum diberikan tetapi operator liga tetap bersikeras bahwa pertandingan harus dilaksanakan. Apakah Pak Imam Nahrawi selaku Menpora tidak pernah membahasnya di sidang kabinet kepada Pak Jokowi dan Pak Bambang Brodjonegoro selaku Menteri Keuangan tentang adanya isu masih banyak klub dan pemain Indonesia yang belum membayar pajak ini bisa menambah pemasukan negara yang cukup lumayan. Ironisnya, kita malah diberi tontonan yang menurut saya tidak layak dilakukan seperti masalah "perkelahian" antara penegak hukum dan masalah legislatif "melawan" eksekutif. Padahal, mereka adalah orang-orang yang gajinya dibayar oleh rakyat  agar dapat membatu Pak Menpora untuk menghilangkan rasa dahaga prestasi sepakbola Indonesia .

Andai Pak Ahok nanti berhenti menjadi Gubernur Jakarta, saya berharap beliau melamar menjadi Menpora. Bukan maksud hati untuk meragukan Pak Imam Nahrawi, tetapi hanya sebatas impian akan adanya orang yang berani dan nekat dalam memberantas mafia sepakbola. Padahal, hanya prestasi dibidang olahraga yang dapat menjadi ilusi sesaat rakyat Indonesia. Ilusi yang dapat mengaburkan kerasnya manusia dalam menjalani kehidupan. Ilusi yang dapat memaniskan pahitnya rasa kegagalan dan kekecewaan. Semoga para atlet Indonesia, khususnya sepakbola tetap berjuang karena mereka tahu akan harapan yang terus ada dari masyarakat Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun