Mohon tunggu...
Radityo Widiatmojo
Radityo Widiatmojo Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Pekerja Lepas yang sedikit menawan, berjuang mengajarkan fotografi lewat kajian komunikasi visual. Blog Fotografi saya bisa dibaca di http://fototiptrik.blogspot.com.au/

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Hidup di Sydney ala Mahasiswa Non Beasiswa

12 Maret 2013   03:33 Diperbarui: 24 Juni 2015   16:57 2365
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selama 1 tahun + 3 minggu saya hidup di Sydney, saya bertemu banyak teman-teman mahasiswa/pelajar dari Indonesia. Mereka datang dengan motivasi yang berbeda. Ada yang datang karena dapat beasiswa, ada yang datang ke Sydney karena ingin mencari uang, dan ada pula yang niat sekolah namun tanpa beasiswa. Saya termasuk kategori yang terakhir saya sebutkan.

Hidup di Sydney tanpa beasiswa bisa saya katakan sangat berat secara finansial. Saya sangat bersyukur orang tua saya memiliki investasi pendidikan yang sudah lama disiapkan untuk saya. Bertahan hidup sembari menimba ilmu di Sydney menjadi tantangan tersendiri buat saya. Bertemu dengan teman-teman yang senasib membuat saya jadi lebih tegar menghadapi uniknya kehidupan di sini.

Bekerja di Sydney adalah hal mutlak bagi kami yang tidak ada beasiswa. Apapun pekerjaannya harus kami jalani. Biasanya pekerjaan pertama yang banyak teman-teman raih adalah Dish Washer, alias tukang cuci piring di cafe atau restoran. Saya pun demikian. Pertama kali masuk kerja sebagai Dish washer pasti gini "kudu nangis aku rasane ndelok piring sak arat-arat.." (pengen nangis lihat piring yang bertumpuk tumpuk). Beberapa teman saya akhir-akhir ini mengeluhkan susahnya cari kerja yang sesuai dengan jadwal kuliah. Yang ada adalah mengorbankan sebagian mata kuliah, dalam arti sering telat masuk kelas atau keluar kelas lebih awal, dengan konsekuensi tidak dapat nilai bagus. Apapun akan kami lakukan untuk mendapatkan pekerjaan yang tidak mengganggu jadwal kuliah/sekolah.

Sabtu dan Minggu adalah hari yang baik untuk bekerja, karena gajinya 1,5x lebih besar daripada kerja di hari Senin - Jumat, selain itu tidak mengganggu jadwal kelas. Namun, karena saya sekolah fotografi dan tugas dari sekolah sangat banyak, saya lebih sering menghabiskan waktu di hari Sabtu dan Minggu untuk motret. Beberapa kali saya mendapat pekerjaan menjadi asisten fotografer di hari Sabtu atau Minggu.

Sebenarnya bagaimana kami bisa bertahan hidup di Sydney? Hal pertama adalah pintar mengatur keuangan. Bukan rahasia lagi kalau biaya hidup di Sydney sangat tinggi.Kira-kira pengeluaran rutin per minggu itu Sewa kamar: AU$150, Tiket bis Travel Ten: AU$28, belanja buat makan (masak sendiri): AU$50, keperluan mendadak: AU$22. Totalnya: AU$250. Belum lagi harus nabung buat bayar sekolah. Satu-satunya cara untuk berhemat adalah hidup sederhana, yaitu masak sendiri di rumah. Kalo beli di luar, sekali makan bisa AU$10-AU$20. Teman-temanku di tempat kerja juga demikian, semuanya pada bawa lunch box masing-masing. Namun sesekali kami juga beli maem di luar, sambil sedikit wisata kuliner gituu..

Kami hanya punya waktu luang yang sangat sedikit untuk senang-senang atau jalan-jalan. Setiap harinya, rutinitas saya harus sesuai dengan jadwal. Pagi hari itu jadwalnya mandi, ibadah, bikin sarapan (biasanya roti ama teh), cek email, cek social media, siapin lunch box trus berangkat kerja sampai jam 1 siang. Setelah itu berangkat sekolah sampai malam. Sampai rumah jam 7 malam, langsung masak buat makan malam plus buat bekal besok hari. Jam 9 malam adalah waktu untuk menelusuri dunia maya, nge-blog, FB, twitter, G+, youtube, dkk, sampai ngantuk terus tidur lagi. Senin sampai Jumat seperti itu. Karena hal inilah saya tidak pernah upload di FB foto2 saya bersenang-senang dengan teman-teman, atau foto pas jalan-jalan, karena memang demikian, motivasi kami adalah menimba ilmu sembari bekerja untuk bertahan hidup sekaligus bisa nabung, kami di Sydney bukan untuk senang-senang.

Semoga tulisan saya ini menjawab rasa penasaran anda tentang mahasiswa tanpa beasiswa.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun