Mohon tunggu...
Raditya Septian Fajar Nugroho
Raditya Septian Fajar Nugroho Mohon Tunggu... Mahasiswa - Saya adalah seorang mahasiswa aktif yang menempuh pendidikan S1 Bahasa Inggris di Universitas Duta Bangsa Surakarta

Manusia biasa yang memiliki ketertarikan di dunia bahasa dan musik untuk mengekspresikan emosi atau bahkan menyuarakan pendapat melalui bahasa dan musik.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Keterkaitan Status Sosial dan Pemilihan Bahasa di Media Sosial

18 Januari 2025   13:43 Diperbarui: 18 Januari 2025   13:43 14
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Media sosial telah menjadi bagian integral dari kehidupan sehari-hari, menyediakan platform untuk komunikasi, berbagi informasi, dan pembentukan identitas. Namun, media sosial lebih dari sekadar alat komunikasi. Mereka juga mencerminkan  dinamika sosial yang berbeda dalam masyarakat Salah satunya adalah hubungan antara status sosial dan pilihan bahasa. Pilihan kata yang digunakan oleh individu di media sosial tidak hanya mencerminkan aspek budaya dan preferensi pribadi, tetapi juga dapat menjadi indikasi kelas sosial, pendidikan, dan bahkan kekuasaan dalam masyarakat. Artikel ini membahas pada bagaimana faktor sosial seperti kelas ekonomi, latar belakang pendidikan, dan  memengaruhi cara individu berinteraksi di ruang digital, dan membahas hubungan antara status sosial dan bahasa di media sosial. Memahami fenomena ini tidak hanya memberikan pencerahan tentang penggunaan bahasa dalam konteks media sosial, tetapi juga menjelaskan bagaimana bahasa digunakan sebagai simbol status dalam masyarakat saat ini

Kelas sosial adalah istilah sosiologis yang mengacu pada perbedaan kelompok ke dalam kelas-kelas secara tertentu atas dasar kekuasaan, pendapatan, kedudukan, dan jenis pekerjaan. Kekuasaan sendiri sering mengacu pada politik, pendapatan dikaitkan dengan ekonomi, kedudukan dikaitkan dengan martabat dan jenis pekerjaan dikaitkan dengan profesi. Pengelompokan bahasa sering membagi berdasarkan kelas sosial, status pekerjaan, usia dan jenis kelamin (Tangson. R. Pangaribuan, 2010).

Berikut ini adalah contoh-contoh yang relevan yang menggambarkan keterkaitan antara status sosial dan pilihan bahasa di media sosial.
Seorang profesional atau CEO perusahaan teknologi mungkin akan mengunggah sebuah artikel di platform yang lebih formal seperti LinkedIn, berbicara tentang inovasi teknologi atau pencapaian bisnis. Dalam postingannya, ia akan menggunakan bahasa yang terstruktur dan sopan, seperti:
"Saya dengan bangga mengumumkan peluncuran produk baru yang akan meredefinisi cara kita berinteraksi dengan teknologi. Kami berharap inovasi ini dapat memberikan dampak positif dalam industri."
Dalam contoh ini, penggunaan bahasa yang rapi dan formal memperkuat citra profesional dan meningkatkan kredibilitas.

Sementara seorang yang kelas sosial menengah kebawah cenderung menggunakan platform media sosial yang lebih santai seperti Facebook, Twitter, Instagram. Di platform tersebut mereka bisa menggunakan gaya bahasa yang lebih fleksibel. Seperti seorang remaja yang mengunggah cerita di Instagram Stories menggunakan bahasa seperti
"Gila, hari ini bener-bener capek banget! Tapi yaudah lah, hidup harus terus jalan!"
Menggunakan bahasa yang santai menciptakan kedekatan dengan teman sebaya yang menggunakan bahasa yang sama. Ini mencerminkan identitas sosial yang lebih santai dan informal, yang sering diasosiasikan dengan kelas ekonomi menengah atau kelas bawah.

Ada juga keterkaitan pemilihan bahasa di media sosial berdasarkan status pendidikannya. Misalnya, seorang profesor universitas dengan gelar yang lebih tinggi mungkin memposting di LinkedIn atau Twitter tentang penelitian atau artikel yang baru-baru ini diterbitkan dalam bahasa yang serius dan profesional Contoh kalimatnya,
" Pentingnya peran teknologi dalam mengatasi perubahan iklim tidak dapat diremehkan. Artikel terbaru saya mengkaji berbagai pendekatan inovatif yang dapat diterapkan dalam skala global."
Bahasa yang digunakan di sini mencerminkan tingkat pendidikan tinggi, dengan penggunaan kata-kata yang lebih teknis dan terstruktur.

Individu yang mungkin tidak memiliki pendidikan tinggi atau hanya memiliki pendidikan dasar lebih cenderung berbicara dengan cara yang lebih kasual dan mengandalkan bahasa sehari-hari atau bahkan slang. Misalnya, seseorang mengunggah cerita di instagram stories seperti,
"Aduh, kayaknya gue harus belajar lebih keras deh buat ujian besok! Doain ya biar bisa lulus! "
Penggunaan bahasa yang lebih informal terkesan lebih santai dan bahasa yang digunakan menunjukan interaksi yang lebih bebas.

Kesimpulannya, pilihan bahasa di media sosial terkait dengan status sosial dan latar belakang budaya. Kelas sosial yang lebih tinggi menggunakan bahasa formal di platform seperti LinkedIn, yang memproyeksikan profesionalisme dan kredibilitas. Kelas sosial yang lebih rendah mungkin memilih gaya yang lebih kasual di platform seperti Facebook dan Instagram, yang mencerminkan identitas sosial mereka. Secara keseluruhan, bahasa di media sosial berfungsi sebagai simbol status dan pendidikan, menyoroti dinamika sosial yang beragam.
 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun