Mohon tunggu...
Raditya Panji
Raditya Panji Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

politik dan olahraga

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Politik Uang di Indonesia dalam Prespektif Machiavelli

3 Desember 2024   11:37 Diperbarui: 3 Desember 2024   12:44 16
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pendahuluan

Politik uang telah menjadi fenomena yang kerap mewarnai proses demokrasi di Indonesia, terutama dalam pemilihan umum. Praktik ini melibatkan pemberian uang atau barang kepada pemilih untuk mempengaruhi pilihan politik mereka. Meski dianggap melanggar hukum dan norma etika, politik uang tetap marak karena adanya celah-celah sistemik dan pragmatisme politik. Dalam konteks ini, pandangan Niccol Machiavelli, seorang filsuf politik dari era Renaisans, dapat memberikan perspektif yang menarik mengenai fenomena tersebut.

Machiavelli dan Politik Kekuasaan

Machiavelli terkenal dengan bukunya The Prince yang memperkenalkan konsep realpolitik, yaitu pandangan bahwa kekuasaan lebih penting daripada moralitas dalam politik. Menurut Machiavelli, seorang pemimpin yang sukses harus mampu menggunakan segala cara, termasuk manipulasi dan kekerasan, demi mencapai dan mempertahankan kekuasaan. Prinsip "the ends justify the means" atau "tujuan menghalalkan cara" menjadi inti dari ajarannya.

Dalam konteks politik uang, pendekatan Machiavelli dapat dimaknai bahwa jika tujuan seorang politisi adalah memenangkan kekuasaan demi kestabilan dan kemajuan negara, maka penggunaan politik uang mungkin dianggap sah selama itu efektif. Machiavelli akan berargumen bahwa moralitas pribadi dapat dikorbankan demi kepentingan publik yang lebih besar, seperti menjaga kestabilan politik atau mencegah kekacauan.

Praktik Politik Uang di Indonesia

Fenomena politik uang di Indonesia sering kali dikaitkan dengan sistem patronase, di mana politisi memberikan imbalan kepada masyarakat sebagai bentuk 'investasi' untuk mendapatkan dukungan suara. Praktik ini sering terlihat dalam bentuk pemberian sembako, uang tunai, atau program sosial menjelang pemilu.

Dalam pandangan Machiavellian, politik uang ini dapat dipandang sebagai strategi pragmatis untuk mendapatkan kepercayaan publik dalam waktu singkat. Politisi yang menggunakan uang untuk mendapatkan dukungan dianggap memahami realitas sosial dan budaya masyarakat yang masih memandang pemberian material sebagai bentuk perhatian dan kepedulian.

Kritik terhadap Perspektif Machiavelli

Meski teori Machiavelli dapat menjelaskan fenomena politik uang, pandangan ini menuai kritik karena dianggap mengabaikan aspek moral dan keadilan. Politik uang memperkuat oligarki dan menghambat demokrasi partisipatif. Masyarakat yang terbiasa dengan politik uang cenderung memilih berdasarkan keuntungan jangka pendek, bukan visi dan program jangka panjang kandidat. Akibatnya, pemimpin yang terpilih mungkin lebih fokus pada pengembalian 'investasi' daripada melayani kepentingan publik.

Solusi dan Refleksi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun