Seperti kita tahu, penduduk muda desa usia kerja telah banyak mendapat pendidikan dasar dan makin tidak tertarik dengan kehidupan di sawah seperti orang tuanya di desa, mereka lebih tertarik kepada "kehidupan" di kota yang menjanjikan untuk mencari pekerjaan, baik di industri maupun menjadi buruh-buruh pabrik, yang tidak banyak bergantung kepada keadaan musim seperti menanam padi di desanya. Fenomena demikian, menjadikan salah satu penyebab banyaknya angkatan muda siap kerja yang berada di kota, menyebabkan penduduk kota semakin padat. Menurut survei penduduk Badan Pusat Statistik tahun 2010, pulau Jawa yang luas geografisnya hanya 7% dari total luas wilayah indonesia dihuni oleh 57% penduduk di Indonesia, sebagai perbandingan, pulau Kalimantan yang luasnya 28% "hanya" dihuni oleh 6% penduduk Indonesia, dari hasil perbandingan tersebut, menjadikan pulau jawa sebagai pulau paling padat penduduknya di Indonesia, dengan menjadikan provinsi DKI Jakarta menjadi provinsi paling padat (14.400 orang per km2).
Banyaknya angkatan muda siap kerja yang mengadu nasib di kota apabila dibarengi dengan keberhasilan, akan menjadi tolok ukur sekaligus daya tarik bagi pemuda-pemuda desa yang ingin melakukan hal yang serupa, namun apabila mereka gagal dalam persaingan, banyak dari mereka yang menjadi pengangguran, bahkan tidak sedikit yang terjerumus ke dunia kriminalitas. Ledakan penduduk usia muda di kota menjadikan pekerjaan rumah bagi pemerintah, khususnya Departemen Tenaga Kerja dan Pemerintah daerah dalam mewadahi penduduk muda usia kerja agar tidak selalu mengadu nasib ke kota, di desa pun mereka dapat berhasil jika mereka berusaha secara maksimal, tidak menutup kemungkinan mereka dapat berhasil melebihi teman-teman mereka yang merantau ke kota. Jumlah penduduk dan angkatan kerja yang besar akan mampu menjadi potensi pembangunan apabila dibina dengan baik
Bagaimana dengan kita generasi muda yang mempunyai intelektual cukup yang mampu merubah paradigma, bahwa tidak berpindah tempat pun kita dapat menghasilkan sesuatu ?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H