Mohon tunggu...
Raditya Arya
Raditya Arya Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Universitas Airlangga

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Bima dan Kritik? Masih Bolehkah di "Negeri" Ini?

10 Mei 2023   17:39 Diperbarui: 10 Mei 2023   17:43 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Bima dan Kritik? Masih bolehkah di "negeri" ini?

Belakangan ini, tiktokers asal lampung yang saat ini berkuliah di Australia bernama Bima sedang ramai menjadi perbincangan masyarakat. Pasalnya, tiktokers dengan pengikut lebih dari 1,8 juta tersebut kerap membagikan kritik-kritik pedas melalui kanal tiktoknya.

Viralnya Bima terjadi saat dia mengunggah video dengan judul "Alasan Lampung Gak Maju-maju." Ia memaparkan tentang infrastruktur daerahnya (Lampung) yang belum layak seperti jalan-jalan yang tidak rata. Dalam video tersebut, Bima juga menjelaskan mengenai lemahnya sistem pendidikan dan tata kelola yang buruk. Terakhir, Bima juga menjelaskan tentang ketergantungan Lampung terhadap sektor pertanian.

Setelah video itu menggemparkan masyarakat, banyak warga Indonesia yang pro dengan Bima. Kerap kali, masyarakat merasa suaranya terwakilkan oleh Bima. Trand-trand kritikan terhadap daerahnya sendiri mulai banyak dilakukan oleh sebagian masyarakat, saat ini, tak hanya Lampung.

Namun, intimidasi terhadap Bima, seseorang yang melakukan kritik terhadap pemerintah daerah, banyak dilakukan. Pemerintah daerah, gubernur hingga bupati tempat Bima berasal, tampak melakukan investigasi yang tak masuk akal. Mulai melakukan cek terhadap ijazah hingga judgement terhadap orang tua Bima.

Asumsi buruk terhadap kebebasan bersuara pun kian mencuat. Banyak orang yang beranggapan bahwa keamanan mereka tidak terjamin saat mereka bersuara mengenai kritikannya. Kebebasan bersuara yang seharusnya membangkitkan semangat dalam berdemokrasi, saat ini dirasa hilang. Bahkan, ada orang yang mengasumsikan bahwa reformasi masih belum tercium di era ini.

Seharusnya, kebebasan bersuara bukan menjadi masalah dalam demokrasi, melainkan penentu berhasilnya suatu demokrasi. Sudah sepantasnya kritik mendapatkan tempat di dalam setiap keputusan. Kritik dapat menjadi sarana evaluasi dalam melakukan suatu kegiatan hingga tercapainya suatu tujuan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun