Mohon tunggu...
Radito Kusuma
Radito Kusuma Mohon Tunggu... -

Mengamat-amati apa aja

Selanjutnya

Tutup

Politik

Ada Apa dengan Ahok: Gerindra? PDI-P? Jokowi?

2 Januari 2014   21:28 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:13 261
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Tiba-tiba saja berbagai masyarakat Indonesia dikejutkan oleh inkonsistensi Ahok berpolitik. Tiba-tiba saja Ahok menunjukkan perilaku politik yang di luar karakter sesungguhnya. Tiba-tiba saja Ahok bertingkah antagonistis terhadap Jokowi. Tiba-tiba saja kita semua terkejut dengan berita-berita tersebut.

Mengapa tiba-tiba Ahok tidak konsisten dengan yang dikatakan dari kesehariannya. Kita melihat Ahok bukan lagi Ahok yang berambisi menjadi pengabdi dan pelayan masyarakat. Kita lihat apa yang Ahok, petinggi Gerindra dan PDI-P katakan kepada media.

Pertama, Ahok menentang kebijakan pemda DKI tentang larangan menggunakan kendaraan pribadi. Alasan Ahok sangat naif dengan mengatakan bahwa dia bukan seorang PNS dan peraturan itu tidak memaksa seseorang untuk menggunakan kendaraan umum dan harus berganti 3 kali menggunakan bus untuk sampai di kantor. Semua pernyataan itu sangat bukan karakter Ahok dengan tiba-tiba menentang PERDA yang seharusnya sudah didiskusikan bersama-sama dengan seluruh jajaran Pemda DKI termasuk gubernur dan wakilnya. Peraturan itu sudah dipersiapkan jauh hari, mengapa Ahok baru mengatakannya sekarang. Namun demikian Ahok melakukan penyangkalan diri atas pernyataannya sendiri tersebut dengan mengatakan bahwa memang dia seharusnya menjadi contoh bagi warga Jakarta.

Kedua, Ahok mengatakan sejak dari awalnya bahwa dunia politik adalah bukan habitatnya. Sangat sulit dipahami bahwa Ahok mengatakan demikian dalam kondisi sehat dan tidak dalam keadaan tertekan. Ada sesuatu yang mendorong Ahok mengatakan demikian. Pernyataan ini sangat bertolak belakang dengan apa yang selalu diucapkan Ahok tentang karirnya di dunia politik. Kalau Ahok mengatakan sejak awal dunia politik adalah bukan habitatnya, mengapa dia bertahan puluhan tahun di dunia politik? Sekarang tiba-tiba dia akan berhenti sebagai wakil gubernur kalau Jokowi mencalonkan diri karena dia tidak siap.

Ketiga, Gerindra diberitakan marah terhadap Ahok karena melakukan kebijakan yang tidak populis. Kenapa tiba-tiba Ahok menceritakan dapur Gerindra? Media pun ramai-ramai memberitakan pernyataan petinggi Gerindra (atau Prabowo?) yang mengatakan bahwa Ahok adalah kader Gerindra yang setia dan Ahok tidak mungkin pindah ke PDI-P. Pernyataan-pernyataan ini seakan-akan ada hubungan yang kuat dengan perilaku Ahok akhir-akhir ini. Ada apa dengan Ahok dan Gerindra?

Keempat, PDI-P pun memberikan pernyataan bahwa Jokowi sangat mungkin berpasangan dengan Ahok di tingkat nasional. PDI-P pun dilaporkan oleh KOMPAS "PDI-P Tak Akan Merebut, tetapi Siap Buka Pintu untuk Basuki". Kenapa PDI-P sekarang mulai membuka dan berbicara kepada publik tentang issue ini. Kenapa PDI-P begitu yakin dan lebih terbuka untuk mengatakan tentang Ahok ketimbang pencapresan Jokowi.

Empat point ini bisa saja terkait satu dengan yang lain dan diduga yang mengakibatkan perilaku inkonsisten Ahok dengan apa yang telah selama ini dilakukannya. Adakah tekanan yang cukup serius dari partainya? Adakah ketakutan Ahok terhadap keselamatan dirinya kalau pergi ke kantor dengan menggunakan kendaraan umum sehingga dengan terbuka menentang peraturan yang dibuatnya sendiri? Adakah Ahok sedang mengalami tekanan politis yang sangat berat? Adakah Ahok sedang bermanuver untuk melakukan tindakan antagonistik yang akan diakhiri dengan babak pernyataan Ahok siap maju dengan Jokowi sebagai Capres dan Cawapres. Seperti diketahui bahwa Gerindra berambisi untuk berkuasa di Indonesia dan PDI-P pun sedang PD untuk bisa berkuasa di Indonesia. Adakah hubungan antara inkonsistensi Ahok dengan perang dingin antara Gerindra dan PDI-P? Waktu yang akan membuktikan semua ini. Ahok bukan orang bodoh kalau tiba-tiba saja dia melakukan perilaku inkonsistensi. Jokowi pun bukan orang kurang berpengalaman dalam berpolitik, pastinya keduanya tahu apa yang sedang terjadi. Kita pun memahami karakter dan sejarah masing-masing pemimpin partai.

Semoga saja rakyat Indonesia tidak hanya sebagai objek dimanipulasi untuk memenuhi ambisi pribadi. Kejujuran pemimpin adalah sangat penting dan dihargai oleh seluruh bangsa Indonesia. Kecerdasan intelektual dan emosional juga sangat diharapkan digunakan untuk kepentingan rakyat Indonesia dan kemajuan bangsa Indonesia, tidak hanya digunakan untuk memenuhi ambisi pribadi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun