Mohon tunggu...
Himawan Pradipta
Himawan Pradipta Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Copywriter

Teknisi bahasa di perusahaan konsultasi teknologi di Jakarta Barat. Suka membaca, nonton film, dan berenang.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Duh, Idealnya Jadi Dokter!

12 Agustus 2013   22:40 Diperbarui: 24 Juni 2015   09:23 287
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jadi dokter kira-kira menyenangkan gak ya? Kalo menurut saya, kayaknya profesi dokter adalah profesi paling ideal. Setidaknya buat saya. Kenapa? Buat sebagian orang yang kerjaannya demen  mikir dan dibikin sibuk, pasti jadi dokter itu pilihan yang perfek. Tapi tunggu dulu, gak semua orang akan sependapat, buktinya, beberapa orang gak suka ke dokter. Takut disuntiklah, ruang tunggu yang "menyeramkan"lah, majalah-majalah medis yang berkesan sok menggurui lah, atau bahkan para pasiennya yang udah nyeremin duluan dengan berbagai keluhan-keluhannya. [caption id="" align="aligncenter" width="404" caption="sumber: static.liputan6.com"][/caption] Hari ini saya ke dokter mata untuk mengecek perkembangan (atau justru malah penurunan) kualitas mata saya. Hasilnya, yap, nambah jadi min tiga dan silinder sekian. Si dokternya mengasumsikan kalo saya terlalu lama berada di depan komputer. Hi hi dokter bisa tau aja ya. Sambil nulis-nulis resep buat lensa saya yang baru, si dokter asik aja diajak ngobrol sama ibu. Seselesainya, dia ngasih resep itu ke kami dan menyempatkan untuk tersenyum ketika kami beranjak keluar ruangan. What a perfect day! See? Betapa idealnya jadi seorang dokter. Gak cuma cerdas luar dalem, ramah, good-looking, dan (bonusnya) shaleh[ah]! Duh. Jadi ngelantur kan... Dokter mata yang meriksa saya ini, kalo diliat di agenda periksanya, mulai buka shift kerja dari jam 19.30. Ibu saya menjelaskan bahwa ternyata kerja dokter itu gak cuma jam segitu aja. Terus paginya dia ngapain? Ya bisa aja kerja di tempat lain. Weekday gini gak mungkin seorang dokter berleha-leha. Waw! Betapa ideal, sekaligus mungkin menyiksanya jadi seorang dokter. Di samping harus menguras otak (baca: ilmunya) untuk terus berfokus dengan tidak hanya komplikasi-komplikasi para pasien, tetapi juga resep yang harus ia buat sesuai dengan istilah-istilah kedokteran yang bikin pusing tujuh keliling, ia juga harus menggunakan energinya (baca: tubuhnya) untuk tetap duduk selama berjam-jam di ruangan ber-AC, yang juga kemungkinan akan berpengaruh sama kondisi fisiknya. Tapi kalo saya pribadi melihat profesi dokter itu sebagai sebuah pekerjaan yang "gak rugi." Gak ada matinya. Tiap hari dikuras habis-habisan. Rejeki insha Allah mengalir. Weekend-nya barulah dipakai untuk keperluan sekundernya. Waduh ideal bangetlah. Entahlah. Mungkin ini perspektif pendek saya aja tentang profesi tertentu. Tiba-tiba sayanya kepengen jadi dokter pas ngeliat dokter, bisa jadi nanti kepengen jadi news anchor pas ngeliat pembaca berita. Yang namanya mimpi boleh tinggi kan? Lagian, gak keluar duit ini he he. Salam.

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun