Mohon tunggu...
Ryanda Adiguna
Ryanda Adiguna Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Pernah jadi: - Paskibraka. - Pertukaran Pemuda. - Duta Wisata. - Penerima Beasiswa. - Pengajar Muda. "Menulislah, agar orang di masa yang akan datang tahu kalau kau pernah hidup di masa lalu"

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Menjadi "Bocah Petualang" Bersama "Anak Seribu Pulau"

30 Januari 2011   06:46 Diperbarui: 26 Juni 2015   09:03 1639
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
12971600891741886578

Masih ingat dengan cerita anak seribu pulau? Tayangan bernilai edukasi yang di diproduseri dan disutradarai oleh Garin Nugroho dan Mira Lesmana pada tahun 1995. Jika tak ingat, saya pun juga tidak terlalu ingat, karena waktu itu masih umur sekitar 6 tahun. Untuk mengingatkan, hari ini ada tayangan yang mirip, namanya "bolang" bocah petualang. Kehidupan saya di sei gohong saat ini, mirip seperti di tayangan itu. Di sei gohong bersama teman-teman kecil, kami punya tempat favorit untuk mandi di sungai, namanya sungai batu dan airnya masih bersih. Lokasinya agak diatas bukit dan arusnya sedikit deras. Kami mandi dan bermain di sungai, meluncur mengikuti arus air hingga sampai di ujung. Kemudian berlari keatas agar bisa meluncur lagi ke bawah. Jika hari mulai sore, kami pergi ke tanah lapang untuk bermain sepakbola. Lapangannya sedikit tersembunyi di dalam hutan. Di sekitar lapangan terdapat banyak tanaman yang buahnya kecil dan manis. Belum pernah saya temui buah seperti itu, mereka menyebutnya buah mesisin. Sepanjang jalan ke lapangan, buah mesisin menjadi incaran. Kemudian kalau sedang ingin, kami mencari sampan untuk memancing ikan di sungai. Bermodalkan kayu, kail, dan cacing, ikan hampir pasti bisa di dapat. Siang ikan dipancing, malamnya menjadi santapan. Digoreng, dibakar, atau dimasak dalam daun pisang, rasanya tetap enak dan nikmat. Kenikmatannya adalah memakan ikan hasil pancingan sendiri. Jika ingin yang sedikit menantang, kami berenang menyebrang sungai yang arusnya cukup deras. Di seberang sungai, menanti sebuah tanah lapang berpasir putih. Seperti pantai di tepi sungai. Kalau air surut, kami bermain bola disitu, atau hanya sekedar bermain pasir. Kalau ingin yang sedikit santai, kami menyebrang dengan sampan sambil berlomba siapa yang tiba duluan. Cerita tentang negeri di awan Ada sebuah lagu yang berjudul negeri di awan yang dibawakan oleh Katon Bagaskara. Lagu ini juga menjadi lagu pengiring untuk tayangan anak seribu pulau. Liriknya adalah "...kau mainkan untukku, sebuah lagu tentang negeri di awan. Dimana kedamaian menjadi istananya, yang kini tengah kau bawa aku menuju kesana". Sungguh masa kanak-kanak yang indah. Tak peduli tentang kerasnya perjuangan hidup. Karena belum paham bagaimana susahnya orang tua mereka mencari hidup. Menjadi guru di sekolah, pedagang di pasar, buruh angkut karet, penambang emas illegal dll. Apapun mereka kerjakan demi uang. Agar anak mereka dapat terus bermain dan belajar serta berharap agar kelak mereka menjadi "orang". Saya pun tak peduli jika bermain dengan mereka yang bercelana merah (anak SD). Karena memang kami adalah teman. Bedanya hanya lahir lebih dulu. Selebihnya sama, atau bahkan mereka lebih. Alam mengajarkan mereka lebih. Secara alamiah mereka bisa berenang tanpa diajarkan. Tau caranya memancing, mengayuh sampan,dll. Semua diajarkan oleh alam. Alam memang terkembang menjadi guru. Beraktifitas bebas di alam luas. Bersama mereka yang bercelana merah, bermain tanpa kenal lelah. Mengisi waktu luang, daripada menyiakan waktu terbuang. Beristirahat di saat malam, menunggu hingga mata terpejam. Terbangun saat mentari menjelang dan suara jangkrik pun ikut menghilang. Digantikan suara kicauan burung, berharap hari ini tidak murung. Menikmati sejuknya semilir angin dan berharap hari ini masih seperti hari kemarin. Teruslah bermain teman kecil. Dimana kedamaian menjadi istanamu, dan kini sedang kau bawa aku menuju kesana. Disini memang seperti dunia mimpi, seperti "negeri di atas awan". Dan aku pun berharap hari ini masih seperti kemarin dan berharap akan tetap seperti ini.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun