Mohon tunggu...
Radifan Hidayat
Radifan Hidayat Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Pecinta lari yang selalu semangat ngejar target! Bagi saya, lari bukan sekadar olahraga, tapi cara hidup yang bikin badan sehat dan pikiran fresh. Yuk, lari bareng dan nikmati serunya! 🏃‍♂️✨

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Konsep Diri Menjadi Anak Jalanan

4 Juli 2024   17:03 Diperbarui: 4 Juli 2024   17:08 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

A.Pendahuluan

Anak jalanan telah menjadi masalah sosial yang sulit terpecahkan dan selalu mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Fenomena anak jalanan sebetulnya sudah berkembang lama, tetapi saat ini semakin menjadi perhatian dunia, seiring dengan meningkatnya jumlah anak jalanan di berbagai kota besar di dunia. Di Indonesia, saat ini diperkirakan terdapat 50.000 anak, bahkan mungkin lebih, yang menghabiskan waktu yang produktif di jalanan. Masalah anak jalanan telah menjadi salah satu isu kesejahteraan anak yang terus berkembang menjadi perhatian dunia. 

Laporan Dunia tentang Situasi Anak, menyebutkan bahwa terdapat 30 juta anak tinggal dan menjaga diri mereka sendiri di jalan.Keberadaan dan berkembangnya jumlah anak jalanan merupakan persoalan yang perlu mendapat perhatian, mengingat anak-anak yang melakukan kegiatan atau tinggal di jalanan senantiasa berhadapan dengan situasi yang sulit.Anak jalanan adalah anak yang berusia di bawah 16 tahun yang sudah lepas dari keluarganya, sekolah, lingkungan masyarakat terdekatnya larut dalam kehidupan yang berpindah-pindah di jalan raya (UNICEF).


Menurut studi pendahuluan yang peneliti lakukan di lapangan anak jalanan sebagian besar berusia remaja dimana, salah satu tugas perkembangan selama masa remaja adalah menyelesaikan krisis identitas, untuk membentuk identitas yang stabil pada akhir masa remaja. Remaja yang berhasil menemukan identitas diri yang stabil akan memperoleh pandangan yang jelas tentang dirinya, memahami persamaan dan perbedaan dengan orang lain, menyadari kekurangan dan kelebihan dirinya, penuh percaya diri, tanggap terhadap berbagai situasi, mampu mengambil keputusan penting, mampu mengantisipasi tantangan masa depan, serta mengenal perannya dalam masyarakat. Kegagalan dalam mengatasi krisis identitas dan mencapai suatu identitas yang relatif stabil akan sangat membahayakan bagi masa depan remaja. Sebab masa depan remaja sangat ditentukan oleh penyelesaian krisis identitas. 

Burns (1982), mengemukakan bahwa konsep diri merupakan kesan individu terhadap dirinya secara keseluruhan meliputi pendapatan tentang diri sendiri, tentang citra diri di mata orang lain, dan hal-hal yang dapat dicapai. Bastaman (2005) menyebutkan bahwa konsep diri yang positif akan mewarnai pola sikap, cara pikir, corak penghayatan, dan ragam perbuatan yang positif pula, demikian pula sebaliknya. Konsep diri yang negatif akan mewarnai pola sikap, cara pikir, corak penghayatan, dan ragam perbuatan yang negatif pula. Berdasarkan pernyataan tersebut, konsep diri pada seseorang khususnya dalam hal ini adalah anak jalanan menjadi sangat penting untuk diperhatikan karena menurut peneliti, ketika anak jalanan memiliki konsep diri positif maka pola pikir, sikap, dan perbuatannya akan positif pula. Anak yang memiliki konsep diri negatif, maka kemungkinan untuk memiliki pola pikir, sikap, dan perbuatan yang negatif akan lebih besar. 

Saifullah, (2016) menyatakan bahwa ada dua tipe individu yang memiliki konsep diri negatif, yaitu: 1) Pandangan individu tentang dirinya sendiri benar-benar tidak teratur, tidak memiliki perasaan kestabilan dan keutuhan diri. Individu tersebut benar-benar tidak tahu siapa dirinya, kekuatan dan kelemahannya atau yang dihargai dalam kehidupannya. 2) Pandangan tentang dirinya sendiri terlalu stabil dan teratur. Ini bisa terjadi karena individu dididik dengan cara yang sangat keras sehingga menciptakan perilaku yang kurang baik.

Remaja yang sekolah memiliki kemampuan ke dalam diri sendiri, mengerti diri, menentukan hidup dan mampu menangani masalah yang sedang dihadapi. Ini berarti dirinya dihargai, dicintai karena nilai yang ada pada diri sendiri sebagai pribadi sehingga ia tidak bersifat defensif namun sepenuhnya menerima dirinya sendiri dan penuh kepercayaan terhadap diri sendiri. Menurut Singgih,D.Gunarsa(2001), keluarga yang tidak bahagia adalah keadaan dimana anggota keluarga atau salah satunya mengalami ketegangan, kekecewaan, atau tidak merasa puas dan bahagia dengan keadaan atau keberadaanya terhambat kehidupannya. Faktor yang menyebabkan timbulnya anak jalanan, antara lain kemiskinan, disfungsi keluarga, dan kekerasan dalam keluarga. Menurut Willis (2015), keluarga adalah salah satu kesatuan suatu sistem atau suatu organisme. Keluarga bukanlah merupakan kumpulan atau penjumlahan dari individu-individu. 

Keluarga mempunyai komponen-komponen yang membentuk organisme keluarga itu. Komponen-komponen itu adalah anggota keluarga. Sistem keluarga berfungsi untuk saling membantu dan memungkinkan kemandirian setiap anggota keluarga. Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti konsep diri yang dimiliki anak jalanan dan proses terbentuknya konsep diri. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk memahami dan mendeskripsikan secara jelas mengenai konsep diri yang dimiliki anak jalanan serta mengetahui proses terbentuknya konsep diri pada anak jalanan. Menurut Hendriati Agustini (2006) peran keluarga dan sosial menjadi pengaruh yang dominan terhadap pandangan subjek pada dirinya. Hal ini sesuai dengan pendapat William H. Fitts. 

B. Metode

Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan penelitian ini adalah wawancara dan observasi. Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan penelitian ini adalah wawancara dan observasi. Penelitian ini dilakukan di rumah partisipan dan tempat sesuai keinginan partisipan. Partisipan dalam penelitian ini yaitu remaja tengah dengan jenis kelamin laki-laki yang memiliki rentang usia 15-17 tahun dan aktif sebagai siswa di sekolah tingkat SMP yang memiliki kegiatan diluar sekolah sebagai anak jalanan.

C. Hasil Penelitian

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun