Mohon tunggu...
Radief Ramadhana
Radief Ramadhana Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis

Menulislah sebelum semua tulisan-tulisan itu dilarang bahkan dibredel, opinimu akan terasa kuat jika disamapikan dalam bentuk tulisan. Karena, jika haya berbentuk orasi saja, akan ibarat sayur tanpa garam

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Era New Normal, Sudahkah Kita Siap Menghadapinya?

7 Juni 2020   17:04 Diperbarui: 7 Juni 2020   17:07 175
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pandemi COVID-19 yang melanda seluruh dunia nampaknya telah mengubah tatanan kehidupan sosial-masyarakat kita semua. Kita yang awalnya berkerumun pada suatu tempat, saling berjabat tangan bahkan berangkulan dengan kawan ataupun kerabat kita kini harus saling menjaga jarak. Kita yang awalnya sellau berpergian ke satu tempat ke tempat lainnya kini hanya bisa di rumah saja. Pandemi yang ditetapkan oleh WHO sejak Maret 2020 ini telah berdampak pada berbagai hal. Mulai dari Psikologis, Ekonomi, Sosial dan Budaya. 

Secara psikologis, kita tentunya merasa stress, jenuh bahkan penat karena terlalu lama berada di rumah saja, terlebih yang sedang menjalani WfH (Work from Home) dan SfH (Study from Home). Tentu rasa stress, jenuh bahkan penat merupakan sifat alamiah Manusia. Saya, Anda bahkan kita semua pastinya stress, jenuh dan penat karena pandemi ini

Bahkan karena saking stressnya, ada yang harus mengakhiri hidup dengan cara bunuh diri. Seperti di Jepang yang sampai-sampai layanan hotline bunuh diri kewalahan saking banyaknya keluhan dari masyarakat. Berikut penulis kutip dari artikel di Japanesestation.com : 

Hotline bunuh diri Jepang tengah berusaha keras untuk tetap melayani banjirnya panggilan keluhan yang berasal dari orang-orang dengan masalah terkait virus corona atau masalah keuangan sambil tetap berusaha menjaga agar semua konselor mereka terhindar dari virus mematikan itu. 

Federasi Inochi no Denwa yang terdiri dari 50 organisasi pencegahan bunuh diri dengan sekitar 6000 konselor di seluruh penjuru Jepang mengatakan bahwa angka panggilan yang mereka terima melonjak tinggi setelah pemerintah Jepang mengumumkan status darurat COVID-19 bulan lalu dan meminta agar sebisa mungkin orang-orang menghindari kontak fisik. 

Kebanyakan penelepon itu takut akan masa depan ekonomi dan pekerjaan mereka, mengingat banyak bisnis yang terpaksa ditutup atau merosotnya jumlah pelanggan mereka. Beberapa orang juga mengatakan mereka mulai berpikir untuk bunuh diri setelah anggota keluarga mereka terinfeksi COVID-19. 

Tentu, kita harus survive untuk melanjutkan produktivitas kita ditengah pandemi. Kita juga tentu tak mau berlama-lama dengan keadaan kita harus WfH (Work from Home) dan juga SfH (Study from Home) maka dari itu, era New Normal atau Normal Baru akan datang sebagai solusi untuk mencegah kejenuhan, kepenatan dan bahkan kebosanan kita akibat terlalu lama berada dalam rumah. 

Namun, jangan sampai New Normal ini diartikan sebagai kita kembali pada kehidupan pandemi COVID-19 ini muncul. Tetapi, sebetulnya kita beraktivitas sebagai mana biasanya namun dengan protokol kesehatan yang ditetapkan oleh WHO

Aktivitas Di Kantor

Aktivitas di kantor di era new normal tentunya harus dijalankan dengan prtokol kesehatan, salah satunya ialah meminimalisir untuk terjadinya bergerombol dalam satu ruangan. 

Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Terawan Agus Putranto  mengeluarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.01.07/MENKES/328/2020 tanggal 20 Mei 2020 tentang panduan pencegahan dan pengendalian Covid-19 di tempat kerja perkantoran dan industri dalam mendukung keberlangsungan usaha pada situasi pandemi yang mengatur panduan dan pencegahan cOVID-19 ditempat kerja. Setidaknya, ada 4 aturan yang ada dalam Keputusan Mentteri tersebut yaitu : Olahraga bersama dan berjemur saat istirahat, Hindari Gunakan Alat Pribadi Secara Bersamaan, Mengatur Jarak Tempat Duduk, Menjaga Jarak di Lift dan Tangga. 

Aktivitas di Sektor Pendidikan

Dikutip dari situs kumparan.com, Pakar Psikologi Anak, Seto Mulyadi atau Kak Seto memutuskan anak harus kembali belajar di sekolah. Namun, keputusan tersebut janganlah terburu-buru, perlu dikoordinasikan dengan semua pihak termasuk dengan pihak KPAI, "Siswa harus siap mental. Lakukan koodinasi terus menerus melibatkan peran serta orang tua. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun