Wanita perajut rindu,
masih terus merajut benang benang rindu.
Meski dia tak pernah lagi mendengar suara lelaki berwajah sendu,
pun tak pernah melihat jejak lelaki itu sekian waktu.
Wanita perajut rindu,
dia tak tahu kenapa masih saja merajut rindu,
dia tak tahu kenapa masih menitipkan harapan pada lelaki berwajah sendu.
Mungkin karena rindu, adalah kata pertama yang ia dengar,
ketika jiwanya sedang rapuh dan gersang.
Dan bisikan rindu dari lelaki berwajah sendu itu,
bagaikan sekuntum mawar merah jambu di musim salju.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!