Mohon tunggu...
Dian Mayasari
Dian Mayasari Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Rimbo Bujang Juga Punya Cerita

25 Oktober 2016   16:22 Diperbarui: 25 Oktober 2016   16:26 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Muara Bungo, 2009

Muara Bungo adalah salah satu kabupaten di Provinsi Jambi, Indonesia. Kabupaten ini ber-ibu kota di Muara Bungo, kota ini kaya akan pertambangan batubara dan emas, juga sektor perkebunan sawit dan perkebunan karet. Pertama kali penempatan di Muara Bungo, kota ini memberikan kesan kota yang kaya, penduduknya masih relatif sedikit, makanan yang dijual tergolong lumayan mahal, dan biaya sewa rumah atau kos yang masih tinggi. Saat itu saya masih menyandang status OJT (On Job Training). 

Tingginya papan dan pangan di kota ini mengakibatkan biaya hidup menjadi tinggi. Jika dirasa pada saat itu, uang saku yang diterima masih belum cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup sebelum menjadi pegawai. Tapi Alhamdulillah, masa-masa itu sudah terlewati dengan diangkatnya saya sebagai pegawai tetap pada 1 September 2009 di PT.PLN (Persero) Wilayah S2JB Area Muara Bungo.

PT. PLN (Persero) Area Muara Bungo sebelumnya masih merupakan Ranting/Rayon dari PT. PLN (Persero) Area Jambi, kemudian seiring perkembangan kelistrikan memisahkan diri dari PLN Area Jambi pada tahun 2008. Area Muara Bungo saat ini memiliki oleh 5 rayon, diantaranya Rayon Bungo, Rayon Rimbo Bujang, Rayon Muara Tebo, Rayon Bangko, dan Rayon Sarolangun dengan wilayah kerja di empat kabupaten yaitu Kabupaten Tebo, Kabupaten Bungo, Kabupaten Merangin, dan Kabupaten Sarolangun.

Bekerja merupakan hal yang baru bagi saya, setelah tamat dari Sekolah Menengah Atas, mengikuti seleksi penerimaan lokal pegawai PLN ikatan dinas beasiswa D1 dan akhirnya dinyatakan lulus. Menurut saya, yang dibutuhkan dalam bekerja pertama kali adalah kemauan dan tekad yang kuat. Tidak semua yang pintar akan sukses seketika, semua butuh proses asal kita tekun dan mau belajar. Pengalaman tinggal jauh dari orang tua juga merupakan kali pertama yang saya rasakan. Saya harus belajar bersosialisasi dengan lingkungan kerja, dengan masyarakat yang merupakan konsumen listrik, dan lingkungan tempat tinggal. 

Selain itu, saya harus menjaga kesehatan, karena ternyata jatuh sakit saat kondiri merantau memang tidak enak. Tidak mudah memang, tapi tetap saja menjadi pembelajaran hidup yang harus ditempuh. Sebenarnya tidak ada yang harus saya kejar pada saat itu, tidak ada yang mewajibkan saya untuk bekerja pada umur yang masih muda, dimana teman-teman sebaya saya masih menikmati masa kuliah mereka, sebagian juga sudah masuk ke dunia kerja seperti saya, sebagian lain masih mengikuti hobi dengan menekuni kegiatan-kegiatan yang mereka sukai. Tapi kesempatan yang sudah diberikan Tuhan kepada saya, merupakan kesempatan hebat yang mungkin diinginkan teman-teman saya. Masuk kedalam perusahaan BUMN terkemuka di Indonesia, apalagi yang kurang bukan?? Untuk itulah saya berusaha menyemangati diri sendiri, cari kerja itu sulit, dan saya dengan bangganya mempersembahkan penghasilan pertama kepada orang terkasih, khususnya orang tua.

Rimbo Bujang, ‘kota’ ramai ditengah hutan, 2010

Saya kemudian di mutasikan ke Rayon Rimbo Bujang, Rimbo Bujang adalah sebuah kecamatan paling maju di Kabupaten Tebo, Jambi, dengan jumah penduduk paling tinggi. Rayon Rimbo Bujang merupakan pemekaran dari Rayon Muara Tebo. Kantor Rimbo Bujang pada masa itu masih berupa ruko 2 tingkat, dengan pegawai berjumlah kurang lebih 10 orang, dan saya satu-satunya pegawai wanita. Sisanya adalah pegawai Outsourching yang bekerja di bagian administrasi dan teknik. 

Menjadi satu-satunya pegawai wanita disana tidak membuat saya lemah, dan tidak membuat saya sombong dengan status pegawai saya. Saya berusaha memahami bahwa teman-teman OS disana juga sama seperti saya, sama-sama bekerja untuk PLN, sama berjuangnya dengan pegawai lainnya. Hanya saja untuk detail pekerjaan dan hak yang didapatkan tentunya kami berbeda. Mutasi ke PLN Rimbo Bujang memberikan perasaan resah, takut, sedih, dan harap pada saat menerima SK mutasi. Apakah akan menjadi sejarah indah, atau duka di Rimbo Bujang?

Akhirnya saya memutuskan untuk tetap menjadikan Kota Muara Bungo sebagai tempat tinggal, dan berangkat tiap pagi ke Rimbo Bujang. Saat itu masih ada angkot yang menunggu penumpang yang akan berangkat dari Kota Muara Bungo ke Rimbo Bujang, dengan waktu tempuh kira-kira 45 menit dari Kota Muara Bungo. Sampai nomor handphone Pak Sopir juga saya simpan untuk komunikasi tiap pagi, hehe. Sore pun begitu, pak sopir akan menjemput di kantor Rayon dan saya akan diturunkan di jalan lintas Muara Bungo, kemudian naik ojek untuk sampai di kos. 

Tidak mudah bukan? Saya menjalaninya dengan sabar, mengingat bahwa bekerja itu jika didasari dengan keikhlasan, maka buahnya akan manis. Maka dimulailah kehidupan lintas muara bungo-rimbo bujang. Bagi saya, perjalanan saat itu merupakan perjalanan menuju ‘kota’ ramai ditengah hutan. Bayangkan, setelah melalui jalan lintas, kita akan berbelok ke suatu jalan dan akan sampai setelah melewati hutan-hutan karet dan sawit sepanjang jalan. Jadilah setiap hari saya menjalani perjalanan liburan ke 'kota Rimbo Bujang' yang isinya didominasi masyarakat jawa hasil transmigrasi namun dengan bahasa, budaya dan makanan yang mengarah ke nuansa Padang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun