Peran Mahasiswa dalam Mengokohkan Pancasila di Tengah Ancaman Polarisasi Politik dan Radikalisme
Indonesia merupakan negara yang berlandaskan Pancasila tentu saja akan terus menghadapi tantangan besar berupa polarisasi politik dan ancaman radikalisme. Polarisasi politik yang kerap diperparah oleh manipulasi informasi dan ujaran kebencian di media social dapat menciptakan jurang perpecahan yang membahayakan persatuan bangsa. Di sisi lain, radikalisme dengan ideologi yang bertentangan dengan semangat Bhineka Tunggal Ika dapat mengancam keberagaman kekayaan Indonesia baik Suku Budaya,Agama, Ras dan Antar golongan. Dalam situasi ini mahasiswa memiliki peran strategis sebagai agen perubahan sekaligus penjaga nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila.
Polarisasi Politik dan Radikalisme : Ancaman yang Nyata
Polarisasi politik di Indonesia semakin menonjol dalam beberapa tahun terakhir terutama pada masa pemilu. Salah satu contohnya adalah ketegangan sosial yang terjadi akibat penyebaran ujaran kebencian selama masa kampanye politik. Isu-isu sensitif seperti agama sering kali dimanfaatkan untuk membangun loyalitas kelompok tertentu tetapi di sisi lain memperparah perpecahan di masyarakat. Fenomena ini tidak hanya terjadi secara offline tetapi juga meluas di media social yang berperan sebagai alat untuk menyebarkan propaganda yang dapat memicu konflik.
Sementara itu radikalisme terus menjadi ancaman serius, seperti yang terlihat dalam kasus penangkapan jaringan teroris di beberapa wilayah Indonesia yang menyasar generasi muda untuk direkrut. Narasi yang dikembangkan oleh kelompok ini sering kali memanfaatkan ketidakpuasan sosial untuk menanamkan ideologi yang tentu saja bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila.
Peran Mahasiswa dalam Mengatasi Polarisasi dan Radikalisme
Mahasiswa sebagai generasi terdidik dan kritis, memiliki tanggung jawab moral untuk berperan aktif dalam menghadapi tantangan ini. Sejarah membuktikan bahwa mahasiswa kerap menjadi penggerak perubahan seperti dalam peristiwa Reformasi 1998 yang membawa transformasi besar dalam kehidupan politik Indonesia. Kini mahasiswa dapat mengambil peran strategis melalui langkah-langkah berikut :
- Membangun Diskusi Kritis dan Edukasi Publik
Mahasiswa dapat menginisiasi forum diskusi di kampus maupun komunitas untuk memperdalam pemahaman tentang Pancasila dan relevansinya dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya membahas bagaimana nilai gotong royong dapat diterapkan dalam konteks modern seperti dalam kolaborasi lintas agama dan budaya.
- Memanfaatkan Media Sosial secara Bijak
Dengan pengaruh media sosial yang besar, mahasiswa dapat memanfaatkan platform ini untuk menyebarkan narasi positif, seperti kampanye toleransi dan persatuan. Contoh kampanye positif yang pernah berhasil adalah gerakan #KitaBersaudara yang viral di media sosial setelah insiden intoleransi di Surabaya, yang dapat menunjukkan solidaritas antarkelompok agama.
- Berperan dalam Advokasi Kebijakan
Mahasiswa dapat menjadi penyeimbang dalam menganalisis dan mengkritik kebijakan pemerintah yang dinilai tidak sejalan dengan nilai-nilai Pancasila. Misalnya melalui penelitian dan advokasi berbasis data, mereka dapat memberikan masukan terkait kebijakan yang mendorong inklusivitas dan keberagaman.
- Kolaborasi dengan Elemen Masyarakat
Kolaborasi antara mahasiswa, tokoh agama, organisasi kepemudaan, dan lembaga pendidikan menjadi kunci dalam melawan narasi radikalisme. Contoh nyata adalah program toleransi lintas budaya yang melibatkan mahasiswa di daerah-daerah rawan konflik, seperti yang diinisiasi oleh Universitas Gadjah Mada (UGM).
Menanamkan Pancasila melalui Tindakan Nyata
Peran mahasiswa tidak hanya terbatas pada teori tetapi juga harus diwujudkan melalui sikap dan tindakan yang mencerminkan nilai-nilai Pancasila. Dalam menghadapi polarisasi dan radikalisme, mahasiswa dapat menjadi contoh nyata dengan mengedepankan sikap toleran, menghargai perbedaan, dan aktif dalam kegiatan sosial yang memperkuat persatuan bangsa.
Kesimpulan