Mohon tunggu...
radhita nur annisa
radhita nur annisa Mohon Tunggu... -

Mahasiswa Ilmu Komunikasi Univ. Atma Jaya Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Makanan Siap Saji Mendominasi Indonesia

17 Maret 2017   12:05 Diperbarui: 17 Maret 2017   20:19 15117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oleh : Radhita Nur Annisa

Urusan makanan memang tidak jauh dari manusia. Setiap manusia tentunya harus memenuhi kewajiban ini untuk bertahan hidup. Jika tidak sempat memasak sendiri di rumah atau kos, beberapa orang memilih makanan siap saji untuk disantap. Makanan siap saji atau fast foodmemang lebih praktis dibanding harus memasak sendiri. Tidak salah jika fast food menjadi pilihan masyarakat perkotaan. Gaya hidup perkotaan memang mengajarkan segala sesuatu dibuat dengan mudah dan instan, tak terkecuali dengan makanan. Terlebih lagi makanan siap sajiyang disediakan di cafe atau restoran menyajikannya dengan packagingyang menarik dan memberikan beberapa promo menarik.

Fast Foodnampaknya sudah tidak asing lagi di telinga kita. Sebagai seorang mahasiswa yang dulunya pernah nge-kos, saya juga lebih memilih untuk makan makanan cepat saji dibanding harus memasak. Alasan lain adalah saya di kos tidak punya kompor dan malas untuk meminjam kompor ibu kos dan juga kendaraan yang terbatas. Ternyata hal tersebut juga  terjadi ketika berada di rumah orang tua. Saat bosan untuk makan di rumah, saya lebih memilih makanan cepat saji. Selain rasanya yang beda dengan makanan rumah, saya juga tidak perlu menunggu lama untuk langsung menyantap makanan ini.

Fast food sebenarnya tidak jauh-jauh dari anak muda zaman sekarang. Lihat saja, kalau nongkrong makannya burger, kentang goreng atau donat. Kalau ngerjain tugas milihnya di Starbucks atau McDonald. Kalau makan siang milihnya ayam goreng atau pizza. Semua makanan dan minuman tersebut merupakan makanan siap saji yang ada di sekitar kita. Misalnya saja di Jogja, cafe-cafe akan dipenuhi oleh anak muda yang nongkrong menghabiskan waktu. Selain itu orang Indonesia terkenal suka bersosialisasi, tidak salah jika beberapa cafe penuh dengan orang-orang yang mengerjakan tugas bersama dan mengobrol rame-rame. Cafe-cafe tersebut selain menyediakan minuman berupa kopi, mereka juga menyediakan makanan siap saji seperti sandwich,burger, roti bakar atau kentang goreng yang tentunya menjadi pilihan ketika sudah lama nongkrong. Fasilitas yang diberikan cafe-cafe tersebut sangat menunjang seperti koneksi wifi gratis, parkiran luas, ruangan ber-AC dan beberapa tawaran diskon di hari tertentu. Hal itu bisa menjadi faktor pendukung kenapa cafe atau restoran sangat digemari oleh anak muda maupun masyarakat perkotaan.  

Berbicara mengenai fast food, saya akan menjelaskan terlebih dahulu apa itu fast food atau makanan siap saji. Beberapa orang mengartikan fast food sama dengan Junk food. Namun apakah kalian tahu fast food dan junk food sebenarnya adalah dua makanan yang berbeda ? Dalam arti bahasa fast food dan junk food memiliki dua kata yakni : Junk = Sampah, Food = Makanan dan Fast = Cepat, Food = Makanan. Berarti Junk food adalah makanan sampah sedangkan Fast Food adalah makanan cepat atau makanan cepat saji. Tapi sebenarnya yang membedakan keduanya bukan dari segi arti katanya melainkan kandungan dalam makanan tersebut. Fast food memiliki pengertian makanan yang siap disajikan atau makanan siap saji. Biasanya istilah ini merujuk pada restoran atau kafe yang menyediakan makanan dengan kualitas rendah sehingga makanan dengan cepat bisa langsung disediakan untuk pembeli. Makanan siap saji sudah terlebih dahulu diolah dan saat dipesan hanya butuh diolah lagi sehingga memerlukan waktu yang singkat. Sedangkan junk food merupakan makanan dengan penyajian yang cepat namun tidak memerhatikan kandungan gizi yang dikonsumsi. Memang fastfood lebih bernutrisi karena sebagian memenuhi kebutuhan tubuh seperti karbohidat, vitamin dan mineral sedangkan junk food memiliki kadar lemak dan garam karena identik dengan makanan yang digoreng atau dipanaskan berkali-kali.

Konsumsi makanan siap saji didukung juga dengan banyaknya restoran siap saji yang ada di Indonesia. Dikutip dari marketing.comelalui survei yang dilakukan oleh SurveyOne menunjukkan dominasi restoran ala Amerika memang sangat kuat di Indonesia. Survei yang melibatkan 150 responden yang berdomisili di Jakarta membuktikan KFC berada di peringkat atas mencapai 38,7% yang mendominasi pilihan fast fooddi kalangan anak muda. Sementara A&W menempati peringkat dua dan McDonald berada di peringkat ketiga. Sisanya adalah restoran lokal seperti Es Teler 77 mncapai angka 6% diikuti Solaria dengan 4,7 %. Bukti orang Indonesia lebih memilh restoran cepat saji dibandingkan tempat lain juga dilakukan oleh Master Card pertengahan 2015 lalu. Dikutip dari laman sindonews, survei MasterCard berjudul Consumer Purchasing Priorities menunjukkan 80% orang Indonesia lebih memilih untuk makan di resto cepat saji. Sisanya adalah foodcourt 61% dan kafe kelas menengah 22%.

Dari survei tersebut kita bisa lihat masyarakat Indonesia konsumtif terhadap fast food.Terlebih lagi didukung dengan adanya restoran siap saji yang tersebar di beberapa wilayah Indonesia. Hal ini sama dengan yang diungkapkan sosiolog bernama George Ritzer. Pada tahun 1993 Ritzer membuat sebuah analisis menarik yang disebut teori McDOnaldisasi. Teori ini merujuk pada prinsip-prinsip restoran fast foodyang semakin banyak mendominasi sektor kehidupan masyarakat. McDonaldisasi ini mendomunasi berbagai sektor mulai dari bisnis restoran, agama, biro periklanan, politik, seks pendidikan dan keluarga. Ritzer juga menjelaskan empat prinsip McDonalds yang mendominasi menjadi sektor lain (McDonaldisasi). Pertama, McDonald menawarkan efisiensi yaitu model yang optimal mengubah sesuatu ke sesuatu yang lain misalnya mengubah lapar menjadi kenyang. Kedua, McDonald menwarkan makanan dan layanan yang terkakulasi misalnya kalkulasi waktu. Waktu yang dibutuhkan untuk memesan makanan di McDonald lebih cepat dibanding memasak di rumah. Ketiga, McDonald menawarkan keterprediksian. Kita memprediksi bahwa makan McSpicy di Jogja akan sama isi dan rasanya ketika makan di Amerika. Keempat, McDonald menawarkan kontrol. Orang-orang yang bekerja di restoran seperti ini melakukan hal-hal yang terbatas seperti digantikan oleh mesin.

Keberadaan restoran siap saji setidaknya banyak merubah pola kehidupan masyarakat. Mulai dari kebiasaan untuk memasak sendiri sekarang dipermudah dengan adanya restoran siap saji. Restoran tersebut juga dilengkapi dengan layanan pesan antar sehingga kita tinggal menunggu saja di rumah dan siap menyantap makanan tersebut. Selain itu rasa yang lebih sedap dan iklan yang lebih menggoda juga mempengaruhi pola pikir masyarakat untuk mengonsumsi fast food. McDonaldisasi juga mengajarkan mengenai citra yang dibangun ketika makan ditempat tersebut. Seperti “you are what you eat” yang berarti kamu adalah apa yang kamu makan. Moral yang dibentuk dari perkataan tersebut mempengaruhi pola pikir masyarakat modern untuk mengonsumsi makanan yang lebih bergengsi seperti di restoran siap saji.

Lalu apa yang disebabkan jika mengonsumsi makanan siap saji ? Makan tersebut dapat menyebabkan beberapa penyakit misalnya obesitas, kerusakan hati, diabetes, kekurangan nutrisi dan tekanan darah tinggi. Penyakit yang akan ditimbulkan dari mengonsumsi makanan siap saji ini lah yang dikhawatirkan. Perlu diketahui bahwa makanan siap saji kebanyakan mengandung bahan pengawet, perasa dan pewarna juga kandungan gizi yang tidak seimbang. Masakan siap saji juga membuat hilangnya aktivitas fisik. Dibandingkan dengan mengolah makanan sendiri sampai menjadi makanan yang siap disantap, kita mengeluarkan energi yang sebenarnya baik bagi tubuh.

 Untuk menghindari itu semua perlu adanya kesadaran dalam diri kita mengenai bahaya yang akan terjadi. Memang tidak dalam waktu dekat makanan siap saji dapat menimbulkan masalah pada tubuh, tapi kesehatan jangka panjang juga perlu diperhatikan. Mulailah dengan mengubah pola pikir “makanan sehat justru lebih enak dari pada fast food”. Dengan pola pikir tersebut perlahan kita akan mulai mendoktrin diri dan mengubah pola makanan dengan makanan sehat seperti sayur dan buah-buahan. Memasak sendiri di rumah juga bisa menjadi alternatif menjauhi makanan siap saji. Memang terasa berat, tapi apa yang tidak bagi kesehatan ? Jika memang terasa berat dilakukan, mulai lah secara bertahap dengan mengurangi makanan siap saji dan imbangi lah dengan berolahraga.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun