Penyakit demam berdarah dengue atau biasa dikenal pada umumnya DBD masih menjadi masalah kesehatan masyarakat terutama di daerah tropis maupun subtropis. DBD adalah salah satu penyakit yang bersifat akut dari virus yang dibawa oleh nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopctus betina. Virus dengue dilaporkan telah menjangkiti lebih dari 100 negara, terutama di daerah perkotaan yang berpenduduk padat dan pemukiman di Brazil, dan bagian lain Amerika Selatan, Karibia, Asia Tenggara, dan India. Jumlah kasus DBD tidak pernah menurun di beberapa daerah tropis dan subtropis bahkan cenderung akan terus meningkat dan banyak menimbulkan kematian. Salah satunya di Indonesia, Kementrian Kesehatan mencatat kasus kematian pada tahun 2024 yang disebabkan DBD naik nyaris tiga kali lipat lebih tinggi dibanding 2023.
Penularan virus dengue terjadi melalui gigitan nyamuk yaitu nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopctus. Kedua spesies nyamuk itu ditemukan di seluruh wilayah Indonesia. Sebelum seseorang terkena DBD, di dalam tubuhnya sudah terjangkit salah satu serotipe virus dengue. Biasanya, serangan pertama kali ini menimbulkan demam dengue. Penderita akan mengalami berbagai gejala seperti merasa mual, muntah, sakit kepala, nyeri otot, nyeri persendian, nyeri tulang, dan perut terasa kembung. Tanda khas akan muncul saat penderitanya memasuki keadaan yang cukup parah, yaitu wajah cenderung memerah, terjadi pembesaran hati, dan tinja berwarna hitam atau mengandung darah. Jika gejala ini sudah muncul, penderita harus dirawat dengan lebih serius agar tidak memasuki fase kritis. Betapa menyeramkannya penyakit DBD ini menyerang manusia.
Perlu diketahui, nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopctus lebih menyukai tempat yang beriklim panas. Hal ini diduga sebagai penyebab di beberapa daerah perkotaan lebih banyak ditemukan kasus daripada di pedesaan. Penularan DBD terjadi dengan beberapa faktor utama, seperti pertumbuhan penduduk di daerah perkotaan biasanya lebih cepat dibandingkan pedesaan. Selain itu, perpindahan tempat tinggal penduduk juga menjadi faktor utama dalam penyebaran DBD. Penyakit menular seperti DBD ini dikaitkan juga dengan geografi/spasial karena salah satu sumber terjadinya penyakit tidak lepas dari faktor lingkungan. Penelitian sebelumnya menyebutkan bahwa faktor kemiskinan seseorang kesulitan dalam menyediakan rumah sehat, pasokan air minum dan pembuangan sampah yang benar.
Dari sinilah peran kesehatan masyarakat sangat penting dalam berupaya mencegah penyakit DBD di Indonesia agar tidak semakin meningkat setiap tahunnya. Penyuluhan tentang pencegahan dan pengendalian terhadap DBD merupakan langkah pertama dalam berupaya mencegah penyakit demam berdarah dengue. Pencegahan dan pengendalian DBD beberapa tahun ini dilakukan melalui program Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) 3M Plus dengan melibatkan seluruh masyarakat. Dalam program PSN yang paling popular adalah kegiatan 3M Plus. 3M dapat diartikan menjadi perilaku menguras tempat penampungan air, menutup tempat penampungan air, dan mendaur ulang atau memanfaatkan kembali barang bekas.
Kegiatan 3M Plus didukung juga dengan menaburkan bubuk larvasida (abate), menggunakan obat anti nyamuk, memelihara ikan pemakan jentik, dan menggunakan kelambu saat tidur. Kegiatan ini, diyakini dapat menekan perkembangbiakan nyamuk jika dilakukan dengan baik dan berkesinambungan. Dengan adanya partisipasi masyarakat menjadi kunci keberhasilan upaya dalam mencegah DBD dengan cara melakukan kegiatan pemberantasan nyamuk. Hal ini dapat terlaksana jika ada kesadaran dari masyarakat itu sendiri dan perubahan perilaku masyarakat menjadi lebih baik.
Menurut beberapa penelitian terdahulu, untuk memengaruhi kesadaran dari masyarakat tersendiri harus melalui pendidikan, tingkat pengetahuan, sikap, dan dukungan dari petugas kesehatan dan kader. Salah satu yang paling signifikan adalah pendidikan. Pendidikan sangat penting bagi seseorang dalam memperoleh informasi tentang kesehatan dirinya dan lingkungannya dengan tujuan meningkatkan kualitas hidup seseorang. Mereka yang memiliki wawasan luas lebih dapat memberikan motivasi, memberi contoh pada orang lain, dan dapat memberikan dorongan kepada keluarganya maupun masyarakat sekitar untuk menerapkan tindakan pencegahan penyakit khususnya pencegahan DBD.
KATA KUNCI : Darah, DBD, Kesehatan, Masyarakat, Nyamuk
DAFTAR PUSTAKA
Agung Sutriyawan, W. D. H. A. J. H. F., 2022. Faktor yang Mempengaruhi Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) Melalui 3M Plus dalam Upaya Pencegahan Demam Berdarah Dengue (DBD). Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat, 11(1), pp. 23-32.
Candra, A., 2010. Demam Berdarah Dengue: Epidemiologi, Patogenesis, dan Faktor Risiko Penularan. Journal of Vector Borne Diseases Studies, 2(2), pp. 110-119.
Dr. Hindra I. Satari, S. M. M., 2004. Demam Berdarah. Jakarta: Puspa Swara, Anggota IKAPI.