Persatuan adalah fondasi yang mengikat kita dalam keberagaman. Tanpa persatuan, kita seperti orkestra tanpa konduktor---berisik tanpa harmoni. Setiap individu, dengan latar belakang dan pandangan yang berbeda, berkontribusi pada simfoni kehidupan. Namun, ada kalanya ketegangan muncul, seperti sejumput garam yang mengganggu sup kita.
Bayangkan jika di tengah kebersamaan, ada "vaksi"---seperti bumbu yang terlalu tajam. Itu bisa membuat kita terpecah belah, saling menuduh, dan lupa akan tujuan utama. Bukankah lebih baik kita berdansa bersama, meski terkadang langkah kita berbeda? Alih-alih mengisolasi satu sama lain, mari kita buat ruang untuk dialog yang membangun.
Satirnya, kita seringkali lebih fokus pada perbedaan---seperti membesarkan biji semangka yang terjatuh---daripada merayakan persamaan kita. Di era media sosial, satu cuitan bisa membuat kita saling serang lebih cepat daripada kilat. Jadi, mari kita berhenti sejenak, tarik napas, dan ingat bahwa di balik setiap pandangan, ada manusia yang berjuang untuk memahami dunia dengan cara mereka sendiri.
Intinya, persatuan bukan berarti kita harus sepakat dalam segala hal. Melainkan, kita perlu menghargai perbedaan tersebut dan bekerja sama. Dalam kebersamaan, kita bisa mencapai tujuan yang lebih besar daripada sekadar bertahan hidup sebagai individu. Mari kita jaga persatuan ini, agar "vaksi" tidak menggerogoti kita dari dalam. Setelah semua, kita hanya satu tim---meski terkadang kita harus berdebat tentang siapa yang seharusnya jadi kapten!
Namun, saat kita terus membiarkan perpecahan ini tumbuh, kita bukan hanya merusak harmoni; kita juga mengabaikan tanggung jawab kita terhadap satu sama lain. Dalam dunia yang kian terpecah, kita berisiko menjadi generasi yang lebih banyak meratapi kesedihan daripada merayakan keberagaman. Mari kita tanyakan pada diri kita: Apakah kita ingin dikenang sebagai mereka yang membiarkan "vaksi" merobek persatuan, atau sebagai mereka yang berani melawan arus dan mengulurkan tangan untuk membangun kembali jembatan yang telah runtuh? Pilihan ada di tangan kita, dan konsekuensinya akan ditentukan oleh tindakan kita hari ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H