Energi positif adalah yang melesat dari alam pikiran kita, kemudian membentuk kondisi yang mengarah pada hal hal yang positif atau nilai-nilai kebajikan universal. Misalnya, bijaksana, berbaik sangka, disiplin, empati, pantang menyerah, tidak gampang putus asa dan lain sebagainya. Sebaliknya, energi negatif
Dalam melakukan tindakan, orang orang yang bijaksana selalu menggunakan akal budinya, pengalaman dan pengetahuannya sehingga tidak picik terhadap kenyataan. Mereka lebih mengedepankan strategi daripada reaksi. Oleh sebab itu, mereka selalu tenang. Tidak mudah marah. Juga tidak gampang misuh dan mencari kambing hitam. Ketika mengalami kekalahan dalam sebuah pertandingan, misalnya.
Orang-orang yang bijaksana akan menerima hasil seleksi dengan lapang dada.Menang ngguyu, kalah meguru. Menang tidak jumawa, kalah tidak ngresulo. Mereka sadar, bahwa kemenangan yang sebenarnya bukanlah saat mengalahkan orang lain, tapi saat bisa mengalahkan diri sendiri. Bagi mereka, lolos atau tidak lolos itu tidak penting. Sebab Tuhan tidak mewajibkan lolos, sehingga tidak lolos pun tidak berdosa
Orang orang yang bergerak dengan energi positif juga senantiasa berbaik sangka kepada siapapun. Termasuk kepada orang-orang yang membencinya. Bahkan mereka menyampaikan terimakasih karena para pembenci itulah yang memiliki andil besar menjadikan dirinya lebih kuat. Tidak hanya itu, orang-orang yang bijaksana juga tabik kepada orang orang mengabaikan dirinya. Mereka sadar betul bahwa dalam berelasi itu tidak ada yang lestari kecuali kepentingan.
Yuk, melangkah dengan energi positif. Niscaya kita tidak gampang menyerah dan putus asa dalam menegakkan kebenaran meskipun kita mungkin akan mati atau terpenjara dengan rantai di kedua kaki. Yakinlah bahwa kebenaran tidak akan pernah bisa ditundukkan dengan membunuh dan memenjarakan orang-orang yang memperjuangkannya.
Meskipun paru-parunya penuh bercak warna hitam, dan ia sadar sewaktu waktu bisa saja menjemputnya, Panglima Besar Jenderal Soedirman tidak pernah putus asa dan memutuskan untuk tetap memimpin gerilya. Beliau sadar betul, putus asa itu sebuah kekalahan terbesar.
Mari membiasakan diri bergerak dengan energi positif karena hal itu akan membuat hidup kita sehat. Berhenti bergerak dengan energi negatif karena itu akan membuat jasmani kita rapuh. Sebab fisik dan psikis habis untuk berdebat hal hal yang remeh remeh. Akibatnya, pikiran dan tindakan kita tenggelam oleh hal hal yang jauh dari kearifan.
Orang orang yang berpikiran positif selalu memahami dirinya sendiri. Bahkan melakukan sesuatu melebihi dirinya sendiri. Kita memiliki tanggungjawab membangkitkan motivasi intrinsik pada diri murid. Berawal dari sini kemudian muncul pikiran positif. Kalau pikiran positif ini dikontekstualisasikan di kelas dan atau sekolah, maka akan menjadi sebuah tindakan positif. Kalau tindakan ini sudah menjadi kebiasaan, maka lahirlah tradisi positif.
Kebiasaan positif yang terjaga, ajeg dan konsisten akan menjadi sebuah budaya positif. Oleh karena itu, semakin banyak murid yang berpikir positif dan bergerak dengan energi positif, maka ke depan akan semakin mudah mewujudkan murid yang memiliki karakter profil pelajar Pancasila. Semoga!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H