Kami godam yang memberangus tanah lumpuh tak bertumpu,
lusinan janji dari cakap cepat lawak rima tak beraturan.
Membaca puisi wiji sebagai salah satu andil dari kemanusiaan,
kebenaran mungkin tak pernah dimenangkan;
tapi kebodohan masih saja selalu kau lumat dengan keriangan.
Kembung dari dasar lumbung yang tinggal sebatas mitos,
hening diatas cakrawala, berubah kelabu menjadi pemakaman yang panjang.
Sungai angkara yang dipenuhi belasungkawa,
bangga dan bahagia menjadi bangsa tersangka.
Rima abadi dalam sanubari jiwa,
selalu tertidur dalam naungan niscaya.
Tetaplah hidup arwah-arwah api bara,
menolak tunduk pada patuh memori tentara.
Abadilah wahai para abdi bumi,
yang kian hari kian tergerus masa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H