Mohon tunggu...
Muhammad Zaidan
Muhammad Zaidan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Gemar menulis dan menekuni fotografi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Di Balik Kesuksesan Bahasa Indonesia di Mata Dunia, Terdapat Ironi di Baliknya

30 Januari 2024   16:50 Diperbarui: 30 Januari 2024   16:53 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Bahasa Indonesia sendiri merupakan bahasa resmi bangsa Indonesia. Dalam kehidupan sehari-hari, bahasa berperan aktif dalam aktivitas komunikasi yang selalu dilakukan oleh manusia. Bahasa dan manusia merupakan satu kesatuan yang utuh tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya, karena bahasa dilahirkan oleh manusia dan manusia pula yang berperan dalam menentukan akan bertahan lama atau tidaknya suatu bahasa di dalam kehidupan sosial mereka. Selain itu, bahasa menjadi salah satu alat komunikasi yang mampu menjaga persatuan suatu bangsa nya, dan sekaligus menjadi jati diri suatu bangsa. Seiring berjalannya waktu, bahasa Indonesia pun banyak diminati oleh masyarakat internasional. Bahasa Indonesia telah menjadi bahasa terbesar di Asia Tenggara dengan persebarannya yang mencakup 47 negara di seluruh dunia. Selain itu menurut, Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Badan Bahasa), Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), E Aminudin Aziz mengatakan, sudah ada 54 negara yang mengajarkan bahasa Indonesia. Puncaknya adalah ketika UNESCO menetapkan bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi atau international language, hal ini menjadikan bahasa Indonesia menjadi bahasa ke-10 yang ditetapkan UNESCO selain dari bahasa Inggris, Prancis, Arab, Tiongkok, Rusia, Spanyol, Hindi, Italia, Portugis. Namun pencapaian ini perlu diperhatikan kembali oleh pemerintah dan masyarakat Indonesia itu sendiri, dimana masyarakat Indonesia sendiri masih memiliki tingkat kemahiran dalam berbahasa Indonesia masih kurang maksimal, dan cenderung menyepelekan bahasa Indonesia.

Beberapa fenomena ironi yang ditemukan adalah masyarakat Indonesia lebih sering menggunakan kalimat tidak baku dalam berkomunikasi, serta mereka beranggapan bahwa komunikasi dengan menggunakan bahasa Indonesia hanya sebatas penyampaian maksud saja tanpa memperhatikan kaidah kalimat baku atau tidak baku. Padahal, bahasa asing yang cukup sering dipelajari dalam sekolah formal yaitu bahasa Inggris saja merupakan bahasa Inggris ragam baku. Pembelajaran bahasa Inggris ragam baku ini justru malah tidak menyurutkan masyarakat Indonesia itu sendiri untuk menerapkan kaidah-kaidah bahasa Inggris dengan baik. Tetapi, hal ini berbanding terbalik ketika masyarakat Indonesia belajar memahami bahasa nya sendiri yang cenderung menyepelekan tanpa memperhatikan mana penggunaan kalimat yang baku dan tidak baku. Selain itu, faktor budaya luar dan modernisasi pun menjadi suatu hal yang menyebabkan masyarakat Indonesia kurang menaruh minat untuk mempelajari bahasa Indonesia.

Selain itu, meremehkan sebuah definisi yang salah satu contohnya masih sering ditemukan sampai saat ini, adalah penggunaan kata 'dirgahayu' dalam ucapan selamat hari ulang tahun, yang padahal kata 'dirgahayu' dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) memiliki arti berumur panjang (biasanya ditujukan kepada negara atau organisasi yang sedang memperingati hari jadinya). Arti kata 'dirgahayu' tidak semestinya disandingkan dengan angka atau umur lembaga atau orang yang berulang tahun. Selain itu kesalahan dalam berbahasa Indonesia lainnya adalah minimnya penguasaan struktur kalimat. Penggunaan struktur kalimat pada kalimat sederhana akan lebih mudah dipahami, tetapi hal tersebut akan berbeda jika melihat struktur kalimat pada kalimat majemuk. Kesulitan tersebut muncul akibat minimnya pengetahuan dan kebiasaan menulis menggunakan struktur kalimat yang benar dan hal ini dapat diakibatkan dari kurangnya efektifnya kurikulum yang diajarkan pada pendidikan formal.

Kurangnya minat generasi muda untuk mempelajari bahasa Indonesia pun menjadi fenomena ironi. Bahasa Indonesia dianggap sebagai bahasa yang ketinggalan zaman. Pola pengajaran bahasa Indonesia yang terkesan monoton membosankan serta sulit dipahami, menjadikan bahasa Indonesia kurang diminati generasi muda. Guru-guru bahasa Indonesia semestinya menggunakan pola-pola pengajaran yang menarik, interaktif, dan tidak memakai cara-cara lama, seharusnya pula guru harus memiliki analisis yang tajam terkait pola pengajaran apa yang akan cocok dengan para siswa dengan beragam latar belakang.

Bahasa Indonesia semestinya menjadi perhatian kita semua selaku masyarakat Indonesia, selain digunakan sebagai bahasa nasional yang terdapat pada pasal 36 dalam UUD 1945 bahwa bahasa negara adalah bahasa Indonesia. Hal ini sudah sepatutnya sebagai warga negara Indonesia memiliki kepekaan dan rasa kepemilikan terhadap bahasa Indonesia. Fenomena-fenomena di balik kurangnya keinginan masyarakat Indonesia itu sendiri dalam mempelajari bahasa Indonesia dengan baik perlu menjadi fokus bagi pemerintah dan kita selaku masyarakat Indonesia itu sendiri agar kesuksesan yang telah diraih menjadi bahasa internasional seakan tidak sia-sia ketika masih harus ada pembenahan didalam diri warga masayarakat itu sendiri. Modernisasi dan derasnya arus budaya luar yang masuk memang sulit untuk dicegah, tetapi, hal tersebut perlu adanya kesadaran diri oleh masyarakat dalam menjaga keutuhan bahasa Indonesia agar tidak tergerus oleh zaman dan kemungkinan terburuknya adalah terjadinya kepunahan dalam bahasa Indonesia yang baik dan benar. Menaruh minat terhadap bahasa asing bukan suatu hal yang salah, justru hal tersebut diperlukan dalam era yang serba maju hari ini, tetapi kembali lagi jangan sampai melupakan satu hal yang telah lama menjadi bagian dari kita yakni bahasa Indonesia, sebab ketika masyarakat itu sendiri mulai menyepelekan dan acuh terhadap peningkatan kemahiran dalam berbahasa Indonesia, kemungkinan terburuknya adalah hilangnya penggunaan bahasa yang baik dan benar dalam bahasa Indonesia.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun