[caption id="" align="alignleft" width="362" caption="http://artikelmuslimah.files.wordpress.com/2012/02/islam-and-christianity.jpg"][/caption]
Mesir, sebuah negara sentral di Timur Tengah yang baru saja mencoba berdiri kembali seusai 'revolusi melati' yang dilalui tahun 2011 lalu. Revolusi yang ditandai dengan dikudeta-nya Presiden Khosni Mubarrak yang telah berkuasa selama 30 tahun dengan pemerintahan korup dan 'tangan besi' nya. Kini, mesir sudah mulai menatap masa depan bersama pemerintahan baru hasil pemilu nasional. Pemilu yang menetapkan Partai Ikhwanul Muslimin dan Mohammed Mursi sebagai partai pemenang dan presiden terpilih rakyat mesir. Ikhwanul Muslimin sebelumnya adalah partai terlarang di era Khosni Mubarrak, karena dinilai terlalu radikal dan mengancam dengan ideologi islam konservatif nya. Namun, setelah terpilih menjadi penguasa mesir yang baru, Presiden Mohammed Morsi membuat langkah kontroversial dengan mengangkat seorang Wakil Presiden beragama Kristen Koptik.
Rencana kontroversial tersebut diungkapkan Juru Bicara Mursi Sameh el-Essawy mengatakan seperti dilansir Guardian,Kamis (28/6/2012), nama-nama untuk dua posisi wapres tersebut memang belum final. Namun sudah dipastikan bahwa Morsi akan memiliki dua wapres -- satu wapres seorang wanita dan seorang lagi pria dari Kristen Koptik(sumber).
Ketika penunjukkan ini resmi dilakukan, maka keduanya akan mencatat sejarah di Mesir sebagai wanita pertama dan seorang Koptik pertama yang pernah menduduki jabatan tinggi di pemerintahan.
Langkah ini diambil sebagai upaya Morsi untuk menghilangkan kekhawatiran sejumlah pihak mengenai Ikhwanul Muslimin. Ikhwanul saat ini tengah berupaya untuk meredakan kekhawatiran soal apa jadinya Mesir di bawah kepemimpinan seorang presiden Islamis. Para analis menilai, penunjukkan seorang wanita dan seorang Koptik tersebut merupakan upaya untuk memperlihatkan persatuan.
Lalu apa relevansi nya dengan kondisi politik Indonesia? Kita tentu sudah lelah dan bosan menyaksikan perdebatan tanpa ujung bertemakan Agama-Politik. Sebagaimana kita ketahui bersama, isu dominasi mayoritas(Muslim) dan minoritas (Nasrani) sudah semakin mengkhawatirkan. Perdebatan yang lagi-lagi tidak bisa memisahkan antara primordialisme-fanatisme agama dengan visi kebangsaan dan persatuan. Semua merasa paling benar dengan dalil dan keyakinan masing-masing, satu kelompok merasa paling hebat karena paling besar penganutnya, sedangkan kelompok lain terus melawan 'rasa ketidakadilan' sebagai minoritas yang tentu nya juga punya hak yang sama dalam aspek bernegara. Argumentasi ayat Tuhan yang dicampuradukkan dengan visi bernegara dengan latar belakang kebersamaan dalam keberagaman.
Sungguh membosankan melihat kondisi seperti ini, dimana rasa saling curiga dan paranoia tak berdasar dijadikan alat memaksakan keinginan kelompok kepada kelompok lain. Entah itu mayoritas, maupun minoritas mereka sama saja. Tidakkah anda sekalian lelah dengan keadaan ini? Tidakkah anda berpikir bahwa bangsa ini memiliki beban yang sudah teramat berat dengan segudang masalah? Tidakkah ada sedikit saja rasa kebersamaan demi membangun negara dan bangsa ini menuju era yang lebih baik, dibandingkan dengan mengadu keyakinan masing-masing?
Berkaca lah pada Ikwhanul Muslimin di Mesir. Ikhwanul Muslimin merupakan sebuah organisasi Islam berlandaskan ajaran Islam. Ia merupakan salah satu jamaah dari beberapa jamaah yang ada pada umat Islam, yang memandang bahwa Islam adalah dien yang universal dan menyeluruh, bukan hanya sekedar agama yang mengurusi ibadah ritual (salat, puasa, haji, zakat, dll) saja. Tujuan Ikhwanul Muslimin adalah mewujudkan terbentuknya sosok individu muslim, rumah tangga Islami, bangsa yang Islami, pemerintahan yang Islami, negara yang dipimpin oleh negara-negara Islam, menyatukan perpecahan kaum muslimin dan negara mereka yang terampas, kemudian membawa bendera jihad dan da’wah kepada Allah sehingga dunia mendapatkan ketentraman dengan ajaran-ajaran Islam. Ikhwanul Muslimin menolak segala bentuk penjajahan dan monarki yang pro-Barat (sumber).
Namun apa yang terjadi ketika mereka diberikan kepercayaan oleh rakyat mesir untuk berkuasa? Mereka menghargai perbedaan dan merangkul kaum minoritas (kristen koptik) agar bersama-sama membangun Mesir dari kehancuran masa lalu dengan cara memberikan kaum minoritas bagian mengelola pemerintahan. Kekhawatiran Presiden Mursi bukan tanpa alasan, semenjak kemenangan Ikhwanul Muslimin pada pemilu Mesir, banyak kekhawatiran bahwa Ikhwanul Muslimin akan menerapkan syariat islam dan mengancam keberadaan kaum minoritas di Mesir. Hal ini ditandai dalam bentuk reaksi kaum minoritas mesir yang membentuk kelompok tandingan bernama 'Ikhwanul Kristen' (sumber). Hal ini dinilai membahayakan kondisi politik di Mesir dan berpotensi menimbulkan konflik horizontal dan vertikal yang mengancam tidak hanya persatuan Mesir, namun juga Pemerintahan Mursi.
Ikhwanul Muslimin memiliki pandangan, bahwa Mesir tidak akan sanggup membangun negara nya jika terdapat kecurigaan antara faksi-faksi di dalam masyarakat nya. Visi membangun Mesir yang baru akan kandas, jika tidak dibangun dengan pondasi kebersamaan dan rasa saling menghormati.
Kembali ke Indonesia, dimana perdebatan dan rasa saling curiga antar pemeluk keyaninan masih mewarnai kehidupan politik. Negara dimana provokasi dan hasutan berlatar belakang SARA masih sangat memiliki pengaruh dan efek luar biasa memecah belah bangsa. Lihatlah hajatan Pemilihan Gubernur DKI jakarta. Sebuah event yang seharusnya dijadikan momentum perubahan besar dan mendasar pada kondisi Jakarta yang sudah teramat parah dengan segudang permasalahan nya, malah dijadikan ajang perdebatan keyakinan agama. Ditengah keinginan besar warga Ibukota yang haus akan perbaikan kondisi, sebagian kecil warga nya malah sibuk menghembuskan isu-isu negatif tanpa dasar dan bukti yang hanya didasari kecurigaan nya pada kelompok lain. Sadarkah anda sekalian bahwa diatas perdebatan anda , ada jutaan harapan masyarakat miskin urban akan sosok yang sudah tak mampu menunggu lagi untuk perbaikan kehidupan mereka? Anda sekalian berdebat seolah-olah anda tak pernah merasakan tertahan di antara ratusan kendaraan kala terjadi kemacetan. Anda sekalian beradu argumentasi seolah anda tak pernah merasakan kebanjira setiap kali kota anda diguyur hujan lebat. Anda sekalian malah sibuk mempermasalahkan isu-isu 'receh' yang sama sekali tak berkontribusi terhadap penyelesaian masalah, dan justru menambah masalah. Negara lain sedang sibuk memikirkan bagaimana bisa hidup di Planet Mars, sedangkan kita mengurus sebuah kota bernama Jakarta saja tidak bisa hanya karena perbedaan keyakinan dan rasa saling curiga satu sama lain. MENYEDIHKAN!