Sebatang rokok kunyalakan. Asap putih perlahan mulai membumbung tinggi dan perlahan memenuhi ruangan ini. pikiran liar ku mulai merangkai kata-kata. Kubiarkan imajinasi liar ku melayang kemanapun ia mau, kubiarkan ia bebas tak terkendali.Â
Selucu inikah negeri ku ini, aku tersenyum sendiri dibuatnya. yang katanya kaya raya tapi masih banyak yang menderita. Katanya tanah surga tapi nyatanya pengap yang dibawah mengkap-mengkap.
Jangan tanya,Â
Tak ada duanya..
Negeriku ini negeri yang dermawan, tanpa di minta kami beri semua. Semua sudah di shodaqohkan terbagi rata bagi negeri lain yang membutuhkan. Lebih bangga dengan produk dari planet luar sana yang terjamin kualitasnya dari pada milik sendiri kurang bergengsi.Â
Anak negeri tak dihargai, ter asing, tersingkir dan terpojok di pojok sejarah yang tertulis manis dengan tinta emas merah darah para pahlawan yang telah gugur mendahului kita.
Seperti gelandangan di negeri sendiri. Seperti pengemis kesana kesini wara wiri merengek demi sesuap nasi.Â
Memang lucu negeriku ini. Hobinya cuma cari sensasi, bikin kontroversi dan bermain-main dengan halusinas buat mengkadali dan memanipulasi. Janji ya hanya tinggal janji, mana mempan perut kosong di kasih janji. Cacing di perut sudah mulai memberontak riuh gemuruh demo menagih janji terealisasi. Aku tertawa melihat tingkah polah mereka.Â
Dulu katanya negeriku ini Gemah Ripah Loh Jinawi, tapi nyatanya kita bagai tikus yang kelaparan di lumbung padi.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI