Dahulu ketika masih intens didunia organisasi, satu kesempatan yang selalu saya tunggu adalah berbincang dan berkenalan lebih dekat dengan pembicara selepas ia memberikan ilmu dari acara yang kami selenggarakan. Biasanya saya melakukan itu ketika sang pembicara ingin pulang, caranya adalah saya mengambil kesempatan membawa bingkisan tanda mata sang pembicara sambil mengantarkannya ke tempat mereka memakirkan kendaraannya. Alhamdulillah sudah beberapa kali saya melakukan hal tersebut dan mendapatkan ilmu baru dari mereka. Pada tulisan ini saya akan membagi salah satu ilmu yang saya dapat dari salah seorang pembicara favorite saya, temanya adalah mengenai “membangun karakter hebat pada diri kita atau membentuk pribadi yang kuat”.
Suatu ketika di sudut parkiran depan Student Center, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, pada waktu itu selepas Maghrib hampir menjelang Isya, seorang pembicara membagikan kisah mengenai seorang ulama termashur tentang bagaimana sang ulama membentuk dan menempa karakter dirinya menjadi pribadi yang kuat. Sebelum saya menceritakan cerita dari sang pembicara saya akan sedikit mengenalkan kepada anda sosok yang akan kita ceritakan kali ini. Ulama ini adalah orang yang sangat disegani dan dicintai baik musuh maupun kawannya, lembut tetapi tegas, mampu memobilisasi masa yang besar, mempunyai catatan hidup yang sangat baik dan telah melahirkan ribuan (mungkin jutaan) penerus hebat hingga sekarang. Sang ulama juga seorang penghafal Al Qur’an sejak kecil. Hingga saat ini organisasi yang ia bentuk telah berkembang pesat dan mengispirasi banyak orang di dunia.
Begini cerita beliau, Suatu ketika sang Ulama tersebut mendapat tugas memberi ceramah kepada sekelompok masyarakat disuatu daerah. Banyak orang yang diperkirakan hadir karena ingin mendapat pencerahan dan ilmu dari beliau. Setelah semua urusan acara selesai, mendadak beliau sakit dan menurut dokter yang memeriksanya, beliau harus di rawat di rumah sakit dan itu bertepatan pada hari dimana beliau akan memberikan ceramahnya. Panitia acara yang mendapat kabar tersebut, sontak bingung, mereka bingung mencari pengganti yang pas buat beliau.
Dan akhirnya hari H pun tiba. Karena acara sudah disusun rapi dari jauh hari maka tidak ada alasan untuk dibatalkan. Mereka pasrah dengan reaksi dari para peserta nanti. Toh, sang pembicara utama, yang tidak lain adlah ulma tersebut, berhalangan karena beliau sakit. Tiba-tiba dengan wajah berseri dan keteduhannya sang ulama datang, hal ini membuat kaget sekaligus haru dari para panitia dan peserta yang hadir.
Beliau akhirnya tetap memberikan ceramahnya kepada para peserta. Dengan ciri khas pembawaan beliau yang ceria dan energik disegala keadaan walau hari itu beliau sakit dan harus dirawat (mungkin beliau harus menahan sakitnya saat datang dan memberikan ceramahnya itu). Alhamdulillah, acara berlangsung lancar dan tidak terjadi apa-apa terhadap sang ulama. Tinggal menyisakan sebuah pertanyaan besar. Mengapa beliau tidak mengambil rukhsoh (keringanan) untuk tidak menghadiri acara tersebut? Padahal beliau berhak mendapatkannya.
Beliau Rahimahullah berkata : “Ini adalah masa takwin (pembentukan) ku”.
Apa yang bisa di ambil dari kisah nyata diatas? Begitulah pembentukan sebuah karakter. Adakalanya harus dipaksakan. Untuk membuat diri kita benar-benar kuat, tangguh dan hebat. Bukan sekedar pandai beretorika atau berteori belaka. Tetapi karakter kuat itu benar-benar bisa mengkristal dalam diri dengan action kita, kerja kita.
Ada sebuah cerita menarik lagi tentang kupu-kupu. Saat kupu-kupu keluar dari kepompong, terjadi sebuah peristiwa yang sangat tidak nyaman bagi kupu-kupu tersebut. Ia harus berusaha sekuat tenaga untuk keluar dari dalam kepompong sambil memompa darahnya ke seluruh penjuru sayapnya yang indah. Apa akan terjadi jika saat proses keluarnya kupu-kupu dari kepompong dibantu oleh manusia? Yang terjadi adalah hidup sang kupu-kupu tidak akan berlangsung lama. Itulah harga sebuah pengorbanan/perjuangan, akan menghasilkan hasil yang manis pada akhirnya, Insya Allah.
Silahkan bagi pembaca yang mempunyai pengalaman langsung tentang tema bisa share disini. Untuk menambah pengetahuan kita dan saya khususnya.
- Ulama yang diceritakan diatas adalah Syaikh Hasan Al Banna. Seorang yang menginspirasi saya dan jutaan orang di seluruh dunia.
- Disarikan dari nasehat Ustadz Bendri Jaisyurahman, Founder dan Direktur Yayasan Langkah kita. Beliau masih fokus membentuk karakter anak bangsa dan melahirkan ayah-ayah hebat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H