Manusia sebagai makhluk yang sempurna dalam hal fisik maupun akal pada hakikatnya memiliki kelemahan dalam hal etika seperti syair gus dur :
Banyak manusia yang memiliki gelar yang tinggi tapi gelar tesebut hanya formalitas belaka yang digunakan untuk kepentingan dunia dan seringkali tidak mau berbagi ilmu. Bahkan tidak bisa menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Hati manusia diibaratkan seperti kertas atau buku yang siap ditulisi dan nafsu adalah pena-nya. Penggerak pena adalah nurani. Tapi dalam kehidupan seringkali pena bergerak sendiri atau nafsu mengerakan manusia dengan cara mengalahkan nurani. Banyak kasus orang-orang yangdianggap sebagai orang yang berilmu tapi tetap saja berperilaku sewenang-wenang, mereka hafal al qur’an dan hadist tapi sering menghujat atau bahkan saling menghujat antar sesama. Hal itu disebabkan karena nurani mereka tidak kuat untuk menahan nafsu amarah mereka. Dan menjadikan mereka lupa bahwa manusia hakikatnya adakah sama di mata allah.
Nafsu sebagai bagian dari jiwa yang menggerakan manusia agar mau berusaha seringkali menggelapkan mata manusia. Dunia dan isinya yang membuat manusia lupa diri bila tidak mau menahan hawa nafsunya. Iri dan dengki dalam hati manusia seringkali menggelapkan mata manusia. Banyak orang-orang yang dianggap terhormat tapi karena iri mereka saling sikut bahkan saling bunuh untuk memenuhi hasrat nafsu mereka.
Manusia selalu menggap bahwa kehormatan dan tempat yang tinggi adalah puncak dari kehidupan. Tapi sesungguhnya tingkatan kehormatan manusia adalah ilmu dan etikanya. Mausia yang baik biasanya mampu untuk memahami sesuatu dalam segala hal. Memahami setiap permasalahan berguna agar mudah dan tenang dalam menyelesaikan permasalahan.
Hakekat tujuan hidup manusia sebebnarnya adalah untuk mencari kepuasan lalu dari kepuasan itu mereka berharap mendapatkan ketenangan. Tapi nafsu,dunia dan isinya selalu saja membuat manusia kehilangan arah. Maka allah memberikan pengajaran yang termuat dalam qur’an dan hadist yang disampaikan nabi muhammad SAW.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H