Kami Kelompok 2 Mata kuliah Kemuhammadiyahan mahasiswa pendidikan sejarah Uhamka melakukan pencarian terhadap kaum dhuafa di daerah tanah merdeka ciracas jakarta timur kami mencari beberapa orang yang ingin kami beri bantuan modal usaha, pada hari jumat tanggal 19 Oktober 24 kami mencari dengan mensurvey satu persatu dengan indikator yang telah di tetapkan sesuai data kemiskinan dan BPS yang berada di Jakarta kami menyesuaikan kondisi tersebut dengan apa yang ada saat ini. Dan menemukan salah satu keluarga dhuafa yang memang sangat membutuhkan untuk modal usaha. keluarga tersebut terdiri dari seorang ibu berusia 60 tahun dan seorang anak laki laki berusia 24 tahun yang memiliki keterbatasan, bernama ibu suyati yang keseharian nya berdagang.Â
Ibu Suyati merupakan orang tua tunggal karena suami beliau sudah meninggal dunia sejak lama. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, Ibu Suyati berjualan kue basah keliling yang dimana kue tersebut adalah milik orang lain dan Ibu Suyati berkeliling menjualnya. Sehari-hari, Ibu Suyati selalu bersama anak laki-laki yang kondisinya berbeda atau disebut dengan Anak Berkebutuhan Khusus (ABK). Menurut informasi dari Ibu Suyati, anak laki-lakinya mengalami Disabilitas Memori didalam otaknya yang mengharuskan rutin kontrol ke Puskesmas setiap hari Jumat. Walaupun begitu, Ibu Suyati kuat menjalankan kehidupan serta berjualan setiap hari dengan penghasilan sekitar 30-40 ribu/hari. Ibu Suyati tinggal di kontrakan yang sangat sempit dengan ukuran 28 meter. Perbulannya Ibu Suyati menanggung biaya listrik dan air. Dengan demikian kondisi Ibu Suyati sangat kekurangan, untuk makan saja belum tentu 3 sehari. Aktivitas Ibu Suyati selain berjualan yaitu mengikuti pengajian setiap siang setelah berjualan, Ibu Suyati selalu membawa anaknya pergi berjualan dan pengajian. Beliau juga mendapat Program Keluarga Harapan (PKH) dari pemerintah yaitu beras. Â
Kondisi seperti ini membuat Ibu Suyati harus bekerja keras untuk menyambung hidupnya. Kondisi kontrakan yang hanya 1 kamar dan dipenuhi oleh barang-barang sehingga kurang nyaman untuk ditempati dan hanya memiliki MCK seadanya. Rumah yang tidak beralaskan lantai, hanya semen dan tanah tanpa dilapisi oleh keramik. Untuk memasak, Ibu Suyati hanya mengandalkan satu tungku kompor dan ukuran dapur yang sangat kecil.
Maka dari itu, kami, kelompok 2 melakukan fundraising terhadap keluarga Ibu Suyati dengan tujuan untuk membantu meringankan kebutuhan sehari-hari dalam hal ekonomi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H