Ini adalah sebuah tulisan yang menyadarkan kita bahwa matematika dan kehidupan merupakan dua hal yang tidak terpisahkan.
Kita adalah makhluk yang temporer. Dulu, 100 tahun yang lalu, kita belum terdefinisi. Nanti, 100 tahun lagi, kita pun akan menjadi makhluk yang tidak terdefinisi di dunia ini. Adalah sekarang ini masa di antara kedua masa itu. Kalau kita gambarkan kurva, kita akan dapatkan sebuah kurva tertutup. Tertutup, karena titik awal dan akhirnya sama, yaitu sebuah ke”tidak-terdefinisi”an.
Masalah selanjutnya adalah, apakah kurva hidup kita sederhana seperti lingkaran? Tidak, Kawan. Kurva hidup kita itu benar – benar rumit. Tidak hanya naik – turun atau melingkar sekali – dua kali. Sama sekali tidak sesederhana itu. Mungkin melingkar – melingkar tak teratur berkali – kali? Mungkin di saat – saat yang berbeda kita berada di suatu keadaan yang sama? Mungkin kita mencapai titik tertinggi? Mungkin kita mencapai titik terendah?
Entahlah, hanya masing – masing dari kita bisa menggambarkan kurva kehidupan kita masing – masing. Bahkan saking rumitnya, mungkin kita tidak pernah bisa memvisualisasikannya. Satu hal yang pasti, di antara titik awal dan akhir itu, buatlah sebuah perjalanan yang bermakna karena sesal diciptakan selalu di akhir.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H