Mohon tunggu...
Aden Dharis Sapuro
Aden Dharis Sapuro Mohon Tunggu... wiraswasta -

Belajar jadi Manusia. Kalau bisa manusia yang baik.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Gagal dengan Gagahnya

7 Maret 2015   00:56 Diperbarui: 17 Juni 2015   10:03 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saat saya menghadiri pertemuan santai bersama rekan-rekan Wirausaha Muda Mandiri (WMM) di sebuah Kedai Pizza , obrolan mengarah pada satu pembicaraan dengan tema yang sama: gagal. Tak ada yang mengusulkan tema. Dengan sendirinya kami saling berbagi cerita tentang kegagalan demi kegagalan. Ini lucu. Namun juga tentu sangat baik bagi pembinaan mental pengusaha muda di level kecil atau menengah. Kami bercerita sambil tertawa-tawa; menertawakan kegagalan kita.

Dari kesempatan semacam itu, juga dari banyak kasus kegagalan,kita bisa menyerap pelajaran bahwa memang harus ada keadaan setelah gagal, di mana seseorang untuk beberapa saat terpenjara dalam fase bersedih dan menyesal.

Kita ini manusia, bohong jika tidak menyesali kegagalannya. Orang selalu butuh ruang dan waktu beberapa saat untuk kesedihan dan penyesalannya.Namun, ada saat-saat kritis di mana kita yang pernah gagal akan sampai pada kesadaran lebih tinggi untuk pada akhirnya harus memilih: apakah kegagalan akan terus menguasaikita,atau kita bisa memutuskan untuk bisa lebih besar dari kegagalan itu.

Lulus dari satu kegagalan, seseorang selalu akan terlahir kembali. Jika Anda salah satunya, mampu melewati kegagalan, kemudian bisa tertawa dan berkenan membagi pengalaman hidup itu dengan sukacita, selamat! Anda menerima kegagalan itu dengan gagahnya. Gagah yang sesungguhnya bukan dalam pengertian gender, melainkan gagah dalam pengertian kepribadian.


Wirausaha Muda Mandiri memang jadi ajang pencarian calon-calon pengusaha. Bibit-bibit pengusaha pemula dan menengah disaring melalui beberapa tahapan. Yang bisa melewati, baru bisa naik kelas. Saya yang pernah ditunjuk mengetuai organisasi ini di tingkat lokal, merasakan bahwa spirit yang disebar di sini adalah spirit berbagi. Perkumpulan digilir di tempat-tempat anggota WMM, tanpa harus melihat usahanya baru berkembang dengan tempat ala kadarnya di pinggir jalan.

Kantor saya yang sederhana di Balikpapan, Discover Borneo (DB), pernah juga jadi tempat pertemuan ketika alumni-alumni nasional WMM bertandang ke Balikpapan untuk sosialisasi program ini, September lalu. Presiden WMM, Firmansyah Tela (pemilik jaringan franchise tela-tela kress dengan ratusan gerai di Indonesia) membawa jawara-jawara pengusaha finalis nasional WMM untuk berbagi cerita sukses -- sekaligus cerita kegagalannya.
Kita-kita yang masih pemula, amat salut dan hormat dengan mereka-mereka yang sudah sukses secara nasional, namun sangat murah berbagi pandangan dan murah pula dalam senyuman.

***

Saya ingat nasehat seorang teman. Bahwa kegagalan atau masalahitu "adil" -- dia datang bergantian kepada semua orang dan kita seperti tinggal menunggu giliran. Sayangnya, permasalahan yang singgah tidak otomatis datang bersama jalan keluar. Nah, jalan keluar itu yang sering kurang ajar. Diasuka jual mahalkarena hanya muncul kepada mereka yang mencarinya benar-benar.

Apakah setiap kegagalan dan masalah pasti ada jalan keluar pemecahannya? Pasti. Tapi saya sependapat bahwa tidak setiap pemecahan itu adalah solusi. Kadang, dalam hidup, ada satu-dua keadaan dimana kegagalan atau permasalahan hanya bisa 'selesai' saat kita menyikapinya dengan penerimaan.

Seorang sahabat menambahkan cerita bahwa setelah bertahun-tahun merintis usaha, Ruko temannya terbakar, ludes bersama seluruh barang dagangan dan aset senilai Rp 4 M. Hancur semua impiannya. Tapi karena menyesalidan berbuat apapun tak akan mungkin bisa membuat barang yang hangus terbakar jadi kembali, maka pemecahan pertama hanya ada dalam kesadaran penerimaan, yakni,menerimapermasalahan itu sebagai bagian dari proses untuk memulai lagi yang baru.

Seolah-olah gampang bicara. Tapi memang begitu. Bukan soal besar kecil masalahnya, tapi bagaimana sikap kita dalam menerima. Kematian, kehilangan, musibah alam, adalah suatu bentuk kegagalan yang tak pernah kita inginkan namun juga tak mungkin bisa kita lawan.
Untungnya, sepanjang hidup dan kreativitas tidak dibatasi, harapan tidak akan ikut mati.
Maka bersikap menerima, secara psikologis akan menjadi modal terbesar untuk start over kembali -- menata lagi dan bergerak lagi dan berharap lagi.

Itulah kegagalan yang paling melumpuhkan. Yakni, kegagalan atas sesuatu yang tak akan bisa kita lawan dan tak mungkin bisa kembali.

Saya menarik kesimpulan itu karena pernah merasakan danjuga pernah bertanya pada banyak orang yang mengalaminya. Anda akan berpendapat sama jika pernah atau suatu saat merasakan kehilangan apa yang menjadi orientasi kebahagiaan Anda, apapun bentuknya.

Bahwa kegagalan jenis itu membekaskan luka batin dan membawa pengaruh kejiwaan yang begitu destruktif dan sangat berbahaya: menenggelamkan kita dalam kesedihan, memadamkan semangat hidup, meredakan tekad, membekukan jiwa. Begitu dahsyatnya kegagalan macam itu karena memiliki daya menghentikan gairah hidup kita.

Kita bisa mencari solusi kemana-mana, tapi penawar sesungguhnya bisa kita temukan dalam pikiran dan hati kita, yakni, sikap menerima. Tanpa penerimaan, kita susah menguasai emosi diri kita. Dampaknya, sikap, langkahdan keputusan kita jadi serba salah. Kita hanya akan menggelinding mundurkan proses yang harusnya bergerak maju.

***
Begitulah..

Berhasil dalam satu pencapaian itu satu hal. Tapi bagaimana menjaga agar tetap lurus-lurus saja pada tahap berikutnya, itu hal lain.
Sebagai sesama pengusaha muda,saya juga melihat kecenderungan yang sama; seringkali penyebab kegagalan di awal usaha akibat kita tergoda melakukan sesuatu yang sebenarnya belum saatnya--terdorong perasaan bahwa saat itu keadaan sudah memungkinkan kita untuk melakukannya.


Kita merintis harapan saat mengawali usaha dan harus melewati banyak sekali tahapan. Sesaat setelah beberapa pencapaian jadi kenyataan, kita lupa bahwa akan adalagi tahapan dan bermacam-macam ujian.
Maka, sangat baik jika kita tidak hanya tertarik dengan аρа yang sudah dicapai orang sukses; tapi juga memahami bagaimana banyaknya kerja keras mereka, juga kesabaran - kehati-hatian - air mata dan jatuh bangun yang jadi satu bagian cerita orang-orang sukses itu berproses.

Dan sukses adalah guru yang payah,kata Bill Gates. "Sukses membuat orang cerdas merasa dirinya tak pernah kalah," sebut manusia terkaya di jagat itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun