Mohon tunggu...
Raden Ainul Yakin
Raden Ainul Yakin Mohon Tunggu... Sejarawan - Sejarawan

Hal Yang Aku Tahu Dari Diriku, Adalah Aku Tidak Tahu Apa-apa. (Pembelajar)

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Literasi Digital, Upaya Membangun Kesadaran Milenial

11 November 2019   09:14 Diperbarui: 11 November 2019   22:27 447
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Halo Sobat militansi, salam literasi. Gambar di atas adalah salah satu dokumentasi kegiatan kita 10/11/2019 bertepatan hari pahlawan. Ini adalah kontribusi kecil kita sebagai generasi bangsa. Bersinergi bersama dalam menanamkan budaya literasi sebagai bentuk upaya bersama untuk meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan di tanah air, agar sumber daya manusia kita bisa seiring dengan kemajuan dan kecepatan arus tekhnologi digital. Adapun tema di kegiatan ini yaitu kiat-kiat menulis. Pada tulisan ini penulis ingin memaparkan:

Apa itu digital?

Apa itu literasi ?

Apa tujuan komunitas digital literasi ?

Baik, sedikit penulis uraikan tentang beberapa pertanyaan di atas.

Era digital (media baru) adalah istilah yang di gunakan dalam kemunculan jaringan internet khususnya teknologi informasi komputer, smart phone dan berikut aplikasi handphone yang semakin mempermudah kebutuhan komunikasi manusia seperti facebook, instagram, whatsapp. Kebutuhan hiburan misalnya youtube, pubg mobile. Aplikasi yang melayani jual beli semisal tokopedia, shopie, buka lapak dan sebagainya. Media baru sering digunakan sebagai bentuk penggambaran teknologi digital.

Generasi yang lahir di era digital disebut sebagai generasi milenial, kelahirannya terhitung dari tahun 1990an sampai dengan 2000an (saat ini). Generasi milenial dikatakan generasi yang beruntung sebab tekhnologi digital telah menyediakan beragam sarana kemudahan tanpa harus melalui upaya penggemblengan dalam mengoperasikan fitur dan sistem aplikasi. Berbeda dimasa awal-awal munculnya komputer hanya dapat dioperasikan oleh sebagian orang. Kemajuan globalisasi memasuki revolusi industri ke 4, semuanya telah berubah secara dramatis. Tren otomatisasi, pertukaran data terkini, komputasi awan, Internet of things (IoT), kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) dan semua hal virtual yang mampu memudahkan kegiatan operasional kita, Hampir semua hal.

Industri tekhnologi digital representasi dari kemajuan globalisasi yang merambah ke berbagai wilayah termasuk penggunaan barang-barang elektronik rumah tangga. Salah satunya adalah handphone kini tidak hanya sebagai media komunikasi, kemunculan internet 4G berhasil membuat handphone berevolusi dengan wajah baru merombak budaya keseharian kita serta perekonomian dan tatanan bermasyarakat. Perluasan dampak tersebut tidaklah semata-mata bersifat subjektif belaka, realitas jejaring media sosial terbukti memepengaruhi opini publik.

Salah satu karakteristik kelemahan digital adalah era keterbukaan informasi turut berpeluang atas penyebaran fakta yang bersifat manipulatif atau tidak utuh secara keseluruhan. Arus informasi yang sangat deras, membuat kita sulit membedakan antara konten yang bersifat hoax dan fakta, terlebih kurangnya edukasi dari lingkungan dan kurangnya konsistensi media sebagai industri yang berkewajiban untuk melakukan penyaringan informasi (filterisasi), menyebabkan dampak sosial. Media dapat membentuk persepsi, hanya dengan memanfaatkan jejaring internet. Perlu tindakan untuk membangkitkan kesadaran dan keterampilan sebagi unsur sumber daya manusia, agar tidak menjadi manusia yang diperalat oleh tekhnologi digital.

Unsur yang paling penting dari kecanggihan tekhnologi digital adalah memanfaatakan keberadaannya semaksimal mungkin untuk membangun kualitas diri pelajar (kecerdasan) sebagai generasi penerus bangsa, mengembalikan tujuan internet sebagai fasilitas penunjang kebutuhan belajar, untuk mencapai prestasi pendidikan hingga jenjang tertinggi.

Sepanjang waktu kita dihujani beragam informasi bahkan menjelang tidur sekalipun kita masih melihat-lihat isi notifikasi yang muncul. Kecenderungan ini tidak jarang membuat pribadi seseorang merasa malas untuk belajar serta hilangnya minat membaca buku generasi muda dan kalangan pelajar. Berbagai survei dan penelitian membuktikan bahwa peggunaan smartphone menurunkan atensi manusia terhadap sekitarnya dan juga lingkungannya . Berdasarkan data Most Littered Nation In the World, negara kita tercinta ini dinyatakan menduduki peringkat ke 60 dari 61 negara soal minat membaca.

Memanfaatkan tekhnologi digital sebagai alat untuk memantik kecerdasan bukan justru dimanfaatkan oleh tekhnologi digital.

Literasi adalah istilah umum yang merujuk kepada keterampilan individu dalam membaca, menulis, berbicara, menghitung dan memecahkan masalah pada tingkat keahlian tertentu yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Menanamkan budaya literasi sejak dini merupakan upaya pembekalan nilai-nilai pendidikan pada diri anak seiring pertumbuhan mental, fisik, dan psikisnya, upaya tersebut diharapkan dapat menciptakan kualitas untuk berkembang, mengasah kecerdasan, mempersiapkan kemandirian berpikir dalam menghadapi persoalan, baik dari lingkungan pergaulan maupun kritis (filter) atas keragaman informasi di jejaring sosial.

dokpri
dokpri
Mengkorelasikan penggunaan digital dan aktifitas literasi bukanlah hal yang baru, tetapi menghimpun kedalam satu wadah komunitas adalah alternatif yang dirasa cukup efektif untuk menanamkan budaya literasi, kegiatan ini tidak hanya melibatkan individu dan komunitas untuk terlibat aktif, melainkan juga lingkungan. Penggunaan internet dan jejaring media terhadap penulisan dan penyebaran informasi adalah upaya membalikkan paradigma. Meminjam istilah ekonomi, paradigma yang dimaksud adalah dari konsumtif menjadi produktif (menulis).

Digital literasi adalah membangun pembiasaan membaca, menciptakan lingkungan belajar yang sederhana, perlahan-lahan pelaksanaannya diarahkan pada penelusuran bahan belajar dari internet dan jejaring sosial yang nantinya akan mengarah pada buku sebagai sumber acuan ilmu. Memanfaatkan internet sebagai media untuk mengumpulkan literatur secara acak atau kepustakaan, hal yang juga bagian dari literasi yaitu artikel, karya ilmiah, berita media online dijadikan sebagai sarana membaca, menelaah, berdiskusi mengutarakan pendapat (gagasan) sampai pada tahap menuliskan.

Kegiatan pendampingan belajar tersebut adalah pemanfaatan internet kearah yang tepat guna, agar tercapainya pembelajaran yang terstruktur. Penggunaan jejaring media sosial oleh masing-masing akun pelajar adalah rangkaian akhir untuk mengedukasi lingkungannya melalui aplikasi digital, artinya setelah penulisan menjadi tahap akhir kegiatan belajar melalui pemanfaatan internet, maka tulisan tersebut diharapkan untuk menyebar kepada khalayak rame (publik) melalui facebook, instagram, blog website, dan sebagainya, jika sepotong informasi dapat menggiring dan membentuk opini publik, bagaimana dengan kekuatan digital yang mengkampanyekan budaya literasi ? Eesensi kehadiran tekhnologi digital adalah memberikan akses prkatis untuk mengefisensi waktu manusia, secara universal memudahkan kebutuhan informasi, dan pemenuhan hiburan yang secukupnya.

Semoga,

Oleh: R.a.y

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun