Mohon tunggu...
Raden Adil
Raden Adil Mohon Tunggu... Jurnalis - Writer

I review movie and else. Please be kind to yourself.

Selanjutnya

Tutup

Film

Movie Review, "Terminator: Dark Fate" (2019)

10 November 2019   16:05 Diperbarui: 10 November 2019   16:17 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selamat datang di Movie Review, review hari ini adalah Terminator: Dark Fate. Menceritakan alternate timeline dari Terminator sebelumnya. Premis yang cliche dari film sebelumnya -- Terminator 1 dan 2 -- yaitu karakter utama diburu oleh Terminator dari masa depan.  

Gue buka dulu dengan plot, film ini memiliki plot yang maju-mundur terkait pembangunan karakter, jelas dan padat. 30 menit film ini berjalan sangat jelas menunjukan semuanya agar penonton dan karakter utama tahu kita sedang berada dikondisi apa.

Sangat disayangkan dengan pembangunan karakter, ini mungkin preferensi sendiri, tapi aktor --- Natalia Reyes --- yang memainkan karakter utama kurang menarik perhatian penonton untuk disukai. Masa depan pun diperlihatkan betapa hebatnya karakter utama, tetapi tidak cukup, dan pembangunan karakter tidak berhasil. 

Bisa dibilang karakter utamanya mediocre, tetapi di sisi lain, Arnold Schwarzenegger dan Linda Hamilton memainkan perannya dengan baik, humor, emosi, dan profesionalitas benar-benar ditunjukkan oleh mereka. Walaupun bagus, sayangnya dialogue yang diberikan ke semua karakter di film ini sangat kasar, tidak banyak dialogue yang membangun pertumbuhan karakter.

Scoring, music, soundtrack, background music, are outstanding. Apalagi saat pertama kali Arnold Schwarzenegger diperkenalkan di film, musik yang membawa nostalgia di Terminator sebelumnya,

Yang perlu disayangkan menurut gue adalah CGI. CGI pada terminator terlihat kasar, apalagi saat Terminator itu merekayasa tangannya menjadi Benda Tajam.

Climax. Jujur, gue sedih di adegan terakhir bagi yang udah nonton mungkin tau adegan yang mana. Walaupun overall cerita sangat 1-sided, di mana kita Sudah tau kalau karakter utama pasti menang, film ini bisa menanamkan buih-buih perasaan sedih di akhir, sebuah perpisahan yang tidak disesali.

Gue beri rating film ini,

70%/100%

"He's not coming back."

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun