Mohon tunggu...
Raden Rachmadi
Raden Rachmadi Mohon Tunggu... Jurnalis - Menulis, adventure

Hobby menulis dan adventure

Selanjutnya

Tutup

Foodie

Mahasiswa Bikin Tutut Jadi Gaul

2 Maret 2020   09:39 Diperbarui: 2 Maret 2020   09:42 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kuliner. Sumber ilustrasi: SHUTTERSTOCK via KOMPAS.com/Rembolle

Purwakarta- Tutut adalah keong sawah dengan kandungan gizi melimpah. Dalam seekor tutut, atau nama latinnya  pila ampullacea, mengandung kandungan protein 12 persen, kalsium 217 mg, rendah kolesterol, 81 gram air dalam 100 gram keong sawah, dan sisanya mengandung energi, protein, kalsium, karbohidrat, dan phosfor. 

Kandungan vitamin pada keong sawah cukup tinggi, dengan dominasi vitamin A, E, niacin dan folat. Keong sawah juga mengandung zat gizi makronutrien berupa protein dalam kadar yang cukup tinggi pada tubuhnya. 

Jika melihat wujudnya, akan berbanding terbalik dengan kandungan gizinya. Alasan ini pula yang menstimulus sejumlah mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Syariah Indonesia (STIES) kepincut dengan tutut. Bak gayung bersambut, saat mereka terjun Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Benteng, Pasawahan, Purwakarta, Jawa Barat, warga setempat secara tradisional telah membuat olahan tutut untuk dijual. 

Masyarakat RT 10, RW 03, bahkan telah menempelkan merk "Tutut Neng Gedun". "Adrenalin kreativitas kami terpompa melihat usaha tutut mereka. Ambisi kami, tutut ini harus jadi makanan gaul," ujar Jajat Sudrajat Sopiana, Koordinator KKN STIES di Desa Benteng, Campaka, Purwakarta, Senin 2/3).

 Jajat yang akrab dipanggil Kojoy dan tim KKN di sana melihat ada dua soal yang bisa jadi amunisi agar Tutut Neng Gedun meledak di pasaran. "Kami poles kemasannya dan melebarkan jaring pemasarannya. Itu yang kami maksud gaul," ujar anak muda yang hobi jalan-jalan dengan kendaraan offroad ini. 

Dengan kobaran semangat yang tinggi kelompok mahasiswa KKN Desa Benteng ini bahu-membahu memeras kecerdasan dan daya kerativitas mereka. "Hari gini, mestinya sudah pada online. Tutut ini, harusnya sudah nangkring di Bukalapak, Tokopedia, Shopee, Lazada, dan seterusnya," kata pemilik mobil Jimny warna pink ini. 

Saat ditanya jika dijual di toko-toko online seperti itu, apakah mungkin tutut yg cepat rusak itu bisa dipasarkan? "Oh, gak usah khawatir. Tutut ini sudah dikeluarkan dari cangkangnya. Tinggal dibungkus dengan kemasan hampa udara atau dijual keringan," jawab Kojoy dengan antusias. 

Untuk mewujudkan gagasan ini, para mahasiswa tersebut merancang pelatihan teknis ke warga Desa Benteng. "Kami beri tahu cara taktis mendesain kemasan, memposting produk, menebar promosi di semua media sosial, sampai teknis bertransaksi," pungkas pemuda yang juga kader Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Purwakarta ini. (Raden Rachmadi-Jurnalis)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun