BUMI BRATASENA—Budidaya Parameter Baru (BPB) yang bertujuan untuk menyehatkan, menyelamatkan dan membangkitkan kembali kejayaan produksi udang di PT.Centralpertiwi Bahari (CP Bahari), setelah diperkenalkan secara luas mendapat sambutan baik oleh petambak plasma CP Bahari di Kampung Bratasena Adiwarna, maupun di Kampung Bratasena Mandiri, Kecamatan Dente-Teladas, Kabupaten Tulang Bawang.
BPB itu di antaranya ditandai dengan Density—kepadatan tebar: 55 ekor per m2, dan Panen pada DOC—hari budidaya 90. Jika MBW—berat rata-rata per ekor udang: 16, SR—tingkat kehidupan: 65, dan FCR—konversi rasio pakan: 1,7, maka akan didapat keuntungan kotor + Rp.7 juta.
Jika petambak plasma mengharapkan keuntungan kotor yang lebih besar, maka yang harus diupayakan adalah mempertahankan FCR agar tidak jebol, yang diimbangi dengan usaha yang sungguh-sungguh untuk menaikkan MBW dan meningkatkan SR.
BPB juga memberikan sumbangan melalui penurunan biaya produksi budidaya sebesar + Rp.29 juta, karena adanya penghematan ongkos produksi, di antaranya: Pertama, pakan dengan formula khusus (special grade) yang dibandrol Rp.8.500 per kg untuk semua jenis pakan. Kedua, adanya penghematan biaya listrik yang disumbang dari penyesuaian jumlah dan jam kerja kincir.
Kenapa BPB harus diterapkan dan apakah ini wajar?
Dari rekam jejak budidaya udang di CP Bahari tahun 2010 dan tahun 2012, memberikan gambaran dan kepastian yang sangat jelas. Pertama, tebar dengan densitas/kepadatan 55 ekor per m2 terbukti lebih aman dari serangan penyakit WSSV dan IMNV, serta secara tonase hasilnya jauh lebih baik bila dibandingkan dengan tebaran 65 ekor per m2.Kedua, tebar dengan densitas 65 ekor per m2, lebih cepat terkena penyakit WSSV dan IMNV, dan pencapaian tonasenya juga tidak lebih baik dari tebaran dengan densitas 55 ekor per m2. Ketiga, dayang dukung lingkungan (carry capacity) di CP Bahari juga mengisyaratkan untuk memperkecil jumlah limbah budidaya yang dihasilkan dari tambak.
Oleh karena itu, wajar-wajar saja jika BPB mendapat sambutan mayoritas petambak plasma CP Bahari, apalagi BPB ini diyakini sebagai senjata pamungkas untuk meningkatkan produksi dan menyelematkan CP Bahari agar kembali bangkit dan berjaya lagi.
Untuk itu, marilah kita sambut dan laksanakan penerapan BPB yang akan diberlakukan per 15 Mei 2012 ini, karena untuk saat ini, inilah budidaya yang paling pas untuk dilakukan dan hasilnya juga diyakini menguntungkan bagi kedua belah pihak sebagaimana yang diminta oleh petambak plasma CP Bahari selama ini.
Kesuksesan BPB juga sangat dipengaruhi oleh keberhasilan petambak plasma dalam menerapkan biosecurity dengan baik dan benar, serta dapat diterapkannya standard operation procedure (SOP) budidaya, khususnya yang terkait dengan BPB.
Dengan meningkatnya peluang keuntungan yang masih rendah saat ini—setelah dilakukan penyesuaianbiaya produksi yang lebih hemat—sungguh sangat tepat jika upaya ini bisa mengembalikan semangat petambak plasma untuk kembali ke budidaya dengan konsentrasi yang utuh dalam membudidayakan udang. (TAN—dari berbagai sumber).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H