Tadinya aku hendak tersenyum, tapi Ponce sedang berusaha memberikan shading terbaik yang bisa ia kerjakan di pipi kiriku. Aku pun memberikan nada tertawa andalanku dan menimpali seperlunya: "Ha..ha.., I will. Thanks babe... I still think you're the luckiest person on earth."
Tania menyudahi teleponnya dengan sekali lagi mengatakan bahwa aku gila. Yah, dia tidak bisa lebih benar dari hari ini.
11:45 am
"Aku ke toilet sebentar," kataku pada Alila, pendamping wanita di acara hari ini. Di toilet, kubuka clutch tempat buku catatanku. Kuambil lembaran lusuh itu dan membacanya dalam hati, meresapi setiap katanya, untuk terakhir kali.
Aku menepismu sejak pertama kita bertemu. Tepisan yang tak kusangka akan terus kubayar sampai saat ini. Saat itulah ternyata aku menyerahkan hatiku padamu. Rasanya tak mungkin untuk mencintai yang lain yang bukan dirimu. Aku benar-benar tidak ingin dan tidak bisa kehilanganmu. Aku ingin memilikimu sendiri, tanpa ada pembagian. Jadilah milikku, karena engkau telah lebih dulu memilikiku. Aku mencintaimu.
Aku mencintai senyummu. Aku mencintai matamu. Aku mencintai keanehanmu. Aku mencintai pemahamanku terhadap dirimu. Aku bahkan mencintai diriku yang mencintaimu karena aku terlalu mencintaimu. Setiap kata-kata kosong darimu dapat menjadi memori seumur hidup bagiku.
Setiap dustamu dapat menjadi madu bagi mulutku. Rasanya lebih indah dari semua kejujuran. Aku senang bila kau terus berdusta, karena itu berarti kau akan ada bagiku.
Aku ingin kita tetap bersama. Walau tanpa status yang pasti. Aku tidak memusingkan hal itu. Selama engkau menyatakan kecemburuanmu, aku akan tetap merasa terlalu beruntung untuk semua ini.
Aku tak akan mengijinkan siapapun mengambil tempatmu. Tahukah engkau betapa berartinya setiap huruf yang meluncur dari mulutmu bagiku? Bahkan setiap kata yang kau tuliskan bagiku adalah lebih indah dari karangan seribu pujangga dunia.
Kini, maukah engkau tahu tentang harapanku? Yaitu agar engkau mengatakan bahwa hatimu telah tertawan sejak pertama kita bertemu. Bahkan jauh sebelum mengenalku, aku adalah obsesi terdalammu. Dan setelah mengenalku tak satu malam pun yang kau lewati tanpa memimpikanku.
Engkau bahkan mencintaiku lebih dari aku mencintaimu. Setiap kejatuhanmu adalah jalan untuk aku semakin mengenal dan memahamimu.