[caption id="" align="alignnone" width="158" caption="radbert.com write"][/caption] Tidak bisa di pungkiri lagi, saat ini banya band dan boy band yang bermunculan, keartisan adalah sebuah dewa, banyak cara yang diambil untuk mencapai ketenaran, padahal simpelnya sich bisa aja kita bukan berjalan di jalan itu, atau memaksakan diri bagaikan si punguk merindukan bulan. Banyak realita yang kita liat dari sebuah band indie yang ingin mengambil atau mencari ketenaran, saya mau ambil sebuah perumpamaan yang simple, saya mengambil sebuah kaca atau benda yang bisa mereflesikan benda yang dihadapan cerimin itu. Banyak band-band indie yang sama-sama mencela apalagi menanggapi seorang seperti saya sebagai sebuah ganjalan. Inilah yang sangat menyedikan dari sebuah Band indie, mencari ketenaran dengan mengambil simpatik dari orang lain, waduh ngeri banget, kita tau seorang yang membutuhkan hiburan sangat penting dan mudah diraih , apalagi kalau sudah masuk kedalam ruang lingkup seperti Panti Asuhan dan lain-lain. Seperti pejabat-pejabat tinggi yang ingin meng ambil keuntungan dengan berbagai cara yang dihalalkan, padahal ada niat di belakang itu, saya mengambil kutipan seorang yang dulu belum di kenal tapi sekarang sudah cukup di kenal kalangan luas, Bpk. Soe Hok Gie. “Tapi sekarang aku berpikir, sampai di mana seseorang masih tetap wajar, walau ia sendiri tidak mendapatkan apa-apa. Seseorang mau berkorban buat sesuatu, katakanlah, ide-ide, agama, politik atau pacarnya. Tapi dapatkah ia berkorban buat tidak apa-apa? “ ( Soe Hok Gie, Catatan Seorang Demonstran, h. 101). Simpel tapi lumayan untuk menyadarkan seseorang untuk mulai berfikir. Band yang baik adalah bagaimana mereka menarik hati melalui lagu-lagu atau karya seni , bukan yang hanya sekedar mencari label rekaman, apalagi ketenaran. Ingat Band adalah SENI !! Bukan meniru band lain atau satu suara ? wow, plagiat di negara sendiri. Comment dari seorang yang mempunya pemikiran sama : ” Seandainya ada orang yang bisa berkorban terhadap sesuatu tanpa mengharapkan apa-apa, mungkin hidupnya seperti lilin. ” ( Bpk. Anto , penyapu jalanan yang lelah melihat corat marot akan kepentingan pribadi ). Banyak orang yang berfikir kurang seperti saya, tapi inilah realita menyedihkan Band Indie. Cerita Rakyat Bali Komunitas Lesbi Hot Gosip Harga Hotel Bali Adira Asuransi Kendaraan Terbaik Indonesia
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H