Berbagai kata muncul dari pikiranku; kurang terawat, kurang dipandang, fasilitas belum memadai, kehidupan yang sangat-sangat sederhana. Bukan, ini bukan tentang negara kita. Tapi masih berada di satu benua, yaitu Kamboja.
 Itulah pertama kalinya aku melintasi perbatasan negara dengan berjalan kaki. Antre di imigrasi (ini wajar sih), menggeret koper di jalan kerikil, bertemu turis Eropa yang tidak bawa uang untuk apply visa, transportasi berbeda dari yang dipesan, dan beberapa pemandangan unik di jalanan.
Kami (aku dan tante) sudah memesan travel untuk jam 12.30. Pihak travel mengantarkan kami menuju border Vietnam-Kamboja. Saat mengurus imigrasi, ada seorang wanita yang datang dan bilang "your bus is waiting, the yellow bus".Â
Aku mah "ok, ok" aja. Selesai imigrasi, kita keluar gedung dan memendangi mobil-mobil untuk mencari si 'bus kuning' tersebut. Oh iya, kita belum ke luar border karena masih menunggu wanita asal Perancis-yang pinjam uang untuk apply visa-bernama Lia.Â
Sejak berkenalan, kita memang sudah berjanji untuk jalan bersama. Saat melihat ke luar border, aku lihat ada bus kuning di pinggir jalan sambil nyeletuk, "Jangan-jangan kita naik itu?! Bukannyakita pesan semacam mobil travel, ya? Kok itu malah kayak bus angkot?". Dan ternyata kita beneran naik itu dong.Â
Omongan jadi doa, ya hahaha. Awalnya aku ngotot "yakin kita naik itu, kayaknya bukan deh". Banyak turis Eropa yang juga bingung, tapi akhirnya naik itu. Bukannya nggak mau, tapi jujur aja aku takut kalau ditipu.Â
Sudah nyerah, akhirnya kita naik bus-angkot-itu. Perjalanan itu diiringi doa sepanjang jalan, agar sampai tujuan dengan selamat, tepat, tidak nyasar, dan tidak ditipu-tipu.
Jalannya gaes, mantap sekali. Mulut komat-kamit, perut koclak-kucluk. Nggak pakai aspal, semuanya jalan tanah merah dan batu. Terlebih, sepertinya sebelumnya hujan. Genangan air di mana-mana dan tanah seperti lumpur.Â
DI tengah perjalanan, petugas bus yang lebih pandai berbahasa Prancis daripada Inggris berkata ke Lia kalau hari itu tidak ada bus yang broperasi ke Phnom Penh. Senam jantung dong kita. Shock. Masalahnya, di sini jarang warga yang paham bahasa Inggris.Â