Menyambung tulisanku kemarin yang berjudul "Jika Harus Sendiri ke Kuta", kali ini aku mau bercerita pengalamanku sendiri ke Sanur. Dari Kuta ternyata aku mesti melewati raya Bypass Ngurah Rai Denpasar bila hendak menuju ke Sanur. Lokasi yang mesti kutuju adalah pantai Matahari Terbit Sanur. Jalanan mendekati pantai Matahari Terbit lumayan macet. Dari Kuta ke Sanur aku mesti merogoh kocek 90 ribu perak untuk biaya taxi bluebird. Turun dari taxi aku berjalan menuju lapangan pantai matahari terbit Sanur. Usut punya usut ternyata sedang diadakan even Pameran Hortikultura Nasional di pantai Matahari Terbit Sanur. Di lapangan yang sangat luas tersebut ada pameran flora dan flori tingkat nasional, berbagai bonsai, bunga, buah dipamerkan di sana. Lalu ada bazar yang menjual berbagai macam makanan, baju, kain, sandal, asesories. Karena siang hari panas terik sekali maka aku melewatkan waktu menyusuri stan-stan bazar ini. Sebenarnya tujuanku utama ke Sanur ini adalah untuk memenuhi undangan menyaksikan kontes anjing sehat di Bali 2011 (20/11). Beda dengan even pameran anjing di pulau Jawa yang bisa diikuti peserta dari seluruh Indonesia, Kontes Anjing Sehat di Sanur ini hanya diikuti oleh anjing ras milik orang pulau Bali. Hal ini karena masih belum terbukanya pintu masuk dan keluarnya anjing dari dan ke Bali karena terganjal aturan dari Pemerintah mengingat Bali adalah daerah bebas rabies. Walaupun begitu acara kontes anjing sehat ini berlangsung sangat ramai. Acara pembukaannya dihadiri walikota Denpasar, wakil Gubernur Bali serta dinas pertanian peternakan Denpasar. Kontes yang menilai anatomi anjing ini dinilai dua orang juri asal Indonesia dan Philipina. Sekitar 170 ekor anjing ras turut meramaikan acara ini. Beberapa jenis anjing yang ikut kontes ini diantaranya yaitu Golden Retriever, Herder, Rottweiler, dan Siberian Huski. Yang paling banyak dan menonjol di pameran ini jelas anjing Kintamani. Ada sekitar 40 ekor anjing kintamani yang turut meramaikan pameran ini. Jumlah terbanyak yang pernah kutemui, mengingat di Jawa biasanya hanya sekitar beberapa ekor saja yang ikut serta di pameran. Anjing Kintamani ini adalah anjing asli Bali. Keberadaannya sekarang mulai diperhitungkan. Bahkan tahun ini Persatuan Kinologi Indonesia (Organisasi peranjingan di Indonesia) sedang berusaha keras membawa anjing asli Bali ini agar diakui di tingkat internasional. Sepertinya bakal terwujud dalam waktu dekat.
Perlu diketahui anjing kintamani yang banyak dikembangbiakan di desa Sukawana Bangli. Ukurannya sedang, warnanya yang paling banyak yaitu krem atau kecoklatan dengan bulu tak terlalu panjang. Kini mulai banyak orang yang tertarik untuk memelihara dan mengembangbiakannya. Apalagi anjing ini cukup pintar asalkan pemiliknya mau serius melatihnya. Di even Kontes Anjing Sehat kemarin sempat diadakan demo anjing kintamani yang mampu melakukan berbagai perintah kepatuhan. Di sela-sela acara kemarin aku sempat bertemu juga dengan Tinneke, salah satu penanggungjawab Yudisthira Swarga. Yudisthira Swarga adalah salah satu organisasi sosial yang mempunyai misi menyelamatkan anjing-anjing jalanan di Bali. Proyeknya yang terbaru yaitu Sanur Pilot Project. Dimana dengan bekerjasama dengan pemerintah Denpasar mereka melakukan berbagai proyek di 3 desa di Sanur, antara lain pendataan hewan peliharaan, vaksinasi rabies,pengawasan rutin dan domestikasi anjing terlantar, pengendalian populasi dan sterilisasi hewan peliharaan. Yang pasti keinginan mereka adalah menyembuhkan anjing-anjing jalanan yang sakit (Save Bali Dogs) bukan membunuh. Semoga tak ada lagi penangkapan dan pembunuhan anjing-anjing jalanan di Bali tapi diadakan penyuluhan supaya dipiara secara benar. Semua itu dilakukan demi tujuan, Menuju Bali Bebas Rabies. Karena taktahan dengan panasnya cuaca Sanur di hari Minggu tersebut, aku keluar dari lokasi kontes anjing sehat dan berjalan menuju pantai yang hanya berjarak sekitar 200 meter. Di tepi jalan Pantai Matahari Terbit tampak ada persiapan acara. Entah apa itu. Aku sempaty melewati stan klub motor kuno dan mobil kuno. Aku santai menuju pantai. Ternyata memang sedang digelar Sanur Village Festival. Acara ini diselenggarakan mulai tranggal 19-22 November 2011. Di dekat pantai ada lomba merangkai buah, lomba chief tingkat nasional dan sebagainya. Aku duduk-duduk di tepi pantai. Kulihat birunya pantai Sanur. Hm indahnya. Kapal-kapal nelayan tampak bergerak-gerak ikuti gerakan ombak. Sayangnya tak bisa bermain pasir pantai seperti di Kuta. Jadi di Pantai Matahari Terbit Sanur, kita cuma bisa duduk duduk menyaksikan keindahan laut dari tepi pantai yang berbatu-batu. Sembari memotret laut, kulihat sekeliling. Ada seorang ibu-ibu yang sedang sibuk melayani pembeli. Ia berdagang makanan kecil. Saat kudekati ternyata ia menjual lumpia, dan tahu tempe goreng. Karena tertarik, makanya aku pun ikut membelinya. Ternyata setiap menjelang sore, ibu bernama Gusti Ayu itu berjualan di pantai Matahari Terbit Sanur ini. Harga lumpia dengan bumbu dan potongan cabe seporsi adalah 5 ribu perak. Sayangnya lumpianya agak keras. Untungnya bumbunya tak terlalu asin dan masih panas. Melihatku menikmati lumpia membuat sepasang bule yang sudah berusia lanjut jadi turut membelinya.
Di sekitar pantai banyak penjual makanan dan minuman. Saat kutanya pada penjual teh poci, ia bilang dia hanya berjualan selama even Sanur Village Festival ini. Jadi yang asli jualan tiap hari hanya yang punya lapak depot saja. Yang di luar bukan. Terus terang aku tak berani membeli makan di stan-stan makanan ini. Soalnya makanan yang kebanyakan dijual menyebutkan jenis lawar, tum dll di daftar menunya. Makanan itu identik dengan bahan dasar babi. Daripada salah makan mending tak makan disini. Beruntung sebelumnya panitia sempat memberiku sekontak paket ayam KFC. Jadi kenyang deh. Tak tahunya di hari Minggu (20/11) tersebut bisa dibilang puncak acara Sanur Village Festival 2011. Acara yang sudah 6 kali digelar ini juga menjadwalkan menggelar pawai di hari tersebut. Jadi aku mendadak bisa nonton pawai yang demikian besar dan megah. Sepertinya diikuti lebih dari 1000 orang. Ada rombongan perempuan yang mengenakan pakaian khas adat Bali dengan mengangkat buah-buahan, ada rombongan pria yang mewakili kaum petani, kaum nelayan, anak sekolah, ada model-model cantik dengan baju Bali modifikasi dan sebagainya. Semuanya tampak bagus dan menarik. Ada juga pawai mobil hias dari berbagai kota di sekitar Denpasar serta pertunjukan drumband serta reog khas Bali. Semua berpadu dengan iringan musik khas Bali. Meriah sekali. Makanya aku tak melewatkan diri untuk menonton dan memotretnya.
Acara pawai ini tak hanya membuat Sanur saja yang macet parah. Sebab Denpasar pun kena imbasnya. Betuntungnya hanya sampai sore hari sudah selesai acara pawainya. Sebelum pulang dari Sanur aku sempat makan nasi kotak ayam kremes bu Nita. Ayam Kremes bu Nita yang pusatnya di jalan Hayam Wuruk Denpasar ini kan sudah punya banyak cabang. Bahkan di Jakarta pun juga sudah punya beberapa cabang. Dalam satu kotaknya isinya nasi, ayam goreng kremes dan sambal. Lumayan enaklah. Saat aku pulang dari Sanur pukul 8 malam WITA, jalanan sudah mulai lancar. Alhamdulillah. Jadi aku bisa sampai Denpasar dengan nyaman.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H