Mohon tunggu...
Rachminawati
Rachminawati Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Nama panggilannya Upi, seorang Dosen dan Peneliti di Departemen Hukum Internasional, Fakultas Hukum, Universitas Padjadjaran (Unpad), Bandung, Indonesia sejak tahun 2003. Selain aktif menjalankan tugasnya sebagai dosen dan peneliti, dikenal juga sebagai praktisi Pendidikan Berbasis Fitrah sebuah konsep pendidikan otentik Islam yang mengembalikan lagi Pendidikan pada fitrah manusia berdasarkan Al-Qur’an dan As-Sunnah yang Ia terapkan langsung pada kedua permata hatinya di rumah. Hal inilah yang mendorong Ia dan keluarga kecilnya beserta sahabat terdekat mendirikan komunitas Garut Zero Waste (GZW) sebagai wadah berkhidmat pada Bumi dan lingkungannya yang kini sudah banyak kerusakan karena ulah manusia. “Pilah sampah dari rumah untuk Garut bebas sampah”, sebagaimana slogan GZW tersebut, Ia berkeyakinan, dari rumahlah tempat solusi segala kebaikan, maka mulailah diri kita ini bisa hebat dan bermanfaat sejak dari rumah. Sehebat atau sejauh apapun kita pergi, rumahlah tempat kita pulang. Aktif juga di Majelis PAUD DASMEN Pimpinan Wilayah ‘Aisyiyah Jawa Barat sejak 2023, Ia berkomitmen untuk bisa lebih meluaskan khidmahnya di bidang Pendidikan Masyarakat yang menekankan pada konsep ketahanan keluarga dengan penerapan Pendidikan Berbasis Fitrah. Baginya, menjadi pendidik tidak cukup hanya berada di ruang-ruang kampus dengan diskusi elite keilmuan tertentu, tetapi bagaimana Pendidikan itu mampu mencerahkan dan membuat banyak perubahan baik secara langsung di Masyarakat. Untuk bersilaturahmibisa menghubungi alamat email berikut: rachminawati@gmail.com atau rachminawati@unpad.ac.id.

Selanjutnya

Tutup

Film

FIlm "Keajaiban Air Mata Wanita": Marketing dan Pelajaran Berpikir Positifnya "Wow Keren" "

21 Januari 2025   18:00 Diperbarui: 21 Januari 2025   19:59 244
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Flyer Nonton Bareng - Nobar (Sumber: Panitia Nobar Komunitas Magnet Rezeki Garut)

Dua hari yang lalu, Bioskop XXI Ciplaz Garut dipenuhi oleh penonton yang antusias menyaksikan film "Keajaiban Air Mata Wanita", sebuah sesi nonton bareng (nobar) batch 3 yang diadakan komunitas Magnet Rezeki Garut. Saya adalah salah satu yang berkesempatan hadir meski saya bukan bagian dari komunitas ini. Sesaat setelah memasuki ruang bioskop, hati ini berbisik: "Masya Allah bioskop ini penuh! penuh dengan penonton tak biasa, Ibu-ibu dari berbagai komunitas. Marketingnya super keren, kali ini nobar Batch 3!

Strategi marketing film menggunakan konsep nobar di beberapa kota sebelum tayang serentak ini menarik sekali. Terlebih, yang diajak nonton kebanyakan adalah kelompok ibu-ibu termasuk kelompok pengajian yang mungkin se-Garut Kota. Wow Keren! (ada cerita di bagian selanjutnya dibalik kata "Wow Keren", ditunggu ya). Strategi ini menurut hemat saya mampu memaksimalkan penjualan tiket dan pastinya film ini bisa mendapatkan keuntungan besar sesuai targetnya. Ini adalah satu dari sekian strategi yang bisa membuat dunia perfilman Indonesia terus maju. 

Beberapa menit film ini ditayangkan, hati saya juga berbisik Kembali: "film ini asik, natural sekali, dan boom!". Film ini relate banget dengan kejadian yang baru saja menimpa keluarga kami. Saya semakin percaya kalau film ini diangkat dari cerita nyata dan memang senyata itu. Tak terasa sekitar 1 jam 50 menit, film ini sukses bikin saya dan sepertinya banyak orang terisak menahan air mata.

Baru-baru ini, keluarga kami kehilangan sosok Ayah yang meninggal mendadak, meninggalkan istri dan empat anak, dimana tiga dari empat anaknya ini masih kecil. Kepergiannya terasa seperti sebuah ledakan dahsyat, meninggalkan kekosongan besar di hati kami semua, terutama bagi istrinya yang kini harus berdiri di atas kaki sendiri sebagai seorang ibu sekaligus kepala keluarga. Sosok ayah itu adalah adik Iparku yang juga temanku sewaktu menjadi aktivis organisasi kemahasiswaan. Keadaan ini, bagi saya, membuat cerita Kiki dalam film ini terasa begitu dekat, begitu nyata. Ketika Kiki dihadapkan pada kenyataan pahit kehilangan suami secara  mendadak dan harus bertahan untuk menghadapi perjuangan hidup yang berat. Dari kehidupan yang tadinya stabil dan nyaman, Kiki dihantam berbagai cobaan: kesulitan keuangan, kehilangan pekerjaan, konflik keluarga, hingga terancam kehilangan hak asuh anaknya, Bunga. Dalam keputusasaan yang tampaknya tidak ada ujung, Kiki menemukan harapan lewat ilmu Magnet Rezeki dari sahabatnya, Rahma (Natasha Rizky).

Semua bagian ceritanya menarik, tapi ada satu hal yang paling menarik dari film ini. Pesan soal normalisasi bagi seorang perempuan untuk membuka hati kembali dan menikah lagi setelah ditinggal suami demi kebaikan dirinya dan anak-anaknya. Dalam cerita ini, Kiki akhirnya menemukan sosok Bagas yang membawa kebahagiaan baru dalam hidupnya. Ini adalah pengingat yang penting bahwa perempuan yang memutuskan menikah lagi bukan berarti melupakan cinta pada pasangan yang telah pergi, tetapi justru sebagai bentuk kasih sayang pada anak-anaknya, yang juga membutuhkan sosok ayah dalam kehidupan mereka. "it's okay" dan tidak perlu takut "cap" apapun dari Masyarakat jika pun menikah lagi. Pikirku, kalau aku di posisi itu, "bisakah?." Jauh-jauh aku buang pikiran itu karena terlalu takut menghadapi apa yang Kiki ataupun istri adik iparku hadapi.

Keputusan untuk menikah lagi memang bukanlah hal yang mudah. Saya melihat perjuangan istri adik ipar yang kini sendirian membesarkan keempat anaknya begitu berat. Bayangkan, mereka masih kecil-kecil, masih sangat membutuhkan perhatian dan figur orang tua yang lengkap, ayah dan ibu. Film ini memberi penguatan bahwa seorang ibu tak perlu merasa bersalah jika suatu saat memutuskan mencari pendamping baru. Menciptakan lingkungan yang penuh kasih sayang dengan kehadiran sosok ayah adalah salah satu bentuk pengorbanan dan cinta terbesar seorang ibu.

Film ini juga benar-benar terasa dekat dengan kehidupan sehari-hari, tak hanya bagi mereka yang ditinggalkan pasangan tapi bagi mereka yang sedang berjuang melawan berbagai persoalan hidup. Banyak di antara kita yang mungkin pernah merasa berada di titik terendah, berharap ada keajaiban yang bisa mengubah keadaan. Dan itulah pesan utama film ini. Kita harus yakin bahwa keajaiban itu ada, tentunya keajaiban dari Allah SWT. Namun, kita sering lupa bahwa keajaiban itu datang lewat taubat, doa, sabar, keyakinan, dan ikhtiar yang konsisten. Pesannya sederhana: jangan menyerah, karena setiap tetes air mata yang tulus punya kekuatan untuk mengetuk pintu langit dan mendatangkan keajaiban. 

Sisi spiritual film ini mengajarkan hal yang luar biasa tentang pentingnya berpikir positif dan ikhlas dalam menjalani hidup. Kiki menunjukkan bahwa perempuan memiliki kekuatan besar di balik kelembutannya. Ada momen di mana Kiki merasa lelah, merasa Allah seolah tak mendengar doanya. Lewat perjalanan spiritualnya yang tentu perlu waktu, dia sadar bahwa terkadang Allah ingin kita belajar lebih dulu sebelum memberikan jawaban. Ini bukan cuma cerita soal wanita, tapi soal manusia yang berjuang untuk bangkit, apa pun kondisinya. Seburuk apapun peristiwa yang kita hadapi, ilmu Magnet Rezeki mengajarkan kita melihatnya dari sisi positif dengan selalu mengatakan "Wow Keren", "Wow keren Allah ingin menguji keimaman kita sedahsyat ini, pasti Allah mampukan dan pasti Allah berikan hikmah dan keajaiban setelahnya". Inilah cerita wow keren yang saya janjikan di atas.  

Dari sisi akting, pemilihan pasangan suami istri Citra Kirana dan Rezky Aditya sebagai pemeran utama adalah keputusan yang jenius. Chemistry mereka terasa begitu natural, dan ini jelas karena mereka memang pasangan suami istri di dunia nyata. Di beberapa adegan yang membutuhkan keintiman emosional, mereka mampu tampil maksimal tanpa menyalahi batasan syariat Islam. Hal ini patut diapresiasi dan dijadikan contoh oleh para produser film. Natasha Rizky sebagai Rahma juga berhasil menjadi sahabat yang suportif sekaligus pendorong perubahan hidup Kiki dengan ilmu Magnet Rezeki yang telah menguatkannya dulu pada saat tertimpa musibah besar. Dukungan dari aktor-aktor lain seperti Yessy Gusman dan Baby Zelvia memperkuat cerita, memberi warna dan kedalaman emosional pada film ini.

Dari sisi teknis, film ini punya nilai produksi yang rapi. Visualnya cantik, tata cahayanya mendukung nuansa emosional, dan musik latarnya... ah, jangan ditanya! Setiap nada terasa seperti melengkapi adegan, membuat penonton semakin tersentuh. Sutradaranya jelas tahu bagaimana mengemas cerita berat ini menjadi sesuatu yang relatable tanpa terkesan menggurui.

Saya pribadi merasa bahwa pengalaman menonton bersama orang-orang yang sengaja panitia kumpulkan memberikan emosi yang berbeda. Setelah film selesai, saya sempat ngobrol dengan beberapa penonton lain, dan banyak yang mengaku film ini memberi mereka harapan baru. Ada yang merasa terinspirasi untuk memperbaiki hubungan dengan keluarga, ada juga yang jadi termotivasi untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun