film "Keajaiban Air Mata Wanita", sebuah sesi nonton bareng (nobar) batch 3 yang diadakan komunitas Magnet Rezeki Garut. Saya adalah salah satu yang berkesempatan hadir meski saya bukan bagian dari komunitas ini. Sesaat setelah memasuki ruang bioskop, hati ini berbisik: "Masya Allah bioskop ini penuh! penuh dengan penonton tak biasa, Ibu-ibu dari berbagai komunitas. Marketingnya super keren, kali ini nobar Batch 3!
Dua hari yang lalu, Bioskop XXI Ciplaz Garut dipenuhi oleh penonton yang antusias menyaksikanStrategi marketing film menggunakan konsep nobar di beberapa kota sebelum tayang serentak ini menarik sekali. Terlebih, yang diajak nonton kebanyakan adalah kelompok ibu-ibu termasuk kelompok pengajian yang mungkin se-Garut Kota. Wow Keren! (ada cerita di bagian selanjutnya dibalik kata "Wow Keren", ditunggu ya). Strategi ini menurut hemat saya mampu memaksimalkan penjualan tiket dan pastinya film ini bisa mendapatkan keuntungan besar sesuai targetnya. Ini adalah satu dari sekian strategi yang bisa membuat dunia perfilman Indonesia terus maju.
Beberapa menit film ini ditayangkan, hati saya juga berbisik Kembali: "film ini asik, natural sekali, dan boom!". Film ini relate banget dengan kejadian yang baru saja menimpa keluarga kami. Saya semakin percaya kalau film ini diangkat dari cerita nyata dan memang senyata itu. Tak terasa sekitar 1 jam 50 menit, film ini sukses bikin saya dan sepertinya banyak orang terisak menahan air mata.
Baru-baru ini, keluarga kami kehilangan sosok Ayah yang meninggal mendadak, meninggalkan istri dan empat anak, dimana tiga dari empat anaknya ini masih kecil. Kepergiannya terasa seperti sebuah ledakan dahsyat, meninggalkan kekosongan besar di hati kami semua, terutama bagi istrinya yang kini harus berdiri di atas kaki sendiri sebagai seorang ibu sekaligus kepala keluarga. Sosok ayah itu adalah adik Iparku yang juga temanku sewaktu menjadi aktivis organisasi kemahasiswaan. Keadaan ini, bagi saya, membuat cerita Kiki dalam film ini terasa begitu dekat, begitu nyata. Ketika Kiki dihadapkan pada kenyataan pahit kehilangan suami secara mendadak dan harus bertahan untuk menghadapi perjuangan hidup yang berat. Dari kehidupan yang tadinya stabil dan nyaman, Kiki dihantam berbagai cobaan: kesulitan keuangan, kehilangan pekerjaan, konflik keluarga, hingga terancam kehilangan hak asuh anaknya, Bunga. Dalam keputusasaan yang tampaknya tidak ada ujung, Kiki menemukan harapan lewat ilmu Magnet Rezeki dari sahabatnya, Rahma (Natasha Rizky).
Semua bagian ceritanya menarik, tapi ada satu hal yang paling menarik dari film ini. Pesan soal normalisasi bagi seorang perempuan untuk membuka hati kembali dan menikah lagi setelah ditinggal suami demi kebaikan dirinya dan anak-anaknya. Dalam cerita ini, Kiki akhirnya menemukan sosok Bagas yang membawa kebahagiaan baru dalam hidupnya. Ini adalah pengingat yang penting bahwa perempuan yang memutuskan menikah lagi bukan berarti melupakan cinta pada pasangan yang telah pergi, tetapi justru sebagai bentuk kasih sayang pada anak-anaknya, yang juga membutuhkan sosok ayah dalam kehidupan mereka. "it's okay" dan tidak perlu takut "cap" apapun dari Masyarakat jika pun menikah lagi. Pikirku, kalau aku di posisi itu, "bisakah?." Jauh-jauh aku buang pikiran itu karena terlalu takut menghadapi apa yang Kiki ataupun istri adik iparku hadapi.
Keputusan untuk menikah lagi memang bukanlah hal yang mudah. Saya melihat perjuangan istri adik ipar yang kini sendirian membesarkan keempat anaknya begitu berat. Bayangkan, mereka masih kecil-kecil, masih sangat membutuhkan perhatian dan figur orang tua yang lengkap, ayah dan ibu. Film ini memberi penguatan bahwa seorang ibu tak perlu merasa bersalah jika suatu saat memutuskan mencari pendamping baru. Menciptakan lingkungan yang penuh kasih sayang dengan kehadiran sosok ayah adalah salah satu bentuk pengorbanan dan cinta terbesar seorang ibu.
Film ini juga benar-benar terasa dekat dengan kehidupan sehari-hari, tak hanya bagi mereka yang ditinggalkan pasangan tapi bagi mereka yang sedang berjuang melawan berbagai persoalan hidup. Banyak di antara kita yang mungkin pernah merasa berada di titik terendah, berharap ada keajaiban yang bisa mengubah keadaan. Dan itulah pesan utama film ini. Kita harus yakin bahwa keajaiban itu ada, tentunya keajaiban dari Allah SWT. Namun, kita sering lupa bahwa keajaiban itu datang lewat taubat, doa, sabar, keyakinan, dan ikhtiar yang konsisten. Pesannya sederhana: jangan menyerah, karena setiap tetes air mata yang tulus punya kekuatan untuk mengetuk pintu langit dan mendatangkan keajaiban.
Sisi spiritual film ini mengajarkan hal yang luar biasa tentang pentingnya berpikir positif dan ikhlas dalam menjalani hidup. Kiki menunjukkan bahwa perempuan memiliki kekuatan besar di balik kelembutannya. Ada momen di mana Kiki merasa lelah, merasa Allah seolah tak mendengar doanya. Lewat perjalanan spiritualnya yang tentu perlu waktu, dia sadar bahwa terkadang Allah ingin kita belajar lebih dulu sebelum memberikan jawaban. Ini bukan cuma cerita soal wanita, tapi soal manusia yang berjuang untuk bangkit, apa pun kondisinya. Seburuk apapun peristiwa yang kita hadapi, ilmu Magnet Rezeki mengajarkan kita melihatnya dari sisi positif dengan selalu mengatakan "Wow Keren", "Wow keren Allah ingin menguji keimaman kita sedahsyat ini, pasti Allah mampukan dan pasti Allah berikan hikmah dan keajaiban setelahnya". Inilah cerita wow keren yang saya janjikan di atas.
Dari sisi akting, pemilihan pasangan suami istri Citra Kirana dan Rezky Aditya sebagai pemeran utama adalah keputusan yang jenius. Chemistry mereka terasa begitu natural, dan ini jelas karena mereka memang pasangan suami istri di dunia nyata. Di beberapa adegan yang membutuhkan keintiman emosional, mereka mampu tampil maksimal tanpa menyalahi batasan syariat Islam. Hal ini patut diapresiasi dan dijadikan contoh oleh para produser film. Natasha Rizky sebagai Rahma juga berhasil menjadi sahabat yang suportif sekaligus pendorong perubahan hidup Kiki dengan ilmu Magnet Rezeki yang telah menguatkannya dulu pada saat tertimpa musibah besar. Dukungan dari aktor-aktor lain seperti Yessy Gusman dan Baby Zelvia memperkuat cerita, memberi warna dan kedalaman emosional pada film ini.
Dari sisi teknis, film ini punya nilai produksi yang rapi. Visualnya cantik, tata cahayanya mendukung nuansa emosional, dan musik latarnya... ah, jangan ditanya! Setiap nada terasa seperti melengkapi adegan, membuat penonton semakin tersentuh. Sutradaranya jelas tahu bagaimana mengemas cerita berat ini menjadi sesuatu yang relatable tanpa terkesan menggurui.
Saya pribadi merasa bahwa pengalaman menonton bersama orang-orang yang sengaja panitia kumpulkan memberikan emosi yang berbeda. Setelah film selesai, saya sempat ngobrol dengan beberapa penonton lain, dan banyak yang mengaku film ini memberi mereka harapan baru. Ada yang merasa terinspirasi untuk memperbaiki hubungan dengan keluarga, ada juga yang jadi termotivasi untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT.