Mohon tunggu...
Rina Rachmayani
Rina Rachmayani Mohon Tunggu... -

Mahasiswi Semester 3 Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, calon istri dari seorang suami yang baik,sukses dan bahagia dunia akhirat lahir batin :)

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Pacitan: Kota Kecil Tanah Lahir SBY

4 Januari 2014   09:21 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:10 131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Tanggal 26 Desember 2013, di penghujung tahun. Saya dan keluarga saya berkunjung ke rumah nenek buyut saya yang ada di Pacita, Jawa Timur. Perjalanan dari Magelang (tempat saya tinggal) sampai ke Pacitan, normalnya hanya sekitar 5 jam, akan tetapi karena saat itu terdapat beberapa kendala, kami menempuh perjalanan selama 6 jam.

Saya memang sudah excited dari awal untuk datang ke Pacitan, karena saya belum pernah ke Pacitan sebelumnya. Kata eyang kakung saya, disana airnya langsung dari mata air dan jika ada pancuran yang mengalir langsung dari mata airnya, air itu akan berwarna agak keruh karena memang pacitan yang dikelilingi oleh pegunungan kapur.

Belum lagi cerita dari teman-teman dan tayangan di TV yang menampilkan pantai-pantai dan keindahan pacitan di dalamnya. Pacitan memang memiliki jargon “Pacitan kota 1001 goa”, karena memang benar, selain pantai yang indah tadi, pacitan juga memiliki wisata lain sepertiyang paling terkenal yaitu goa gong, dan goa-goa lainnya. Ada satu pantai bernama pantai klayar, pantai ini terletak di balik pegunungan kapur, bahkan kita bisa melihat keindahan pantai ini dari atas jalan di pegunungan.

Namun, dari semua hal yang menarik dari Pacitan, ada satu yang membuat kota ini dikenal oleh banyak orang. Ya, Pacitan adalah tanah lahir presiden RI yang berhasil menjabat selama dua periode, Susilo Bambang Yudhoyono. Presiden SBY lahir dan besar di kota ini. saat itu, saya dan keluarga saya sedang istirahat di rumah makan di jl.Gatot Subroto, dari kejauhan saya melihat ada papan tulisan rumah kediaman SBY. Bayangan saya dari kejauhan rumah SBY pastinya besar dan penjagaan ketat. Akan tetapi ternyata setelah mobil yang saya tumpangi mendekat ke lokasi, bayangan itu semua tidak ada. Rumah apik sederhana yang ada, dan tanpa satpam atau petugas keamanan yang menjaga. Sayang sekali saat itu saya tidak sempat mengambil gambar rumah SBY tersebut.

Kota pacitan memiliki medan yang tidak mudah untuk dijangkau, karena dikelilingi oleh pegunungan kapur. Jalannya yang sempit, terjal, dan berkelok-kelok, akan membuat kesulitan bagi pengendara yang belum berpengalaman. Akses ke luar kotapun cukup sulit, tidak seperti magelang dan kota-kota lain yang tidak begitu terjal medannya. Jika sedang berjalan di jalan pegunungan, pemandangan yang akan dilihat hanya jurang dan tebing di kiri-kanan. Akan tetapi, salah satu kelebihan pacitan adalah kondisi jalannya yang sudah sangat bagus, aspalnya pun dibeton, mungkin ini salah satu kemudahan yang diberikan oleh pemerintah kepada masyarakat.

Pacitan, walaupun tanah lahir SBY, tetapi tidak semudah yang dibayangkan jalan untuk kesana. Daerah ini termasuk salahsatu daerah terisolasi di Indonesia. Akan tetapi tidak disangka, bisa menghasilkan putra daerah terbaik hingga bisa menjadi orang nomor 1 di Indonesia. Padahal dulu, presiden SBY berasal dari keluarga yang tidak begitu berada. Kehidupan beliau sangat sederhana, ditambah dengan kehidupan dari lahir dan besar di kota sejuk yang penuh dengan keterbatasan untuk akses keluar kota, harus kita apresiasi penuh dan perlu kita contoh juga.

Kita yang tinggal di kota yang lebih beruntung dari pacitan, hendaknya lebih bisa semangat dalam menjalani kehidupan dari presiden kita. Kita harus lebih bisa memanfaatkan keadaan yang ada di sekitar kita dengan baik. Termasuk kemudahan dan kecanggihan teknologi harus kita gunakan dan manfaatkan sebaik mungkin sehingga bisa membuat kita lebih maju dan berkembang lagi. Tentunya, jika presiden yang asalnya dari Pacitan bisa seperti itu, kenapa kita tidak?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun