Mohon tunggu...
Rachmawati Ash
Rachmawati Ash Mohon Tunggu... Guru - Guru, Penulis, dan pegiat literasi

Hobi menulis, membaca dan menonton film romance. Kegiatan mengajar di SMA, menulis novel, cerpen, artikel dan bahan ajar. Mengisi materi literasi ke sekolah-sekolah di Jawa Tengah.

Selanjutnya

Tutup

Horor

Jangan Main-Main dengan Darah

9 November 2024   19:18 Diperbarui: 9 November 2024   22:16 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dok. Rachmawati Ash

Sebuah keranjang berisi penuh jeruk nipis terletak di meja teras rumah Arya. Seketika membuat kedua bola mata Arya terbelalak karena terkejut. Arya memalingkan pandangan, melewati keranjang dengan langkah menuju ke pintu rumahnya. Dadanya berdebar-debar lebih kencang, mendadak ingatannya melayang pada cerita orang-orang bahwa ada hantu laki-laki yang selalu mengantar jeruk nipis di daerahnya. Arya membuka pintu rumah, segera masuk dan mengambil air minum di kulkasnya. Melepas sepatu dan melempar tasnya di atas sofa depan TV.

Ada rasa takut yang menyerbu di dadanya. Arya mencoba mencerna cerita orang-orang tentang hantu laki-laki yang senang mengantar jeruk nipis. Konon, siapa saja yang mendapat kiriman jeruk nipis secara misterius maka beberapa saat kemudian akan ditemukan tewas dengan tidak ajar. Arya merinding membayangkan cerita seram itu. Pikirannya campuraduk tidak karuan, rasa takut membuat kakinya gemetar saat melangkah ke kamarnya.

Arya masih membayangkan bagaimana kalau dia didatangi hantu laki-laki jeruk nipis. Apa yang akan dilakukannya. Kembali pikirannya mengingat cerita orang yang sudah turun temurun. Konon, hantu laki-laki jeruk nipis arwahnya penasaran karena meninggal saat kecelakaan di area balap motor. Orang-orang mengatakan bahwa arwahnya meminta tolong kepada orang lain, untuk membersihkan darahnya yang masih tertinggal di jalan tempatnya kecelakaan.

Arya tidak percaya dengan cerita orang-orang di sekitarnya. Arya dan teman-teman balapnya sering bercanda dengan cerita ini. Mereka saling menjadikan cerita ini sebagai lelucon saat sedang berkumpul bersama.

**

Beberapa jam Arya mencoba menghilangkan pikirannya dari hantu laki-laki jeruk nipis. Arya membuka buku pelajarannya, mulai mengerjakan PR yang diberikan oleh guru sejarahnya siang tadi. Percuma, pikirannya masih belum tenang bahkan sampai matanya mengantuk. Sebelum tidur Arya memastikan bahwa keranjang jeruk nipis di teras rumahnya sudah tidak ada dan dia dapat tidur dengan tenang. Arya memberanikan diri mengintip ke luar rumah dari jendela ruang tamu. Benar saja, keranjang berisi jeruk nipis sudah tidak berada di tempatnya semula. Arya merasa lega dan segera kembali ke kamarnya.

Arya yakin bahwa ada temannya yang bercanda. Salah satu temannya pasti telah mencoba mengerjainya dengan lelucon murahan. Arya melanjutkan mengerjakan PR sebisanya. Matanya mengantuk, tugasnya belum selesai tetapi rasa malas lagi-lagi menyerang dengan kuat. Arya mengambil ponsel, menghubungi Bimo yang sudah berjanji akan datang ke rumah untuk menemaninya tidur malam ini. Beberapa kali panggilan dialihkan, membuat Arya malas dan meletakkan ponselnya dengan sembarangan di atas kasur. Akan tetapi dia merasa Bagas yang telah mati sedang memeluknya tidur dari belakang punggungnya. Dia pura-pura tertidur. tubuhnya gemetar dengan jantung berdebar kencang.

Beberapa saat kemudian, laki-laki itu terkejut, suara benda besar terjatuh di teras. Dia mempercepat langkahnya, menuju ke teras dan berpikir dia akan berhasil menangkap orang iseng di rumahnya. Siswa SMA itu berlari, jantungnya berdegup lebih kencang, meskipun ada rasa takut di hatinya, tetapi dia memaksa memberanikan diri.

Ayah dan Ibu sedang menghadiri acara dan menginap di rumah Paman. Arya harus bisa menjaga dirinya sendiri dan juga keamanan rumahnya. Arya semakin terkejut, saat kedua matanya mendapati motor besarnya tergeletak di teras rumah, beberapa jeruk nipis berceceran di sekitar motornya. Pikiran Arya sudah tidak dapat dikendalikan lagi. Jantungnya semakin berdebar kencang, tubuhnya yang kurus tinggi gemetar, keringat dingin membanjiri pelipis dan punggungnya.

Arya menegakkan motor, menjalankannya dengan kecepatan tinggi. Pikirannya sangat takut, Arya ingin cepat-cepat sampai di rumah Bimo-temannya. Arya merasa terancam dan harus mencari tempat berlindung. Pikirannya hanya satu, segera bertemu Bimo, temannya yang satu hobi bermain balap motor.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Horor Selengkapnya
Lihat Horor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun