Mohon tunggu...
Rachmawati Ash
Rachmawati Ash Mohon Tunggu... Guru - Guru, Penulis, dan pegiat literasi

Hobi menulis, membaca dan menonton film romance. Kegiatan mengajar di SMA, menulis novel, cerpen, artikel dan bahan ajar. Mengisi materi literasi ke sekolah-sekolah di Jawa Tengah.

Selanjutnya

Tutup

Horor

Perempuan Yang Menjahit Baju Bayinya di Teras Rumah

4 November 2024   22:44 Diperbarui: 4 November 2024   22:53 316
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dok. Rachmawati Ash

Perempuan itu tampak anggun dengan longdress maroon. Duduk membaca buku di teras rumahnya yang teduh. Dua pohon jambu yang rimbun menutupi atap membuat tampak asri. Ia tersenyum menyapaku. Kubalas dengan anggukan kecil. Terburu-buru aku masuk ke dalam indekos untuk menyimpan barang bawaan. Kemudian segera keluar menuju ke kampus.

                Semua berawal saat aku mendapatkan perubahan jadwal kuliah. Bulan September masih beberapa hari lagi, tetapi semua MABA diminta berangkat pada akhir Agustus. Sialnya lagi, indekos yang telah kupesan masih ada penghuninya. Aku tidak bisa menempatinya sebelum tiga hari ke depan. Terpaksa aku mencari tempat penginapan untuk sementara. Pucuk dicinta ulam pun tiba, aku menemukannya melalui pelayanan online dengan harga jauh lebih murah dari dugaanku. Satu rumah dengan empat kamar, tiga di antaranya masih kosong, hanya aku yang baru datang mengisinya.

"Mari, Bu." Sapaku sambil menutup pintu pagar. Perempuan itu tersenyum simpul, berdiri di bawah pohon jambu sambil menggulung selang, yang sepertinya habis digunakan untuk menyiram tanaman. Dari kaca spion kulihat, ia terus memperhatikan kepergiaanku sampai pada belokkan gang.

**

Kegiatan di kampus yang padat membuatku sangat lelah. Sesampai di indekos aku tertidur pulas. Malam merambat naik, membuatku panik karena rasa lapar yang memberontak di perut dan lupa membeli perlengkapan mandi sebelum sebelum semua tutup.

"Mau ke mana malam-malam begini, Dik?" perempuan itu tiba-tiba berada di belakangku saat aku menyalakan mesin motor. Suasana mendadak sepi, tidak ada lampu menyala dari setiap rumah yang di sekitarku. Kenapa bulu kudukku tiba-tiba merinding, ya? ternyata saat malam tiba daerah ini menjadi mencekam. Semua rumah seperti tidak berpenghuni.

"Kenapa rumah-rumah di sini tidak ada yang nyala lampunya, Bu?" berharap pertanyaanku dapat mencairkan suasana kaku di antara kami.

Ia menunjukkan mimik sedih, "Iya, lampu di rumahku mati beberapa waktu belakangan ini. sedangkan rumah lainnnya tidak berpenghuni, hanya dijadikan gudang atau toko saat siang hari."

Mendadak aku merasa takut, tapi rasa lapar lebih mengalahkan penasaranku tentang tetanggaku ini. Segera kunyalakan mesin motor, meminta izin kepada perempuan itu untuk mengisi perut di dekat kampus. Di sana masih ada beberapa tukang tahu gimbal dan nasi goreng yang sengaja buka sampai pagi. Melayani mahasiswa yang suka jajan malam dan tidak memiliki bahan makanan untuk dimasak.

Satu jam berikutnya aku pulang ke indekos. Sebuah pouch tergeletak di atas meja teras. Hatiku mengira-ngira ada teman baru yang datang untuk mengisi tempat ini. Lumayan, meski hanya tiga hari aku memiliki teman untuk mengobrol atau menunggu waktu tertidur. Rasanya horor juga kalau menginap sendirian. Apalagi setelah mendengar cerita dari satu-satunya tetangga yang kumiliki.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Horor Selengkapnya
Lihat Horor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun