TBM Jangan Mendoktrin Masyarakat Hanya Untuk Membaca
(Asih Rachmawati, S. Pd, Gr)
Taman Bacaan Masyarat (TBM) berperan sebagai tempat hiburan yang edukatif. Sesuai dengan peran tersebut maka TBM sebaiknya dirancang dan dibuat sedemikian rupa sehingga orang yang belajar merasa senang dan nyaman.Â
Oleh karena itu, TBM juga menyajikan bahan bacaan yang bersifat imajinatif, seperti: dongeng, cerita anak, novel, antologi puisi dan komik. TBM juga seharusnya menyediakan bahan bacaan ilmiah sebagai sumber bacaan yang lebih akademik.
TBM merupakan bagian dari perpustakaan, di mana memiliki peran sebagai sumber belajar yang lengkap dan penuh solusi. Â TBM sudah sepatutnya mengikuti program yang diatur dalam undang-undang perpustakaan daerah maupun nasional. Saat ini, perpustakaan telah bertransformasi dengan basis inklusi sosial.
Program Transformasi Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial merupakan kegiatan yang menghubungkan aspirasi masyarakat dalam mendorong kesejahteraan.Â
Perpustakaan hadir memfasilitasi kebutuhan akan keterampilan--keterampilan yang ada di tengah-tengah masyarakat, sehingga mampu dan dapat meningkatkan pengetahuan akan perkembangan dunia, ilmu pengetahuan dan teknologi serta berharap akan tercapainya masyarakat sejahtera baik secara sosial ekonomi.Â
Perpustakaan saat ini dapat mengambil peran bukan hanya sebagai pusat informasi, lebih dari itu perpustakaan dapat bertransformasi menjadi tempat dalam pengembangan diri masyarakat sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Tujuan yang ingin dicapai dengan adanya kegiatan TBM (Taman Baca Masyarakat) ini adalah membangkitkan dan meningkatkan minat baca sehingga tercipta masyarakat yang cerdas, menjadi sebuah wadah kegiatan belajar masyarakat, dan mendukung peningkatan kemampuan aksarawan baru dalam rangka pemberantasan buta aksara sehingga melek baca.Â
Akan tetapi saat iniTBM juga telah mengikuti pola transfomasi berbasis inklusi sosial, di mana TBM tidak hanya sebagai tempat membaca dan menyediakan buku saja.