Mohon tunggu...
Rachmawan Deddy
Rachmawan Deddy Mohon Tunggu... Jurnalis - Profesional

Sarjana Pertanian yang berladang kata-kata. Penulis buku Jejak PKI di Tanah Jambi dan Jejak Sejarah Lainnya.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Mencari Anak untuk Disekolahkan Gratis pun Susah

8 Agustus 2011   17:47 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:58 278
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

[caption id="attachment_124049" align="alignleft" width="300" caption="suasana SD Insan Madani, repro fotonya RSIM"][/caption] Ibnu Isnaini, seorang pegiat sosial, geleng-geleng kepala. Ia seakan tak percaya, sebuah kebaikan yang diberikan tulus, tak bersambut. Tawarannya untuk mengajak masyarakat miskin agar anaknya disekolahkan gratis tak berbalas. Padahal ia harus berburu dengan waktu. Sudah ada murid sebelum sekolah di tahun ajaran baru yang lalu dimulai. Apatis. Kata itu mungkin ekspresi sejumlah warga miskin yang ditemui Ibnu. Sebuah pernyataan sekaligus ikrar bahwa apa yang digadang-gadang pemerintah bagi rakyat miskin, tak semulus dan sebagus kenyataanya. Gratis di slogan, harus membayar kemudian. Beruntung, Ibnu dan kawan-kawan dimudahkan. Sekalipun harus mengajak tokoh masyarakat untuk meyakinkan kaum dhuafa tersebut agar mau memberikan hak pendidikan bagi anaknya, ketimbang dieksploitasi dengan bekerja. Ibnu, ia pegiat di Rumah Sosial Insan Madani (RSIM), sebuah Lembaga Amil Zakat di Kota Jambi. “Mereka bilang nanti gratis di awal ujung-ujungnya bayar juga,” ucap Ibnu menirukan orangtua yang ditawari agar anaknya di sekolahkan di sekolah milik RSIM, SD Insan Madani. Sempat susah di awal, kini ada 15 siswa anak orang miskin yang bersekolah di SD Insan Madani. Dalam masa pendaftaran, bahkan jumlah yang mendaftar jauh lebih banyak. RSIM tetap memberlakukan seleski untuk anak-anak calon pemimpin masa depan itu. Wajar saja, itu terkait kemampuan dana termasuk memilih anak dan orangtua yang benar-benar berniat menyekolakan anaknya. Karena RSIM sejatinya mengelola dana umat. Mereka tentu tak ingin dana umat yang dikeluarkan itu sia-sia ketika tiba-tiba orangtua menarik anaknya dari sekolah itu. Adalah RSIM yang dulu bernama Pondok Zakat. Ditahunnya yang keempat, kini lembaga zakat itu mendirikan sekolah dasar untuk anak miskin. Mereka disekolahkan gratis tanpa dipungut biaya apapun. Dana dari para muzaki, donatur, dermawan jadi dana untuk membiayai operasional sekolah yang baru berdiri itu. Operasional itu tentu untuk membeli keperluan siswa, gaji guru dan lainnya. Beruntung, RSIM bisa memiliki bangunan yang dipinjamkan secara gratis, sehingga tak banyak cost yang dikeluarkan. Kelimabelas siswa SD Insan Madani, sejak awal oleh RSIM diberi gratis perlengkapan sekolah. Mulai dari alat tulis, buku, termasuk tiga pasang seragam dan sepasang sepatu. Semua diberikan untuk satu tahun. Adapun buku-buku pelajaran dipinjamkan karena kelak diwariskan untuk adik kelasnya. RSIM dan lembaga serupa harusnya memang menjadi oase. Menjadi alternatif bagi mereka yang tak mampu dan tak tersentuh tangan pemerintah. Termasuk memberi pencerahan kepada masyarakat, minimal dengan ajakan halus mari peduli. Peduli dengan sekitar kita. Ibnu bercerita. Ketika mereka sedang mencari siswa, sejumlah orang di suatu wilayah melihat mereka sebelah mata. Mereka bahkan mempertanyakan, bagaimana ongkos untuk si anak berangkat ke sekolah, sementara orangtuanya memberikan uang saku saja susah. Para pegiat yang masih muda-muda ini membalikkan logika masyarakat tersebut. Mereka menggugahnya. “Mengapa tidak masyarakt di sini bersama-sama membantu, toh si anak benar-benar orang miskin.? Syahdan, akhirnya masyarakat setempat bergotong royong, urunan untuk membayar ongkos ojek untuk mengantar si anak. Kebetulan tempat tinggal si anak jauh dari SD Insan Madani. Di tengah karut marutnya negeri ini. Di saat banyak kritik terhadap pemerintah dalam memenuhi hak dasar warganya;  melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, RSIM telah mengambil peran. Saya yakin, tentu di tempat lain peran serupa juga telah ada yang menanganinya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun