Mohon tunggu...
Rachmat Willy
Rachmat Willy Mohon Tunggu... Konsultan - Penikmat fiksi

Menikmati hidup dengan membaca, menulis, dan ngeblog. Follow saya di @RachmatWilly pasti di follback.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Kita Tak Akan Punya Pasangan Capres-Cawapres Ideal!

11 April 2014   15:43 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:48 148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Pemilu legislatif usai sudah dengan menyisakan angka golput sebesar 24,7% (CSIS). Memang lebih rendah dari angka golput 2009 yang sebesar 29%. Jadi sebenarnya, Golput lah pemenang pemilu legislatif tahun ini. Tapi bukan itu yang ingin dibahas pada artikel ini melainkan tentang prediksi beberapa kawan terkait pasangan capres dan cawapres yang bakal maju Juli mendatang. Tentu saja dengan 3 besar adalah PDIP, Golkar, dan Gerindra maka kemungkinan besar capres yang akan maju adalah dari partai tersebut. Siapa lagi kalau bukan Jokowi, ARB, dan Prabowo. Apakah akan ada capres lain? Bisa saja, tergantung arah koalisi nantinya kemana setelah hasil resmi diumumkan oleh KPU.

Yang jadi masalah adalah, pemilih lagi-lagi dihadapkan pada situasi tidak adanya pasangan ideal yang benar-benar klop dan mumpuni. Masih ingat ketika pilpres 2009 dulu kita dihadapkan pada pasangan yang mau tidak mau harus dipilih. Waktu itu Demokrat benar-benar menunjukkan "gigi" nya dengan tidak mau diintervensi dalam penentuan cawapres sehingga pasangan SBY adalah Boediono. Tapi benarkah tak ada intervensi? Ada yang bilang ada intervensi Amerika di situ. Tapi lagi-lagi tak ada bukti kuat dan akhirnya mereka menang. Pasangan lain? Pasangan lain yang ada waktu itu cenderung dipaksakan. Tengoklah Mega-Pro dan JK-Wiranto. Saya saja baru tahu kalau ada perjanjian Batu Tulis atau batu apa itu... yang jelas-jelas aneh. Aneh? Ya iya, perjanjian apa itu yang isinya bisa ambigu dan saksi pihak ketiganya pun lemah (atau tak ada?). Itu baru Mega-Pro, coba lihat JK-Wiranto, pasangan ini jelas merupakan buah kekecewaan JK akibat tak diajak "duet" lagi oleh SBY. Deklarasi di Tugu Proklamasi misalnya, malah jadi bumerang, makin membuat orang-orang jadi berpersepsi lain. Siapa yang jadi Soekarno, siapa yang jadi Hatta. Karena deklarasi di tugu prokalamasi itulah, menurut mereka seharusnya waktu itu JK lah cawapres dan Wiranto jadi capresnya. Supaya pas dengan tokoh patung di belakang mereka waktu itu.

Ya sudahlah, kita tinggalkan 2009, sekarang mari kita lihat tahun 2014. Dengan ketiga capres tadi maka beberapa capres lain yang sudah sempat dideklarasikan mau tak mau akan bergeser menjadi cawapres. Misalnya Wiranto, YIM, atau Surya Paloh atau bahkan Rhoma. Tinggal mereka berkoalisi dengan siapa. Ini tentu mengubah peta cawapres sebelumnya dimana ada nama-nama seperti Mahfud, JK, atau bahkan Ahok. Belum lagi ditambah DI misalnya, jika ditunjuk oleh Demokrat. Akhirnya akan muncul pasangan aneh-aneh. Aneh? Jokowi-Rhoma misalnya. Yang satu sibuk blusukan sementara yang lain sibuk blusukan juga plus gitar. Atau Jokowi-Surya Paloh. Atau Prabowo-Surya Paloh. Atau Prabowo-Wiranto? Ini sepertinya agak mustahil. Atau ARB-DI? Boleh juga. Sama-sama punya media. Atau ARB-Mahfud? Waduh, kasihan Mahfud nya. Sayang citra bersih yang dibangun selama ini kalau harus ikut dengan ARB. Belum lagi Mahfud sepertinya kurang hobi peluk boneka. Jadinya pasti nggak klop.

Kembali ke Jokowi, belajar dari pasangan Jokowi di waktu-waktu lalu, beliau selalu didampingi oleh orang-orang yang mengerti teknis. Di Solo, Rudi betul-betul membantunya dalam pemahaman dunia politik. Di Jakarta, ada Ahok yang trampil mengurusi anggaran. Lalu bagaimana kalau Jokowi jadi presiden? Harusnya beliau didampingi oleh orang yang paham urusan teknis juga. Jangan hanya menempel jadi wapres akibat koalisi semata. Okelah berkoalisi itu harus. PDIP tidak mungkin mengusung pasangan sendiri dengan hasil pileg 2014 ini. Mau tak mau harus berkoalisi. Siapa pasangan Jokowi yang pas menurut saya? Pertama, lupakan pasangan cawapres yang tua-tua dan masa lalu itu! Kini giliran yang muda-muda. Kedua, tergantung, apa yang mau diwariskan Jokowi dalam masa kepemimpinannya. Jika Jokowi ingin negara ini ekonominya membaik maka Gita Wirjawan adalah pasangan yang pas. Jika ingin mewariskan pendidikan yang baik dan moral bangsa yang luhur maka Anies Baswedan sangat pas. Lah kan keduanya peserta konvensi Demokrat? Nah, itu dia tinggal bagaimana membangun kelegowoan masing-masing. Masak nasib bangsa ini hanya ditentukan oleh pertikaian masa lalu seorang Mega dan seorang SBY?

Pusing? Yang jelas tidak akan ada pasangan yang ideal untuk capres-cawapres selama dasarnya adalah koalisi. Namun tetap saja rakyat harus memilih mana yang pas bagi mereka. Tak perlulah logika dan tingkat keilmuan. Saya sih tetap akan pilih Jokowi  sambil berharap beliau buka suara juga untuk pasangan yang pas baginya nanti. Siapa yang pas itu? Mudah-mudahan bukan yang pas menurut PDIP tapi yang benar-benar pas menurut Jokowi. Semoga!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun