Mohon tunggu...
Rachmat Willy
Rachmat Willy Mohon Tunggu... Konsultan - Penikmat fiksi

Menikmati hidup dengan membaca, menulis, dan ngeblog. Follow saya di @RachmatWilly pasti di follback.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Suku Dayak Iban dalam The Sleeping Dictionary

18 Agustus 2014   21:20 Diperbarui: 18 Juni 2015   03:13 5742
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1408346287866446589

[caption id="attachment_319851" align="aligncenter" width="266" caption="Sumber: imdb.com"][/caption]

Sewaktu searching beberapa film lawas yang berdurasi full alias tak terpotong-potong di You Tube, saya menemukan satu judul film yang menarik. Judulnya "The Sleeping Dictionary" produksi tahun 2003. Gambar pada posternya cukup menarik dan memamerkan satu wajah yang rasanya pernah saya lihat sebelumnya. Wajah itu adalah wajah Jessica Alba yang pernah saya gemari perannya dalam serial televisi Dark Angel. Sayapun menonton film tersebut walau gambarnya agak pecah saat dibesarkan. Terpaksa frame saya kecilkan agar gambar tidak terlalu pecah dan lebih enak ditonton.

Alkisah, film ini menceritakan tentang seorang petugas kolonial Inggris bernama John Truscott yang baru bertugas di Sarawak, Borneo. Nah, buat yang awam dengan Sarawak dan Borneo, itu adalah nama tempat di Pulau Kalimantan. Tepatnya di bagian Barat Kalimantan. Borneo sendiri adalah nama lain dari Kalimantan. Tugas tersebut mempertemukan John dengan satu budaya setempat yang bertentangan dengan hati nuraninya yaitu budaya "kamus tidur" dimana seorang perempuan lokal akan tinggal bersama John sehari-hari termasuk tidur dengan John dalam rangka mempelajari bahasa setempat. Menurut atasan John, Henry, ini adalah cara paling cepat untuk belajar bahasa setempat. Dengan cepat menguasai bahasa setempat akan membuat pegawai kolonial lebih aman dan mudah diterima masyarakat di lokasi tersebut. John awalnya tidak setuju dengan budaya itu karena bertentangan dengan agama yang dianutnya. Namun, karena akhirnya ada cemooh dari masyarakat lokal yang mempertanyakan "kelelakian" John dan John juga sempat dikirimi seorang banci, akhirnya John menerima keputusan tersebut. Seorang gadis lokal bernama Selima tinggal bersama John agar dia bisa cepat menguasai bahasa lokal daerah tersebut. Gadis itu mengaku bahwa dirinyalah yang memilih John dan dia melakukan hal itu dengan sukarela tanpa paksaan.

Kisah keduanya kemudian berlanjut ala film romantis lainnya yaitu saling jatuh cinta satu sama lain walau berbenturan dengan budaya setempat maupun budaya Inggris yang tidak memperbolehkan adanya pernikahan seorang bule (Inggris) dengan perempuan suku setempat. Padahal, John sempat mengutarakan keinginannya untuk menikahi Selima kepada Henry atasannya. Akhirnya John dipaksa kembali ke Inggris dan disana dia dikenalkan dengan Cecil yang ternyata adalah putri Henry. John akhirnya menikah dengan Cecil.

Beberapa tahun kemudian John dan Cecil datang kembali ke pedalaman Serawak untuk mengunjungi Henry dan Aggie (istri Henry). Tak disangka ternyata John melihat Selima menggendong anak kecil bule. John kaget karena setelah mencari tahu bahwa ternyata anak yang digendong Selima adalah anaknya. Pernikahannya selama ini dengan Cecil sebenarnya bukan keinginan John. Dia mencintai Selima, akan tetapi keadaan membuat cinta John dan Selima tak bisa bersatu dalam pernikahan. Dengan kehadiran seorang anak, John merasa dia harus memperjuangkan cintanya lagi. Perjuangan John ternyata cukup berat walau akhirnya mereka akhirnya bisa bersatu dan tinggal berpindah-pindah bersama satu kelompok suku di pedalaman barat Kalimantan yang mereka sebut sebagai Borneo Belanda (mungkin yang masuk wilayah Indonesia saat ini). Rupanya waktu itu daerah jajahan Borneo atau Kalimantan sudah dibagi-bagi mana yang wilayah Inggris dan mana yang wilayah Belanda.

Yang menarik adalah beberapa kata yang diucapkan oleh Selima dalam film ini. Kata "Selamat Pagi" dan "Selamat Malam" begitu sering diucapkan dengan fasih oleh Jessica Alba. Belum lagi saat adegan penelusuran tubuh Selima oleh John sambil menyebut satu persatu nama bagian tubuh tersebut. Yang saya ingat, John menyebut "mouth" dan oleh Selima dijawab "mulut" serta "breast" yang kemudian dijawab oleh Selima dengan "susu". Saking serunya adegan tersebut, "terpaksa" saya ulang lagi. Tapi tidak pakai "slow motion mode" lah he..3x.

Sehabis menonton film ini, sayapun mencoba mencari tahu tentang suku Iban. Suku yang ada di wilayah Sarawak yang diceritakan dalam film tersebut. Suku ini ternyata berasal dari satu rumah besar di barat Kalimantan di daerah Tanjung Bakong dan Ketimbang Lentor Ujong, Batang Kapuas di Kalimantan, Indonesia. Suku ini kemudian terpecah-pecah hingga terbagi 2 besar yaitu Dayak Laut dan Dayak Darat. Namun tak banyak literatur yang menyatakan bahwa budaya "kamus tidur" memang benar-benar ada. Yang saya dapat adalah bahwa memang dalam suku Iban ada budaya "ngayap" yang memperbolehkan seorang lelaki muda mengunjungi seorang anak dara dalam waktu 3 hari berturut-turut. Setelah 3 hari maka orang tua si anak dara akan bertanya mengenai kelanjutan hubungan mereka dan kemudian mempersilahkan si lelaki muda membawa orang tuanya untuk meminang si anak dara. Tidak dijelaskan apa yang terjadi selama 3 hari itu. Yang jelas, dikatakan bahwa dalam kunjungan tersebut sopan santun harus dijaga. Jika si anak dara tidak suka pada si lelaki muda, maka dia akan berteriak dan keesokan harinya akan ada semacam sidang bagi si lelaki muda.

Menarik melihat ada banyak budaya lokal suku-suku di Indonesia (walau film ini diproduksi di Serawak, Malaysia) yang bisa diekspos lewat film seperti "The Sleeping Dictionary" ini. Menampilkan budaya apa adanya walau ada kemungkinan pemaksaan cerita atau budayanya dibengkokkan sedikit karena belum terbukti budaya "kamus tidur" itu benar ada atau tidak.

Yang jelas film ini cukup memuaskan bagi yang senang pemandangan natural sungai-sungai dan hutan atau bagi yang senang latar belakang etnik dan pedalaman. Kalau saya sih, sudah cukup puas melihat penampilan Jessica Alba yang tampil "apa adanya" alias natural. Selamat pagi eh.. selamat siang!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun