Mohon tunggu...
Rachmat Hidayat
Rachmat Hidayat Mohon Tunggu... Sejarawan - Budayawan Betawi

a father, batavia, IVLP Alumni 2016, K1C94111, rachmatkmg@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Hotel yang Membuatku Bisa Berhemat

6 April 2016   13:59 Diperbarui: 6 April 2016   14:38 12
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Setrika dan alasnya. Dok.pri"][/caption]Selain dekat kemana-mana, apa sich yang menarik dari suatu hotel –selain- tentu saja layanan dan fasilitas yang ditawarkan? Tergantung tujuannya. Kalau untuk berbulan madu, lokasi yang jauh dari pusat keramaian dengan pemandangan indah, serta fasilitas dan pelayanan prima yang ditawarkan tentu menjadi pilihan utama. Aku sendiri, bila kebetulan harus bepergian dan menginap di suatu kota, biasanya memilih hotel dengan lokasi yang strategis, atau dekat kemana-mana agar kesukaanku dalam meng-explore, dan melihat sesuatu yang baru di tempat yang kukunjungi dapat terpenuhi. Tempat-tempat yang banyak diperguncingkan orang tentu lebih menarik perhatian untuk kulihat ketimbang lama-lama berdiam diri di kamar hotel. 

Dalam kunjunganku ke Amerika baru-baru ini, dimana paling lama hanya 5 (lima) malam aku beristirahat di satu hotel. Selebihnya, aku harus kembali ber-packing dan bersiap untuk pindah ke kota selanjutnya, yang berarti harus check in kembali di hotel yang baru. Selama di Amerika Serikat, hotel yang disediakan oleh Kemenlu AS lumayan cozy. Standar bintang 4. Semuanya berada di pusat kota, dan –kebetulan- dekat kemana-mana. Dekat ke pusat-pusat keramaian, tempat-tempat yang menarik, dan, yang penting, nyari makan pun gampang.

Segera setelah landing di Washington DC, pihak panitia penyelenggara menginapkanku di Hotel One Washington Circle. Lokasinya persis berseberangan dengan Universitas George Washington. Dari namanya yang circle, hotel ini tepat berada disisi lingkaran jalan/tugu Washington. Hanya butuh waktu sekitar 15 menit berjalan kaki untuk sampai ke Gedung Putih, ke kawasan Abraham Lincoln Memorial, museum-musem yang ada di sekitarannya ataupun ke Kedubes Republik Indonesia yang berlokasi di 2020 Massachusetts Avenue.

[caption caption="Dapur di kamar hotel. Dok.pri"]

[/caption]Hotel yang kutinggali di DC sangat nyaman, yang ku taksir kalau di Jakarta seharga bintang 5. Semua fasilitas tersedia lengkap. Disamping standar fasilitas bintang 4, di dalam kamar, ada pula ruang masak. Ya, ruang masak dengan kompor gas yang siap untuk dinyalakan. Peralatan masak pun tersedia. Jadi, tinggal beli beras atau mie instan, kita bisa memasak dan menggoreng telor dan daging untuk bekal makan malam.

Begitupun saat aku di Phili atau Philadelphia. Aku tinggal di hotel yang hanya berjarak selemparan batu dari pusat belanja dan kuliner. Hotelnya Club Quarters Philadelphia 1628 Chestnut Street Philadelphia, Pennsylvania. Namun sayangnya fasilitas di hotel ini tidak selengkap One Washington Circle. Tidak ada ruang masak. Kamarnya pun kecil.

Bagiku, yang namanya hotel bintang 4 dimanapun berada, entah itu di Indonesia atau di negeri pewayangan lainnya, tentu punya standar fasilitas dan pola layanan yang sama dan baku. Dan itu biasa saja, tanpa ada kesan yang berarti bagiku. Namun, ada satu hal menarik yang membuatku terkesan selama tinggal di hotel-hotel di Amerika. Ada yang unik dan beda dalam fasilitas kamar hotel di Amerika. Selama 5 (lima) kali gonta ganti hotel, ada satu benda atau fasilitas yang selalu ada dan tergantung di sudut pojok ruang tempat gantungan baju.

Di hotel manapun yang pernah kuinapi, baik itu di negeri pewayangan ataupun negeri impian, biasanya fasilitas dan barang-barang standard yang terlihat dimata adalah sandal hotel, kantong plastik untuk laundry, gantungan baju, kotak deposit, mini bar, alat tulis, teh/kopi beserta gelasnya, handuk, dan perlengkapan mandi. Hanya itu. Namun di Amerika, selain benda-benda tersebut, ada satu benda yang tampaknya menjadi benda yang mesti ada di dalam per-standard-an hotel di Amerika. Ya. Di setiap hotel yang kusinggahi selalu tersedia setrikaan beserta alas untuk menyetrika. Amazing! Justru sandal hotel yang gak pernah ada di kamar hotel-hotel yang kuinapi.

Kedua benda itu sangat membantu selama kegiatanku mengikuti IVLP. Maklum saja, bila aku menggunakan jasa binatu untuk mencuci dan men-setrika pakaianku selama di Amerika, tentu akan mengeluarkan biaya yang tidak murah. Ketimbang dana itu dialokasikan untuk jasa laundry, lebih baik uangnya kusimpan untuk sekadar membeli oleh-oleh. Lumayan, ada penghematan, meskipun pihak penyelenggara telah mengalokasikan dana harian untuk laundry. Toh di kamar sudah ada setrikaan beserta alas untuk menyetrika-nya. Jadi, buat apa me-laundry. Kugunakan fasilitas itu. Beruntung aku sudah membawa deterjen bubuk dari Indonesia, jadi tinggal rendam cucian, kucek, jemur di kamar mandi, kering, lalu di setrika di kamar. Beres.

Selain setrikaan, ada satu lagi benda yang membantuku selama tinggal di negeri Paman Sam, yakni Microwave. Barang ini sangat sangat membantuku. Dengan adanya microwave, dapat menghemat pengeluaranku. Aku tidak perlu jajan makanan untuk bekal sarapan lantaran sisa makan malam (makanan yang kubungkus di malam hari) dapat kuhangatkan untuk sarapan pagiku. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun