Seiring perkembangan kota yang melaju pesat, komplek atau kawasan pemukiman padat di pinggir dan bahkan di pusat kota banyak kita jumpai. Jakarta misalnya, akan banyak ditemui kawasan pemukiman padat dengan akses jalan masuk yang hanya dapat dilalui oleh kendaraan roda dua dan bahkan hanya bisa di lalui dengan bersenggolan badan, atau kerap di sebut gang senggol.
Kepadatan pemukiman akibat keterbatasan lahan yang ada tentu menimbulkan masalah yang cukup pelik bagi para perancang tata kota. Salah satu yang kerap muncul di pemukiman padat adalah minimnya lahan parkir kendaraan roda empat bahkan roda 2 sekalipun. Kesemrawutan ini bertambah ruwet manakala jalan yang sudah sempit, lalu digunakan untuk berdagang atau kadang jalan itu di tutup untuk nyunatin atau ngawinin warga sekitar. Dan ini menjadi pemandangan yang kerap kita lihat bila memasuki kawasan padat penduduk.
Untuk menyiasati keterbatasan lahan parkir, Ada saja akal para pemilik kendaraan roda empat atau mobil. Biasanya para penghuni yang tinggal di pemukiman padat penduduk memarkir kendaraannya di jalan-jalan sekitar tempat tinggalnya. Jadilah jalan-jalan masuk ke pemukiman padat itu penuh dengan parkiran mobil dan hanya menyisakan satu jalur mobil saja untuk lewat, dan itupun mesti hati-hati lantaran disebelahnya persis ada got. Kalau sampai terperosok, bakalan kelar urusan.
Bicara masalah parkir mobil, baik di Washington DC dan Philadelphia, Amerika Serikat pun memiliki masalah yang sama dengan di Jakarta. Meski pemukiman atau kawasan perumahan di kota-kota di Amerika Serikat ini sangat tertata dengan baik, dengan garis sepadan antar bangunan dan jalan raya dibuat lurus laksana bujur sangkar. Namun, -sama dengan di Jakarta- karena keterbatasan lahan, banyak kendaraan warga yang terparkir di pinggir jalan lantaran mereka tidak mempunyai garasi untuk memarkir mobilnya. Cuma bedanya, di Amerika space atau jarak antara jalan raya dengan mobil yang terparkir pinggir jalan cukup lebar, hingga kapasitas 5 (lima) lajur mobil.
Di kampungku, di Jakarta, jika kita parkir di pinggir jalan, tentu ban depan mobil akan lurus, dan posisi rem tangan pun tidak terkunci. Gunanya agar memudahkan petugas parkir atau pengguna kendaraan lain yang hendak parkir di depan atau belakangnya, dapat mendorong mobil tersebut, agar mudah untuk ikutan nyempil parkir. Di Amerika, justru sering kali kulihat mobil-mobil yang terparkir di pinggir jalan dengan posisi ban depan mobil bengkok alias tidak lurus. “Kok bisa ya, si supir markir mobilnya seperti itu?” batinku.
Di Amerika, sepertinya parkir dengan ban depan lurus ataupun dengan ban depan miring, bukan merupakan sesuatu yang prinsipil yang bisa dinilai benar atau salah. Terserah enaknya saja. Toh memang tak ada larangan atau aturan yang mengatur attitude mereka dalam berparkir. Berbeda dengan Jakarta, yang selalu ada petugas parkir yang mengarahkan dan memberitahukan supir untuk meluruskan ban depan. Tujuannya tentu agar bisa di dorong, di maju mundurkan supaya bisa keluar/masuk mobil lainnya yang juga mau parkir.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H