Bagi kami generasi anak tahun 80-an, liburan sekolah biasanya diisi dengan main (sepak) bola seharian penuh. Tiada hari tanpa main bola. Hiburan kami, anak-anak yang orang tuanya tak berduit, memang main bola. Kalaupun bisa pergi berlibur, paling banter hanya ke kebun binatang Ragunan, tak lebih.Â
Untungnya, di Jakarta masa itu, masih banyak tersedia lapangan bola. Dan, waktu musim liburan panjang anak sekolah (Juni-Juli) tiba, saat itulah digelar pertandingan bola antar kampung.Â
Para pemuda membuat turnamen sepak bola yang diperuntukkan tak hanya untuk orang dewasa, namun juga anak-anak kecil, usia 9 hingga 12 tahun seperti kami. Hampir di setiap pelosok-pelosok kampung di Jakarta selalu ada turnemen sepak bola antar kampung yang memperebutkan berbagai hadiah. Istilahnya dikenal dengan turnamen "tarkam".
Turnamen sepakbola antar kampung akan semakin seru bila moment tersebut bertepatan dengan event akbar sepakbola dunia, seperti Piala Dunia. Kebetulan ditahun 1986 ada Piala Dunia yang dilangsungkan di Mexico.Â
Saat itu, aku duduk di kelas 4 SD. Bagiku yang seudah lebih berkepala empat, mengingat kejadian 32 tahun silam tentu bukan perkara mudah. Alhamdulillah, ingatanku pada sekelumit kecil peristiwa bersejarah masa kecilku masih terpatri dengan jelas.Â
Di masa itu, aku hampir hapal semua nama-nama pemain sepakbola yang mengikuti Piala Dunia dari 24 negara peserta. Aku hapal lantaran senang membaca berita olahraga, khususnya sepakbola.
Saban Jumat, aku bela-belain untuk tidak jajan supaya dapat membeli koran Kompas dimana disisipkan tabloid "BOLA" didalamnya. Selain BOLA, ada pula tabloid "Tribun Olahraga", yang terbit setiap selasa/rabu, kalau tak salah.

Di tim tuan rumah sendiri, ada Hugo Sanchez. Dan, kebetulan ke-empatnya-nya memakai kaos tim bernomor punggung 10. Ketika main bola itulah, lantaran menggandrungi figur-figur striker top dunia, kami pun sering rebutan untuk memakai nomor punggung yang kerap dipakai oleh mereka.Â
Bila teman-temanku yang lain berebut untuk memakai kaos bernomor 10 (Maradona), aku lebih suka nomor 9, nomor yang dikenakan oleh Careca, pemain idolaku. Dan sejak itulah, oleh sebagian anak-anak yang lebih tua, ketika bermain bola, aku sering diledek dengan panggilan "Rachmat Careca", heheh...
