Mohon tunggu...
Rachmat Hidayat
Rachmat Hidayat Mohon Tunggu... Sejarawan - Budayawan Betawi

a father, batavia, IVLP Alumni 2016, K1C94111, rachmatkmg@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Warisan Sejarah itu Bernama "Tukang Gigi Mester"

6 November 2017   11:37 Diperbarui: 6 November 2017   12:22 4618
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Zaman old, jika warga kampung saya hendak plesir ke "ibu kota" Jakarta Timur, mereka menyebutnya pergi ke Mester. Jarang yang bilang ke Jatinegara. Jarak dari Kampung Kebon di Kemang ke Mester lumayan jauh untuk ukuran kala itu. Perlu waktu setengah hari pulang pergi. Biasanya mereka ke Mester untuk membeli keperluan yang tidak di dapat di Pasar Minggu, atau Pasar Kebayoran, kedua pasar yang cukup besar di Jakarta Selatan. Salah satu tujuan ke Mester adalah betulin gigi atau masang gigi palsu.

Selain panca indera yang lima macam itu, gigi juga memegang peranan penting dalam kehidupan kita. Tanpa gigi depan misalnya, takkan bisa kita menggarot apel, atau jambu. Apalagi, kalau gigi geraham kita ada yang tanggal, saya pastikan salah satu kenikmatan hidup berupa mengunyah makanan akan terganggu. Tak heran bila ada orang yang berkata, lebih baik sakit hati ketimbang sakit gigi. 

Di samping untuk mengunyah dan menggarot makanan, gigi juga berfungsi untuk estetika atau keindahan. Orang akan dipandang menawan salah satunya, bila gigi-giginya tertata dengan rapi, tidak tonggos (maju kemuka seperti bemo), putih dan bersih. Sayangnya, bila gigi depan kita tanggal, ini akan menjadi cacat permanen. Untuk mengobatinya hanya ada satu solusi, buat gigi palsu.

Meski zaman now, tukang gigi palsu banyak bertebaran di sudut kampung di Jakarta. Namun, bicara sejarah dan ke-orisinal-an dari tukang gigi itu, bolehlah kita berpaling ke Jatinegara. Salah satu sudut sejarah tukang gigi palsu di Jakarta yang masih tersisa ada di ruas Jalan Jatinegara Barat. Disinilah terdapat deretan toko pembuat gigi palsu yang telah dirintis oleh para imigran dari tionghoa saat mereka hijrah dan menetap di Jakarta. Lokasinya hanya sepelemparan batu dari bioskop Nusantara, yang sayangnya kini telah almarhum.

Ada empat toko gigi palsu yang menghiasi jalan sepanjang satu setengah kilometer itu, selain toko karpet, terpal, plastik, dan aneka kebutuhan lainnya. Paling selatan ada Toko Gigi Ekadi Kasim, sebelahnya ada Tukang Gigi Makmur, kemudian Tukang Gigi Indah, dan diujungnya Tukang Gigi Bandung. Toko/Tukang Gigi Makmur, misalnya, toko ini telah ada sejak tahun 1926, jauh sebelum Indonesia merdeka. 

Menurut Jayadi (65), pembuat gigi di Tukang Gigi Makmur, ia telah menekuni dunia per-gigi-an sejak zamannya Bung Karno, di tahun 1964. Sewaktu tukang gigi belum banyak di Jakarta, keempat toko ini pernah memasuki masa keemasan. Waktu itu bahkan toko tutup hingga malam. Zaman terus berganti, di masa Ali Sadikin, sekitar tahun 70-an, keempat toko ini terkena pelebaran jalan. Beruntung bisnis mereka tidak gulung tikar. Kini profesi itu masih berlanjut dan diteruskan oleh generasi ketiga atau cucu.

DOK.PRIBADI
DOK.PRIBADI
Bicara kualitas dan kerapihan, para tukang gigi palsu boleh diadu dengan dokter gigi tamatan universitas ternama sekalipun. Gigi palsu buatan mereka sangat bagus dan awet. Bahkan, dokter gigi yang buka praktek pun banyak yang memesan untuk dibuatkan gigi palsu ke mereka. Meski hasil kerja mereka memuaskan, namun untung-untungan juga, dalam arti ada juga hasil buatan mereka yang kurang presisi sedikit. 

Ada yang enak dan nyaman dipakai, adapula yang mesti berkali-kali datang untuk meng-epaskan 'stelan'nya. Karena bila kurang sedikit saja (stelan-nya), maka makan apapun takkan terasa nikmat. Terlepas dari itu, hasil pembuatan gigi palsu, yang berfungsi sebagai estetika, patut diapresiasi. Pasalnya tanpa kemahiran tangan mereka mengolah cetakan gigi (dinamakan Modano, bahan yang diimpor dari Jerman) dapat dipastikan penampilan kita saat tersenyum bukannya bertambah manis, namun akan semakin hancur lantaran ompong, heheh..

Oh ya, urusan ompong ternyata bukan domain para manula ataupun rakyat jelata. Ada beragam orang dengan status sosial yang macam-macam yang datang ke tukang gigi di Jatinegara. Ada selebritis, ada politisi, dan banyak pula rakyat kebanyakan. Mereka datang tentu dengan kondisi dimana gigi depan mereka ompong atau tanggal. Dari penuturan Jayadi, ada beragam sebab yang membuat gigi mereka tanggal, seperti jatuh akibat tabrakan di mana gigi depan membentur aspal. Adapula yang patah/copot giginya akibat berkelahi, kena tonjok, dsb. Paling banyak tentu karena kecelakaan.

Maka, bila anda mengalami masalah dengan tanggalnya gigi, jangan berkecil hati. Segeralah ke dokter gigi untuk mengobati luka di gusi Anda, lalu pergilah ke tukang gigi palsu. Bila ragu dengan banyaknya tukang gigi yang ada, tak ada salahnya anda mencoba tukang gigi yang berlokasi di Jatinegara. Saya jamin penampilan dan senyum Anda akan semakin menawan dengan gigi palsu buatan para tukang gigi. Dan, inilah salah satu warisan Jakarta yang tersisa untuk Anda, si ompong, hehe..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun